Selasa, 09 Juni 2015

Kunci Jawaban Dari Tuhan (Part 2)



Lalu kutunggu balasan dari Nissa, tapi ternyata gak dibalas jga, aku lalu mengirim sms :
“Nis, koq gak dibalas? smsnya jelek ya?”
lalu dibalas juga oleh Nissa:
“Bagus Mas, hanya aku menangis membacanya.. jadi gak sempat balas T-T”
“Syukurlah kalau begitu, btw aku tutup dulu ya ? aku langsung ke Masjid Rimlah”
“Ya, aku sudah ada disini Mas, menunggu tiap detik.. btw makasih smsnya :)”

Kemudian kututup sms, menaiki motor menyusuri jalan sudirman, serasa berada di ajang moto GP, entah mengapa. Mungkin karena jantung berdebar menunggu semuanya selesai…
Akhirnya aku sampai juga di Masjid dan bertemu Ustadz Faqih, Pak Rosyid, dan Nissa. Perbincangan tentang ta’aruf berlangsung cepat dan tdk ada masalah berarti karena kata Ustadz sifat kami tak jauh berbeda, Barulah sekarang membicarakan tentang konsep pernikahan, aku berkata kepada ustadz dan ayah Nissa kalau saudaraku telah datang dari Kalimantan dan siap jadi saksi. Lalu masalah adat, aku yang asli jakarta siap bawa Roti Buaya dan masalah bawa-bawaan itu nanti di serahkan oleh Saudaraku. Lalu beralih ke masalah mahar, Ustadz yang berbicara terlebih dahulu.

“Ustadz hanya menyampaikan tentang mahar, harus dengan kerelaan kalian berdua. Sebagaimana dlm ayat AlQuran :
“Berilah mereka mahar dengan penuh ketulusan. Tetapi jika mereka rela memberikan sebagian dari mahar, maka ambillah dengan cara yang halal dan baik.” (QS An Nisa’ ayat 4)
dari Aisyah bawasannya nabi berkata :”sesungguhnya pernikahan yang paling besar barakahnya adalah yang paling ringan biayanya” (HR ahmad).
Itulah dasar tentang Mahar, sebenarnya banyak hadits yang berkaitan tentang mahar. Bagaimana dengan kalian berdua sudah menentukan maharnya?”

“Kalau saya semua diserahkan kepada Mas Irwan Ustadz, berapa pun maharnya asal berkah. Bagiku ustadz keberkahan lebih penting dibandingkan mahalnya mahar tapi tidak berkah..” kata Nissa bijak diiyakan Pak Rosyid

“Baiklah kalian nanti berembuk tentang Mahar, Baiklah mungkin sampai sini dulu pembicaraannya. Kalau ada apa-apa kita bicarakan nanti Insya Allah” Ujar sang Ustadz menutup pembicaraan
Hatiku dan hati Nissa lega mendengarnya karena ada sang Ustadz yang siap membantu, tinggal kami membicarakan tentang Mahar di rumah Pak Rosyid. Disana aku membicarakan mahar yang niatnya aku beli beberapa gram dan ternyata Alhamdulillah mereka setuju dengan mahar yang niatnya kubeli. Jadi tinggal masalah setelah menikah apakah Nissa mau jika menempati rumah peninggalan orangtuaku.

“Nis, apa kamu mau tinggal di rumah peninggalan orangtuaku setelah kita menikah?” tanyaku

“Dimana saja aku mau Mas, tapi saat bulan madu mas mau kan kalau kita beberapa hari menginap di Vila Puncak? Karena disana ada Vila milik Ayah, kebetulan belum disewakan jadi kita bisa menginap selama beberapa hari.. Mas gak keberatan kan?”

