Manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sahabat sejati
adalah salah satu yang di butuhkan oleh setiap manusia. Sahabat sejati akan
selalu memotivasi dan membangkitkan kita manakala sedang terjatuh, membantu
kita manakala sedang kesusahan dan memerlukan bantuan, mengingatkan kita
manakala kita salah dalam langkah.
Dengan
sahabat sejati, kita pun akan lebih leluasa untuk saling berbagi; berbagi
cerita, berbagi duka, berbagi tawa, berbagi ilmu, berbagi pengalaman, berbagi
rahasia, dll. Namun langkah sulitnya untuk mendapatkan sahabat sejati, sebab di
dunia yang fana ini terlalu banyak persahabatan dan/atau persaudaraan semu
karena berdiri di atas pondasi yang rapuh, tolok ukur yang keliru, tolok ukur
berupa kepentingan-kepentingan duniawi bahkan di bangun atas dasar kemaksiatan.
Dengan
demikian maka tak heran di jaman sekarang ini kita sering menemukan orang yang
berteman atau bersahabat karena ada maunya saja, atau ketika dalam keadaan
senang saja, namun ketika keinginannya sudah tercapai dan/atau ketika temannya
sedang dalam kesusahan, maka tidak segan-segan dia meninggalkan temannya itu
karena di anggap secara duniawi sudah tidak penting, tidak menguntungkan dan
tidak memerlukannya lagi.
Lantas,
bagaimanakah kita bisa mengukur persahabatan sejati itu? Mari kita simak 12
ciri-ciri sahabat sejati menurut Imam Al Ghazali:
- Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.
- Jika kau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu.
- Jika kau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dgn kemampuannya.
- Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dgn baik.
- Jika ia memperoleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
- Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu, maka maka ia akan berupaya menutupinya.
- Jika kau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh.
- Jika kau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.
- Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu.
- Jika kau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
- Jika kau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu.
- Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau perselisihan paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah demi menjaga persahabatan itu.
Nah…apakah
kita telah memiliki sahabat sejati seperti itu? Bukankah akan lebih baik jika
aku dan kamu wahai sahabatku segera instropeksi diri dulu? apakah diri kita
sudah layak di sebut sahabat sejati?
Sebagaimana
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam hadist Qudsi yg bermaksud:
“Sudah
pastilah kecintaan-KU itu untuk orang-orang yang saling ziarah menziarahi
karena AKU, sudah pasti pula kecintaan-KU untuk orang yang saling cinta
mencintai karena AKU, sudah pasti pula kecintaan-KU kepada ornag-orang yang
saling bantu-membantu karena AKU. Juga sudah pastilah kecintaan-KU untuk orang
yang saling tolong menololng karena AKU.” (Riwayat Ahmad dan Hakim).
Rasulullah
Shalallahu alaihi wa sallam mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shaleh dengan
yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman
dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli
minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara
berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan
mendapatkan bau tidak sedap.” (HR. Bukhari & Muslim).
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)