Hari sudah beranjak sore, lalu lalang para Siswa yang ada di
sekitar masjid kini sudah beranjak pergi. Tapi aku masih saja termenung di sekitaran Masjid Walisongo.
enggan rasanya tuk ku beranjak dari tempat ini.
Guyuran hujan membuatku pergi dan memutuskan tuk mencari
tempat berteduh. Suara adzan maghrib dari Masjid Walisongo membuat hilang
sesaat akan masalah yang sedang ku hadapi. Masalah yang sebenarnya bukan
masalahku seorang. tapi sebagai aktifis lingkungan, bukankah itu adalah
masalahku juga.
Kini ku beranjak dari tempat perteduhanku dan memutuskan tuk
melaksanakan shalat maghrib di Masjid Walisongo. Aku langsung bergegas tuk
mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat maghrib berjamaah dengan khusyu’.
Tak lupa untukku berdoa kepada-Nya, karnaku percaya akan pentingnya doa selain
berusaha.
Sehabis shalat ku bergegas pulang kerumah yang ada di jalan Sidodadi
dengan motor Beat putih milikku. jalanan masih saja ramai karena jam menunjuk
pukul tujuh tepat. Dengan gemerlap cahaya lampu disekitar jalan membuatku
semakin yakin akan adanya jalan untuk masalah yang sedang membelitku ini. Ya...
bagaimana tidak, kegelapan di waktu malam saja masih ada cahaya yang mampu
menerangi gelapnya malam.
Pagi ini aku sengaja mengumpulkan anggota aktifis lingkungan
yang aku dirikan sejak 2 tahun yang lalu untuk membahas mengenai berita hutan
yang ada di belakang sekolah akan beralih fungsi menjadi lapangan futsal. Ya...
Ini adalah masalah yang selama ini aku fikirkan. Tak gampang memang untuk
menghadapinya. Karena ini menyangkut hak sekolah untuk membangun infrastuktur
di sekolah agar bisa lebih maju. tapi kenapa harus hutan sekolah yang jadi
korbannya, bukankah masih banyak tempat yang lebih luas dibanding dengan luas
hutan yang hanya 8 x 10. Itupun sebenarnya sangat tidak ideal untuk dijadikan
hutan sekolah.
***
“Kenapa kita tidak memohon kepada
pihak sekolah untuk membatalkan proyek yang tak bermanfaat itu? ” suara itu
tiba-tiba saja memotong pembicaraanku.
“oh ya... kenapa dari tadi aku ngak
kefikiran itu yah...” ternyata Pak Najib. Beliau adalah guru MA Walisongo yang kebetulan saja mendengar pembicaraanku.
“nggak salahkan kalau kita coba
dulu.”
Akhirnya Pak Najib pun menjadi ikut serta dalam masalah ini.
Ia mengaku bahwa ia juga seorang Anggota di salah satu komunitas pecinta
lingkungan di Jepara. Ia juga menceritakan masalah yang pernah di hadapi
olehnya bahkan masalahnya lebih sulit dari yang sedang aku hadapi. Tapi dengan
kerja keras dan pantang menyerah, ia dan kawan kawannya bisa menyelesaikannya
dengan sangat baik.
Siang ini aku akan menemui bapak kepala sekolah untuk
membahas masalah hutan yang ada di belakang sekolah. Karena pikiranku jika aku
bisa membuat bapak kepala sekolah ini berubah pikiran pasti hutan yang ada di
belakang sekolah tak akan ditebang.
“selamat siang ,pak. Boleh saya
bicara sebentar dengan bapak?” ucapku dengan nada yang sedikit gugup. Tak
biasanya aku seperti ini. Mungkin karna aku baru pertama kali masuk ke ruang
kepala sekolah.
“ya selamat siang juga, bicara
masalah apa ya...” jawabnya dan mempersilakan duduk.
“begini pak, saya selaku perwakilan
dari aktivis pecinta lingkungan merasa keberatan dengan keputusan bapak. Bapak
menyetujui pembuatan lapangan futsal dan yang lebih parahnya lagi lapangan itu
dibangun diatas lahan hutan sekolah.” seruku dengan nada yang sedikit ketus.
“oke bapak tau. Keputusan bapak ini
salah, bapak juga tau perasaan kamu. Tapi tolong hargai keputusan bapak, toh
bapak juga melakukan semua ini untuk kebutuhan kalian semua.” balasnya dengan
tegas.
“sebelumnya saya minta maaf karna
telah lancang berbicara seperti ini kepada bapak. Tapi saya mohon dengan hormat
untuk bapak membatalkan proyek yang tak ada manfaatnya itu pak. Kita memang
butuh lapangan futsal untuk olahraga tapi kita sangat membutuhkan oksigen untuk
kita semua bernafas pak dan itu hanya bisa didapatkan dari tumbuhan hijau yang
banyak pak.”
“saya tau itu Salman tapi bapak minta
maaf karna ini juga bukan keputusan bapak saja tapi ini juga keputusan semua
guru dan pemegang saham terbesar di sekolah ini Salman. Jadi bapak juga tidak
bisa membatalkan begitu saja.”
“tolong lah pak,, kami semua hanya
bisa berharap kepada bapak, karena mau ke siapa lagi kalau bukan ke bapak.
“sekali lagi maaf Salman, bapak sudah
menandatangani kerja sama dengan kontraktor dan senin depan sudah mulai pembangunan.