“Aku gak keberatan Nis, terserah kamu bagaimana enaknya. Oh iya aku ingin membeli cincin dulu Nis.. Kamu ikut denganku ya untuk mengepaskan dengan jarimu”

“Iya mas... Masa aku gak ikut, nanti dikasih cincin gelang lagi”


Aku dan Nissa akhirnya pergi membeli cincin. Dan cincin yang kupilih ternyata pas di jarinya.. Alhamdulillah, Setelah itu aku menyiapkan bawaan untuk dibawa ke rumah Nissa bersama saudaraku, tidak lupa memesan Roti Buaya bersama anaknya sekalian, kalau bisa bersama cucunya.. hhe

Oh iya aku lupa menelpon Nissa untuk ke makam orangtuaku, aku lupa saat ta’aruf hendak mengajak kesana, ya Rabb maafkanlah kelalaian hamba. Ingatkanlah hambamu ini dengan Cahaya dariMu wahai Dzat yang Maha Pengingat..

Aku pun menelpon dan mengajak Nissa ke makam orangtuaku, sambil membeli bunga untuk menabur di makam mereka. Sesampainya disana aku taburkan karangan bunga untuk ibu dan ayah tercinta semoga mereka meridhoi pernikahan ku dengan Nissa.

“Bu, aku meminta ridho dari ibu, mungkin kalau ibu masih hidup ibu senang punya menantu Nissa bu, kebaikannya sama seperti kebaikanmu itu yang aku dengar dari Bapak tentang ibu..” kataku sambil membelai batu Nisan Ibu juga Bapak. Nissa juga berkata yang sama pada makam orangtuaku dan meminta restu.
Akhirnya kami pun pulang, rasanya lega setelah mengunjungi makam orangtua,. Karena ridho orangtua juga ridhonya Tuhan.

Kira-kira 2 bulan kemudian kami pun melangsungkan akad nikah, saudaraku jadi saksi, Ayah Nissa jadi wali dan teman Nissa pun jadi saksi. Aku mengucap ijab qobul dengan lancar alhamdulillah. Seminggu kemudian baru diadakan acara Walimatul ‘ursy (pesta pernikahan). Aku memesan kepada Nissa juga mengundang warga yang kurang mampu untuk menghadiri acara walimah, itu merupakan sunnah rasul yang ingin sekali kujalankan.
Sebagaimana dalam hadits :
“Rasulullah saw memperingatkan orang-orang yang mengadakan walimah agar tidak hanya mengundang orang-orang kaya saja, tetapi hendaknya diundang pula orang-orang miskin. Karena makanan yang dihidangkan untuk orang-orang kaya saja adalah sejelek-jelek hidangan.”
-Rasulullah saw bersabda:
“Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”

Rasulullah saw juga bersabda:
“Jika salah seorang dari kamu diundang menghadiri acara walimah, maka datangilah!”

Ucapan maher zain- hadist nabi- diucapkan kepada kami berdua :
“Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi pernikahanmu, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan-Barakallahulaka Wabaraka ‘Alayka Wa jama’ah baynakuma fii khoir”

Bawaan berupa parsel dan lain sebagainya serta Roti buaya yang kupesan bersama saudaraku datang di kediaman Nissa. Aku dihadiahi cucu buaya yang kecil sekali, kata pembuatnya itu hadiah semoga nanti beranak cucu banyak.

Ternyata saudara Nissa banyak sekali, hampir saja tangan remuk karena yang datang banyak anggota militer yang jadi teman Pak Rosyid, kaki rasanya keram terus berdiri menyalami orang-orang yang mengucapkan selamat padaku dan Nissa, teman SMP dan SMA juga anak Kuliah teman Nissa berdatangan silih berganti. Tapi semua akhirnya terbayar setelah orang-orang tinggal sedikit, aku duduk sebentar melepas penat bersama Istriku, layaknya raja dan ratu semalam..

