Lalu kutunggu
balasan dari Nissa, tapi ternyata gak dibalas jga, aku lalu mengirim sms :
“Nis, koq gak
dibalas? smsnya jelek ya?”
lalu dibalas juga
oleh Nissa:
“Bagus Mas, hanya
aku menangis membacanya.. jadi gak sempat balas T-T”
“Syukurlah kalau
begitu, btw aku tutup dulu ya ? aku langsung ke Masjid Rimlah”
“Ya, aku sudah
ada disini Mas, menunggu tiap detik.. btw makasih smsnya :)”
Kemudian kututup
sms, menaiki motor menyusuri jalan sudirman, serasa berada di ajang moto GP,
entah mengapa. Mungkin karena jantung berdebar menunggu semuanya selesai…
Akhirnya aku
sampai juga di Masjid dan bertemu Ustadz Faqih, Pak Rosyid, dan Nissa.
Perbincangan tentang ta’aruf berlangsung cepat dan tdk ada masalah berarti
karena kata Ustadz sifat kami tak jauh berbeda, Barulah sekarang membicarakan
tentang konsep pernikahan, aku berkata kepada ustadz dan ayah Nissa kalau
saudaraku telah datang dari Kalimantan dan siap jadi saksi. Lalu masalah adat,
aku yang asli jakarta siap bawa Roti Buaya dan masalah bawa-bawaan itu nanti di
serahkan oleh Saudaraku. Lalu beralih ke masalah mahar, Ustadz yang berbicara
terlebih dahulu.
“Ustadz hanya
menyampaikan tentang mahar, harus dengan kerelaan kalian berdua. Sebagaimana
dlm ayat AlQuran :
“Berilah mereka
mahar dengan penuh ketulusan. Tetapi jika mereka rela memberikan sebagian dari
mahar, maka ambillah dengan cara yang halal dan baik.” (QS An Nisa’ ayat 4)
dari Aisyah
bawasannya nabi berkata :”sesungguhnya pernikahan yang paling besar barakahnya
adalah yang paling ringan biayanya” (HR ahmad).
Itulah dasar
tentang Mahar, sebenarnya banyak hadits yang berkaitan tentang mahar. Bagaimana
dengan kalian berdua sudah menentukan maharnya?”
“Kalau saya semua
diserahkan kepada Mas Irwan Ustadz, berapa pun maharnya asal berkah. Bagiku
ustadz keberkahan lebih penting dibandingkan mahalnya mahar tapi tidak
berkah..” kata Nissa bijak diiyakan Pak Rosyid
“Baiklah kalian
nanti berembuk tentang Mahar, Baiklah mungkin sampai sini dulu pembicaraannya.
Kalau ada apa-apa kita bicarakan nanti Insya Allah” Ujar sang Ustadz menutup
pembicaraan
Hatiku dan hati
Nissa lega mendengarnya karena ada sang Ustadz yang siap membantu, tinggal kami
membicarakan tentang Mahar di rumah Pak Rosyid. Disana aku membicarakan mahar
yang niatnya aku beli beberapa gram dan ternyata Alhamdulillah mereka setuju
dengan mahar yang niatnya kubeli. Jadi tinggal masalah setelah menikah apakah
Nissa mau jika menempati rumah peninggalan orangtuaku.
“Nis, apa kamu
mau tinggal di rumah peninggalan orangtuaku setelah kita menikah?” tanyaku
“Dimana saja aku
mau Mas, tapi saat bulan madu mas mau kan kalau kita beberapa hari menginap di
Vila Puncak? Karena disana ada Vila milik Ayah, kebetulan belum disewakan jadi
kita bisa menginap selama beberapa hari.. Mas gak keberatan kan?”
“Aku gak keberatan
Nis, terserah kamu bagaimana enaknya. Oh iya aku ingin membeli cincin dulu
Nis.. Kamu ikut denganku ya untuk mengepaskan dengan jarimu”
“Iya mas... Masa
aku gak ikut, nanti dikasih cincin gelang lagi”
Aku dan Nissa
akhirnya pergi membeli cincin. Dan cincin yang kupilih ternyata pas di
jarinya.. Alhamdulillah, Setelah itu aku menyiapkan bawaan untuk dibawa ke
rumah Nissa bersama saudaraku, tidak lupa memesan Roti Buaya bersama anaknya
sekalian, kalau bisa bersama cucunya.. hhe
Oh iya aku lupa
menelpon Nissa untuk ke makam orangtuaku, aku lupa saat ta’aruf hendak mengajak
kesana, ya Rabb maafkanlah kelalaian hamba. Ingatkanlah hambamu ini dengan
Cahaya dariMu wahai Dzat yang Maha Pengingat..