Jadi bapak benar-benar minta maaf.”
“apa pak... senin depan mulai
pembangunan? Terus bagaimana dengan hutan yang ada di belakang sekolah pak?”
“sebenarnya bapak ada rencana untuk
memindahkan hutan sekolah ke tempat yang dekat dengan kantin itu? bagaimana...”
“astaga... tempat yang dekat dengan
kantin itukan Cuma sekita 5x4 pak,, masa mau dijadikan hutan...tolohlah pak,
hutan yang sekarang saja itu sudah tidak ideal untuk dinamakan hutan. masa
sekarang segitu...cobalah bapak pertimbangkan lagi...”
“saya benar-benar minta maaf Salman,
bapak nggak bisa bantu... udah ya soalnya bapak ada janji untuk pergi ke Jepara.”
“ya sudahlah pak, maaf saya udah
ganggu waktu bapak...”
Dengan wajah yang gelisah dan sedikit dugal. Akupun
memutuskan untuk membahas lagi masalah ini dengan para anggota lainnya. karna
waktu otomatis tinggal 3 hari lagi sebelum hutan menjadi lapangan futsal. sebenarnya
aku sih kepikiran untuk berunjuk rasa tapi apakah itu tidak terlalu brutal
...jujur saja aku tak sanggup jika benar kalau hutan yang ada di belakang
sekolah ini akan dijadikan lapangan futsal. Rasanya aku mau teriak
sekeras-kerasnya agar semua orang tau bahwa fungsi hutan itu sangat penting
untuk kehidupan kita semua...kita butuh oksigen, air, hawa yang sejuk dan itu
semua hanya bisa kita dapatkan dari pohon... bukan hanya satu pohon tapi
berjuta-juta pohon.
Tiba-tiba kami semua dikagetkan dengan 2 orang yang sedang
mengukur tanah. Dan aku pun bingung karna pembangunan lapangan futsalkan hari
senin...
“maaf pak ini mau ngukur tanah buat
apa ya pak...” tanya ku dengan heran
“oh... ini buat lapangan futsal
dek...” jawabnya
“apa... bukannya kata bapak kepala
sekolah pembangunan mulai senin depan ya pak... kok hari ini sudah ada
pengukuran...”
“untuk masalah itu saya sendiri kurang
tau... saya Cuma diberi tugas sama atasan suruh ngukur tanahnya sekarang
dek...”
“ya sudah pak maaf sudah ganggu waktu
bapak,, terima kasih...”
“ya sama-sama..”
Hari ini benar-benar hari yang sangat melelahkan. bagaimana
tidak karna sepertinya usaha yang saya lakukan itu semua sia-sia. Ngak ada
hasilnya sama sekali. Dan aku ngak bisa biarkan hutan ini jadi lapangan futsal.
Keesokan harinya aku dan para anggota lainnya berdiri di
hutan sekolah dan berunjuk rasa ke pihak sekolah untuk membatalkan proyek itu. Awalnya
kita dikecam oleh pihak sekolah tapi demi lingkungan kita terus berunjuk rasa
bahkan anggota kita semakin banyak. Sampai pihak sekolah mengundang aparat
kepolisian untuk membubarkan paksa kita semua. Tapi kamipun masih tetap
bertahan. bahkan kami semua memutuskan untuk berkemah dan mendirikan tenda di
sekitar hutan. Ini semua kami lakukan demi terlestarinya alam ini. Mungkin ada
yang berfikiran orang Cuma 8x10 masa belainnya sampai mati-matian. Ingat
walaupun sedikit tapi manfaatnya tak sedikit. kita mungkin meremehkan uang 100
rupiah tapi ingat bahwa nanti kita juga akan mencarinya dan sangat
membutuhkannya.
***
Aksi kami ternyata mendapat respon baik dari para komunitas
pecinta lingkungan lainnya yang ada di sekitar jepara, Semarang bahkan ada yang
dari luar jawa tengah. Mereka semua membantu kami untuk membatalkan proyek itu.
Sampai-sampai berita ini terdengar sampai ke telinga bapak bupati Jepara dan
meminta untuk pihak sekolah membicarakan lebih lanjut tentang masalah ini.
Akhirnya pihak sekolah pun mengadakan rapat darurat dengan para guru dan
pemegang saham untuk membahas masalah yang sudah terlanjur mencoreng nama baik
sekolah ini.aku dan pak yusuf sebagai perwakilan dari para aktifis lingkungan
pun di panggil untuk ikut membahas masalah ini. Dengan perdebatan yang sangat
keras akhirnyapun pihak sekolah mau membatalkan proyek pengadaan lapangan
futsal dan malah berencana memperluas lahan untuk area pepohonan.
Hari sudah berganti malam. kini sinar mentari tak terlihat
lagi. Tergantikan cahaya bulan dan bintang yang berterbangan di langit. hewan
kecil yang kelap-kelip di udarapun seakan menjadi teman malamku ini. Suasananya
begitu indah seperti suasana hatiku saat ini.aku benar-benar tak percaya aku
bisa menyelesaikan masalah ini walau dengan susah payah tapi yang penting semua
orang bisa peduli akan lingkungan. Peduli akan manfaat yang akan kita rasakan
nanti. satu pohon sangat berarti bagi kehidupan anak cucu kita kelak.
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)