Setelah itu barulah acara yang kami berdua tunggu tunggu, yaitu bulan madu. Aku menyiapkan baju dan perlengkapan lainnya. Sedangkan Nissa juga membawa baju salinan dan lain sebagainya ditas.. Kami pun berangkat ke Puncak, ia ingin di bonceng dengan motor tuaku. Aku sebenarnya ingin menolak karena bisa bahaya jika membawa motor tapi akhirnya aku menuruti keinginannya.
Sesampainya disana kami bertemu nek imah, yang menjaga villa tersebut.
“Eh, neng Nissa katanya kamu jadi menikah ? Pasti ini suamimu ya ?” kata nek Imah yang di usia senjanya masih cukup kuat merawat villa itu

“Iya Nek Imah, ini suamiku. Kami niatnya ingin menginap beberapa hari disini”

“Oh ya sudah, Nenek akan pergi dulu kerumah, nanti mengganggu lagi.” Katanya tersenyum penuh arti.
Kubisikkan sesuatu ke telinga istriku.
“Nis, ini cuma khayalanku apa memang Nenek Imah 40 tahun lebih muda dari usianya ya..”
Kulihat reaksinya merona tersenyum simpul. Kuikut tersenyum.
Nek Imah pun pergi, sekarang tinggal kita berdua di tengah vila yang dikelilingi rumput yang luas dan indah hampir seperti melihat deja vu,
“Perasaan aku pernah kesini. Tapi kapan ya..” heranku kepada Nissa sambil menatap rerumputan yang dipenuhi embun.
“Masa? Aku malah belum pernah kasih tau kamu kalau aku punya Vila. Baru kemarin itu..”
“Ohh..”
Kami pun menyusuri jalan setapak menuju tangga Vila. Vila itu cukup besar dengan ruangan yang luas, setelah kami duduk di kasur kamar aku teringat tentang motor dan menanyakan tentang awal cerita mengapa Nissa jatuh cinta kepadaku.

“Nis, aku masih penasaran kenapa kamu cinta padaku saat di SMP”

“Baiklah aku ceritakan, jadi waktu SMP awalnya aku kira kamu sombong gak pernah menyapa. Tapi kamu tau kan Mas saat waktu itu? saat aku pulang sendirian karena Ayah tidak bisa mengantar karena sibuk di kantor. Aku menunggu di sekolah sedang yang lain telah pulang. Aku masih ingat waktu itu kamu ternyata masih ada di kantin dan mencoba untuk pulang dengan motormu itu. Aku sebenarnya iri Mas karena gak ada yang mengantarku. Tapi kamu melihat aku sendirian di sana. Lalu kamu berkata padaku waktu itu :
“Nis, kamu gak diantar sama ayahmu? Ayo aku antar ke rumah karena sebentar lagi hujan.” katamu waktu itu.
Aku yang tadinya mengira kamu sombong akhirnya berubah pikiran, ternyata kamu orangnya ramah. Aku juga berkata waktu itu
“Iya nih, gak diantar Ayah.. memang kamu mau mengantarku wan?”

“Masa melihat sahabat yang pulang sendirian gak ku antar, percuma di belakang ada tumpangan, hhe. Ya sudah Nis, kamu ikut aku aja nanti aku antar ke rumahmu. Sekalian silaturahmi mungkin”
Akhirnya kamu mengantarku, tapi dijalan malah hujan.. aku yang gak memakai jaket kebasahan. Lalu kamu menawarkan jaketmu Mas setelah berhenti dari motor.
“Nis, kamu kedinginan? Ini kamu pakai jaket aku..” sambil melepaskan jaket dan menyelimutinya ke Nissa.

“Kamu gak apa-apa gak pake jaket? Nanti kamu sakit wan..”