Aku pun menelpon
dan mengajak Nissa ke makam orangtuaku, sambil membeli bunga untuk menabur di
makam mereka. Sesampainya disana aku taburkan karangan bunga untuk ibu dan ayah
tercinta semoga mereka meridhoi pernikahan ku dengan Nissa.
“Bu, aku meminta
ridho dari ibu, mungkin kalau ibu masih hidup ibu senang punya menantu Nissa
bu, kebaikannya sama seperti kebaikanmu itu yang aku dengar dari Bapak tentang
ibu..” kataku sambil membelai batu Nisan Ibu juga Bapak. Nissa juga berkata
yang sama pada makam orangtuaku dan meminta restu.
Akhirnya kami pun
pulang, rasanya lega setelah mengunjungi makam orangtua,. Karena ridho orangtua
juga ridhonya Tuhan.
Kira-kira 2 bulan
kemudian kami pun melangsungkan akad nikah, saudaraku jadi saksi, Ayah Nissa
jadi wali dan teman Nissa pun jadi saksi. Aku mengucap ijab qobul dengan lancar
alhamdulillah. Seminggu kemudian baru diadakan acara Walimatul ‘ursy (pesta
pernikahan). Aku memesan kepada Nissa juga mengundang warga yang kurang mampu
untuk menghadiri acara walimah, itu merupakan sunnah rasul yang ingin sekali
kujalankan.
Sebagaimana dalam
hadits :
“Rasulullah saw
memperingatkan orang-orang yang mengadakan walimah agar tidak hanya mengundang
orang-orang kaya saja, tetapi hendaknya diundang pula orang-orang miskin.
Karena makanan yang dihidangkan untuk orang-orang kaya saja adalah
sejelek-jelek hidangan.”
-Rasulullah saw
bersabda:
“Selenggarakanlah
walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”
Rasulullah saw
juga bersabda:
“Jika salah
seorang dari kamu diundang menghadiri acara walimah, maka datangilah!”
Ucapan maher
zain- hadist nabi- diucapkan kepada kami berdua :
“Semoga Allah
memberkahimu dan memberkahi pernikahanmu, serta semoga Allah mempersatukan
kalian berdua dalam kebaikan-Barakallahulaka Wabaraka ‘Alayka Wa jama’ah
baynakuma fii khoir”
Bawaan berupa
parsel dan lain sebagainya serta Roti buaya yang kupesan bersama saudaraku
datang di kediaman Nissa. Aku dihadiahi cucu buaya yang kecil sekali, kata
pembuatnya itu hadiah semoga nanti beranak cucu banyak.
Ternyata saudara
Nissa banyak sekali, hampir saja tangan remuk karena yang datang banyak anggota
militer yang jadi teman Pak Rosyid, kaki rasanya keram terus berdiri menyalami
orang-orang yang mengucapkan selamat padaku dan Nissa, teman SMP dan SMA juga
anak Kuliah teman Nissa berdatangan silih berganti. Tapi semua akhirnya
terbayar setelah orang-orang tinggal sedikit, aku duduk sebentar melepas penat
bersama Istriku, layaknya raja dan ratu semalam..
Setelah itu
barulah acara yang kami berdua tunggu tunggu, yaitu bulan madu. Aku menyiapkan
baju dan perlengkapan lainnya. Sedangkan Nissa juga membawa baju salinan dan
lain sebagainya ditas.. Kami pun berangkat ke Puncak, ia ingin di bonceng
dengan motor tuaku. Aku sebenarnya ingin menolak karena bisa bahaya jika
membawa motor tapi akhirnya aku menuruti keinginannya.
Sesampainya
disana kami bertemu nek imah, yang menjaga villa tersebut.
“Eh, neng Nissa
katanya kamu jadi menikah ? Pasti ini suamimu ya ?” kata nek Imah yang di usia
senjanya masih cukup kuat merawat villa itu
“Iya Nek Imah,
ini suamiku. Kami niatnya ingin menginap beberapa hari disini”
“Oh ya sudah,
Nenek akan pergi dulu kerumah, nanti mengganggu lagi.” Katanya tersenyum penuh
arti.
Kubisikkan
sesuatu ke telinga istriku.
“Nis, ini cuma
khayalanku apa memang Nenek Imah 40 tahun lebih muda dari usianya ya..”
Kulihat reaksinya
merona tersenyum simpul. Kuikut tersenyum.
Nek Imah pun
pergi, sekarang tinggal kita berdua di tengah vila yang dikelilingi rumput yang
luas dan indah hampir seperti melihat deja vu,
“Perasaan aku
pernah kesini. Tapi kapan ya..” heranku kepada Nissa sambil menatap rerumputan
yang dipenuhi embun.
“Masa? Aku malah
belum pernah kasih tau kamu kalau aku punya Vila. Baru kemarin itu..”
“Ohh..”