“Lebih baik aku yang sakit daripada kamu yang sakit Nis.” akhirnya hujan yang begitu deras dan jarak yang jauh itu yang buat aku cinta sama kamu mas, kamu rela berkorban jaket sedangkan kamu kebasahan. Sejak saat itu aku tau kalau kamu sungguh berarti buatku mas.
Perasaan itu bertambah pas kamu jatuh sakit setelah mengantarku, kamu terserang Typus. Dan aku juga menjengukmu di rumah sakit. Aku menyesal karena seharusnya aku yang sakit, bukan kamu.
“Oh jadi begitu ceritanya, tapi kan semenjak itu aku jadi lebih dekat sama kamu Nis. Itu juga jadi pengobat sakitku Nis” kataku sambil tersenyum.

“Oh iya Mas, sebenarnya aku juga bermimpi wajah kamu beberapa bulan sebelum kamu datang menanyakan tentang ta’aruf. Aku jadi yakin Mas kalau kamu adalah jodohku” Kata Nissa menjelaskan.

“Lho, kamu juga bermimpi yang sama denganku? berarti…”

“Berarti kita berjodoh Mas” kata Nissa menjelaskan aku yang mendengar hanya bisa tertawa diikuti tawa Nissa. Ternyata aku selama ini salah menafsir mimpi. Seharusnya sekalian saja aku menanyakan ke tetanggaku mengenai bermimpi wajah Nissa. Tapi bagiku sama saja, toh jalan takdir juga yang mempertemukanku dengannya.

Kami berdua lalu terdiam, tak tau harus berbuat apa. Diluar suara kicau burung menggema membelah sukma. Dikamar yang di cat warna putih ini aku terdiam membisu, bingung harus memulai dari mana. Memang ini bukan saat yang tepat untuk berada di kamar, apalagi udara sedang dingin-dinginnya.

“Nis, kita keluar aja yuk, sepertinya masih terlalu pagi. Aku ingin mengenal lebih jauh tempat sekitar sini” sahutku
“Kamu gak mau makan dulu Mas? Nanti biar Nissa buat..”
“Memang kamu mau masak apa Nis ?”
“Emmh, Bagaimana kalau bakso ? kebetulan di kulkas ada..”
“Mhh.. Boleh juga, pas untuk mengurangi hawa dingin disini”
“Kalau minumnya Mas mau apa ”
“Jahe hangat aja deh kalau ada, Mau aku bantu masak gak Nis?”
“Gak usah Mas biar aku aja, Mas tunggu aja di pondok dekat kolam renang. Biar sekalian aku yang antar..”
“Baiklah kalau begitu, aku keluar duluan ya Nis”
“Ya,, Hati hati mas”
“Oke”

Aku pun keluar dari kamar itu dan menuju ke pondok yang bersebelahan dengan kolam renang, disana sudah dialasi tikar dan juga bantal, sisi-sisinya terbuat dari kayu jati yang kuat. Tepat disudut pondok ada sebuah gitar.

“Wah, kebetulan ada gitar. Bagaimana kalau nanti aku buat suasana cair? menyanyikan beberapa bait lagu untuk istri tercinta?” pikirku.

Kemudian aku mencoba mengetes gitar itu, mencoba mencari melodi yang bagus.
Aku menyetel senar gitar, setelah dirasa pas aku pun bersandar di bantal mencoba rilex.
Sementara itu di dapur, Nissa sedang merebus bakso, sesekali melihat ke jendela dapur yang mengarah ke teras sambil melihat Mas Irwan yang tertidur pulas..

“Ya Tuhan, terimakasih engkau telah mengabulkan doaku dan mengirimkan seseorang yang berarti buat hambamu..” ujarnya diiringi airmata bahagia.
Saat Nissa sedang asyik asyiknya melamun, ternyata di kamar terdengar bunyi telepon yang langsung membuyarkan lamunannya. Langsung saja ia berlari ke kamar, takut terjadi sesuatu yang buruk.
Setiba di kamar, Nissa mencari sumber suara, ternyata datangnya dari arah tas, langsung saja ia membuka tas yang dipenuhi baju itu. Saat sedang memeriksa tas dan akhirnya menemukan hpnya yang sudah berhenti berdering , ternyata ada secarik kertas yang terjatuh ke lantai kamar.

“Kertas apa ini ?” herannya sambil melihat kertas yang terlipat.
dan ternyata itu kertas Ujian MTK punya anak didiknya yang terbawa ke dalam tas, yang telah diisi jawaban.
“Oh, ternyata kertas ujian MTK, tapi kenapa bisa kebawa ya? perasaan sudah kuberi ke anak privatku” ujarnya penuh tanda tanya sambil membawa kertas itu ke laci kaca dan menaruhnya disana.
Nissa pergi ke dapur sambil melihat siapa yang menelpon masuk, tetapi ternyata nomornya di privat number sehingga ia tidak tau siapa yang menelpon.
“Ah, siapa yang iseng nelpon sih,” pikir Nissa bingung, tapi menghentikan pikirannya karena bakso yang dimasaknya sudah matang
“Aduh, rasanya gimana ya? enak gak sih.” kata Nissa takut. Takut bila nanti suaminya gak suka, tapi juga males mencicipi. Akhirnya tanpa dicicipi terlebih dahulu, Nissa pergi ke teras.

Sementara itu aku yang tertidur malah bermimpi bertemu seseorang pemuda berbaju putih, dia memberiku selembar kertas. Aku yang tak tau kertas apa itu, akhirnya memanggil pemuda itu.
“Maaf ini kertas apa?” tanyaku kepada pemuda itu.

“Itu jawaban untukmu dari Tuhan” kata pemuda itu sambil terus berjalan. Aku yang tak tau maksud dari pemuda itu akhirnya memanggilnya sekali lagi tapi pemuda itu telah menghilang. Aku yang menyaksikannya akhirnya terbangun dari tidur sambil mengucap istigfar..

“Astagfirullah,”
“Kamu kenapa Mas ?” tanya istriku yang ternyata sudah ada di depanku.
“Aku tak tau Nis, tiba-tiba aku bermimpi bertemu seorang pemuda berbaju putih”
“Oh, aku kira kenapa, kalau menurutku Mas itu pertanda baik” kata istriku bijak
“Yah aku harap seperti itu” ujarku mengaminkan.
“Oh iya, Ini Mas sarapannya..” ujarnya agak grogi
“Terimakasih Nis, sarapan ini akan selalu jadi sarapan spesialku karena ini merupakan sarapan pertama kita sebagai suami istri” kataku sambil melihat kuah bakso, yang terlihat enak disantap hangat”
“Kamu coba dulu dong Mas, enak apa enggak. Aku takut malah gak enak lagi..”
“Mhhh.. Kamu membuat makanan ini dari hatimu yang terdalam kan?”
“Ya tentu saja Mas, kamu kan suamiku..”
“Kalau begitu bakso ini pasti enak..”
“Lho, koq bisa gitu ? kan belum dicoba..”
“Itulah sebabnya, segala sesuatu yang dilakukan dari hati apapun itu pasti akan terasa indah apabila dilakukan tanpa dasar paksaan. Walaupun nanti makanan yang kumakan asin pun akan terasa manis.. karena kamu membuatnya dari hati, tapi kalau terlalu asin kaya laut mati ya.. hhe terpaksa pake kecap”
“Huh dasar, tadinya mau senyum eh akhirnya malah sepet. Ya sudah Mas makan aja dulu nanti keburu dingin”
“Baiklah, tapi kamu ikut makan denganku ya ?”
“Aku ambil mangkuk dulu ya Mas”
“Gak usah Nis, biar 1 mangkuk saja, Aku yang suapin..”

Akhirnya kami berdua makan bakso itu, memang enak rasanya kalau sudah beristri. Akan ada slalu kekasih yang menemani. Aku jadi teringat pepatah. Kekasih sejati adalah seseorang yang mampu membuatmu tersenyum, membuatmu tertawa. Yang slalu membawa cinta tanpa pernah meminta tapi dengan rasa tulus saling memberi demi orang yang kau kasihi
Setelah kami selesai makan, kami pun berjalan menyusuri rerumputan sambil membawa sebuah gitar.

“Kamu kenapa bawa gitar Mas ?”
“Untuk mencairkan suasana aja Nis..”
“Owhh”
“Eh Nis kita kesana aja yuk, pemandangannya bagus..” kataku sambil menunjuk padang rumput yang menurun. Disana ada bangku panjang yang cukup untuk dua orang.
“Boleh..”
Kami berdua bergandengan tangan,, ada rasa nyaman yang sulit sekali untuk dijelaskan.
“Aku punya lagu buat kamu karangan bryan adams,, dengar ya..” kataku menjelaskan.
“Iya Mas”
“Ehhhmmm.. ” dehamku sambil merefresh tenggorokan. Lalu kupetik gitar sambil menyanyikan lagu untuk istriku tersayang… agar lebih terlihat romantis.

To really love a woman (tuk sangat mencintai wanita)
To understand her (tuk tahu tentangnya)
You gotta know her deep inside (kau harus tahu isi dihatinya)
Hear every thought (dengar setiap ucapannya)
See every dream (lihat segala mimpinya)
And give her wings when she wants to fly (dan berikan sayap saat dia ingin terbang)
And when you find yourself (dan disaat kau temukan dirimu)
Lying helpless in her arms (bersandar dipundaknya)
You know you really love a woman (kau kan tau kau sungguh mencintainya)
When you love a woman (ketika kau mencintainya
You tell her that she’s really wanted (kau katakan dia yang selama ini kau cari)
When you love a woman (ketika kau mencintainya)
You tell her that she’s the one (kau katakan padanya dialah satu-satunya)
She needs somebody (karena ia butuh seseorang)
To tell her that it’s gonna last forever (yang berkata cinta ini akan selamanya)

Aku terbatuk berkali kali. Capek juga nyanyi bahasa inggris, namun semua terbayar karena Nissa akhirnya memelukku erat.
“Makasih Mas lagunya.. Aku suka banget..” senyumnya sambil berkaca-kaca.
“Iya Nis, hmm mungkin aku bukanlah lelaki sempurna tetapi kupunya sejuta asa untuk membuat istriku tersenyum bahagia” kataku menjelaskan.

Nissa tidak menjelaskan dengan kata-kata tapi dengan pelukannya aku tau bahwa ia bahagia.
Aku baru mau mencoba berbicara tapi celanaku terasa bergetar, ternyata ada panggilan masuk…

“Mas, ada telepon masuk..”
“Iya Nis, aku terima dulu ya?”

Aku lalu mengambil hp dari saku kantong celanaku, dan aku tak tau ternyata kertas ujian yang selama ini kusimpan terjatuh ke rumput, Nissa yang melihat kertas itu akhirnya mengambilnya, sedangkan aku asyik mengobrol dengan pak Rosyid yang menanyakan apa aku betah tinggal di villa, lalu kujawab bahwa aku betah di sini, mampu menghilangkan stress selama berada di jakarta. Setelah aku selesai berbicara dengan pak Rosyid, Nissa berjalan kearahku.

“Mas, ini kertas apa?” ujarnya sambil menunjukkan selembar kertas yang sudah menguning. Setelah melihat kertas itu baru teringat bahwa aku ingin sekali meminta kertas ujian saat berada dirumah Nissa, apa masih ada sekarang?

“Oh, itu kertas jawaban matematikaku Nis, ngomong-ngomong kamu masih menyimpan kertas ujian MTK yang kulihat waktu pertama kali taaruf gak Nis? aku lupa bertanya tentang ujian itu.. aku masih ingat kertas ujian MTK itu ada di meja rumahmu”

“Ada Mas di dalam, sebentar ya aku ambilkan” kata Nissa lalu pergi ke dalam villa.
Sekitar beberapa menit kemudian akhirnya ia datang sambil membawa kertas ujian itu..

“Ini Mas, aku juga gak mengerti kenapa kertas ujian itu bisa ada di tasku, padahal aku tinggal dirumah. Memangnya ada apa Mas dengan kertas ujian itu?” ujarnya heran.

“Ini ada hubungannya dengan masa lalu Nis, aku yakin kalau aku gak lulus SMP..”
“Masa sih, aku gak yakin kalau kamu gak lulus Mas, bukannya nilaimu delapan ya ?”

“Iya, tapi semua yang kupelajari gak ada yang masuk ke otak, coba deh kamu cocokin dengan kertas kamu..”
Kami berdua saling melihat kertas ujian dan saling mencocokkannya, ternyata memang benar kalau aku gak lulus.

“Ternyata selama ini Tuhan telah berbaik hati kepadaku Nis..” ujarku sedih haru sambil terus memegang kertas itu, tak terasa airmata meleleh.

“Mungkin itu karena kamu sholat tahajjud Mas, dan Allah mendengar doamu. Kamu kan pernah bilang kalau menjelang ujian kamu sering tahajjud Mas. Inilah kunci jawaban dari Tuhan untukmu Mas..” ujarnya lirih penuh ketulusan.

“Ya, kamu benar Nis, Pintu Kebijaksanaan Tuhan selalu terbuka lebar bagi hambanya yang mau mengenal Tuhannya. Dan mimpi yang selama ini aku rasakan yang serasa de javu. Di tempat ini, pertemuan dengan seorang pemuda. Semua adalah peristiwa masa depan yang akan kita lewati di tempat ini. Aku pernah bilang kalau aku pernah mengunjungi tempat ini Nis, ternyata semua itu ada di mimpiku. Dalam mimpi aku melihat seorang lelaki dengan seorang perempuan yang memegang kertas dan berada di padang rumput yang luas, aku baru tau kalau itu 2 kertas yang kita pegang ini, dan rumput itu adalah tempat ini.” Kataku menahan haru, Nissa juga terharu mendengarnya..
Kami berdua melihat keatas langit, awan berarak menandakan hujan sebentar lagi turun. Kami terdiam menikmati tiap tetes hujan yang dianugrahkan Tuhan, kami saling berpegangan erat.
Tiba-tiba saja aku tertawa, Nissa yang melihatku tertawa seorang diri heran dibuatnya..

“Kamu kenapa tertawa Mas ?”

“Hha.. aku jadi berpikir satu hal Nis. Apa pemuda yang kutemui adalah malaikat mikail?” kataku sambil tersenyum.

“Kalau malaikat Mikail memang kenapa Mas ?”

“Yah, aku hanya berpikir bahwa Tuhan mengirimkan malaikat mikail kepadaku untuk membawa rizki-ku yang berupa kertas jawaban ini. Seperti yang kau tau kalau malaikat mikail adalah pembagi rizki yang sudah diatur per orangnya oleh Allah. Bagiku rizki bukan hanya karena harta, tetapi kesehatan, sehat jasmani dan rohani adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada hambanya. Betapa pentingnya kesehatan sehingga harta hanya barang murah jika dibanding kesehatan. Aku jadi yakin bahwa inilah rizki terindah bagiku Nis yaitu sehat dan kunci jawaban ini, secarik kertas yang ternyata berguna bagiku pada akhirnya..”
“Ya Allah, terimakasih engkau telah mengirimkan rizki ini ya Rabb, titipkanlah salamku kepada Baginda Muhammad ya Allah, beserta malaikat mikail, jibril dan malaikat lainnya.. Titip juga salam hamba kepada orangtua hamba ya Rabb, semoga kami berdua dapat bertemu bersama orangtua hamba.. Amiin

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 98 :

Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang yang kafir”.
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar

Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)