Kami pun
menyusuri jalan setapak menuju tangga Vila. Vila itu cukup besar dengan ruangan
yang luas, setelah kami duduk di kasur kamar aku teringat tentang motor dan
menanyakan tentang awal cerita mengapa Nissa jatuh cinta kepadaku.
“Nis, aku masih
penasaran kenapa kamu cinta padaku saat di SMP”
“Baiklah aku
ceritakan, jadi waktu SMP awalnya aku kira kamu sombong gak pernah menyapa.
Tapi kamu tau kan Mas saat waktu itu? saat aku pulang sendirian karena Ayah
tidak bisa mengantar karena sibuk di kantor. Aku menunggu di sekolah sedang
yang lain telah pulang. Aku masih ingat waktu itu kamu ternyata masih ada di
kantin dan mencoba untuk pulang dengan motormu itu. Aku sebenarnya iri Mas
karena gak ada yang mengantarku. Tapi kamu melihat aku sendirian di sana. Lalu
kamu berkata padaku waktu itu :
“Nis, kamu gak
diantar sama ayahmu? Ayo aku antar ke rumah karena sebentar lagi hujan.” katamu
waktu itu.
Aku yang tadinya
mengira kamu sombong akhirnya berubah pikiran, ternyata kamu orangnya ramah.
Aku juga berkata waktu itu
“Iya nih, gak
diantar Ayah.. memang kamu mau mengantarku wan?”
“Masa melihat
sahabat yang pulang sendirian gak ku antar, percuma di belakang ada tumpangan,
hhe. Ya sudah Nis, kamu ikut aku aja nanti aku antar ke rumahmu. Sekalian
silaturahmi mungkin”
Akhirnya kamu
mengantarku, tapi dijalan malah hujan.. aku yang gak memakai jaket kebasahan.
Lalu kamu menawarkan jaketmu Mas setelah berhenti dari motor.
“Nis, kamu
kedinginan? Ini kamu pakai jaket aku..” sambil melepaskan jaket dan
menyelimutinya ke Nissa.
“Kamu gak apa-apa
gak pake jaket? Nanti kamu sakit wan..”
“Lebih baik aku
yang sakit daripada kamu yang sakit Nis.” akhirnya hujan yang begitu deras dan
jarak yang jauh itu yang buat aku cinta sama kamu mas, kamu rela berkorban
jaket sedangkan kamu kebasahan. Sejak saat itu aku tau kalau kamu sungguh
berarti buatku mas.
Perasaan itu
bertambah pas kamu jatuh sakit setelah mengantarku, kamu terserang Typus. Dan
aku juga menjengukmu di rumah sakit. Aku menyesal karena seharusnya aku yang
sakit, bukan kamu.
“Oh jadi begitu
ceritanya, tapi kan semenjak itu aku jadi lebih dekat sama kamu Nis. Itu juga
jadi pengobat sakitku Nis” kataku sambil tersenyum.
“Oh iya Mas,
sebenarnya aku juga bermimpi wajah kamu beberapa bulan sebelum kamu datang
menanyakan tentang ta’aruf. Aku jadi yakin Mas kalau kamu adalah jodohku” Kata
Nissa menjelaskan.
“Lho, kamu juga
bermimpi yang sama denganku? berarti…”
“Berarti kita
berjodoh Mas” kata Nissa menjelaskan aku yang mendengar hanya bisa tertawa
diikuti tawa Nissa. Ternyata aku selama ini salah menafsir mimpi. Seharusnya
sekalian saja aku menanyakan ke tetanggaku mengenai bermimpi wajah Nissa. Tapi
bagiku sama saja, toh jalan takdir juga yang mempertemukanku dengannya.
Kami berdua lalu
terdiam, tak tau harus berbuat apa. Diluar suara kicau burung menggema membelah
sukma. Dikamar yang di cat warna putih ini aku terdiam membisu, bingung harus
memulai dari mana. Memang ini bukan saat yang tepat untuk berada di kamar,
apalagi udara sedang dingin-dinginnya.
“Nis, kita keluar
aja yuk, sepertinya masih terlalu pagi. Aku ingin mengenal lebih jauh tempat
sekitar sini” sahutku
“Kamu gak mau
makan dulu Mas? Nanti biar Nissa buat..”
“Memang kamu mau
masak apa Nis ?”
“Emmh, Bagaimana
kalau bakso ? kebetulan di kulkas ada..”
“Mhh.. Boleh
juga, pas untuk mengurangi hawa dingin disini”
“Kalau minumnya
Mas mau apa ”
“Jahe hangat aja
deh kalau ada, Mau aku bantu masak gak Nis?”
“Gak usah Mas
biar aku aja, Mas tunggu aja di pondok dekat kolam renang. Biar sekalian aku
yang antar..”
“Baiklah kalau
begitu, aku keluar duluan ya Nis”
“Ya,, Hati hati
mas”
“Oke”
Aku pun keluar
dari kamar itu dan menuju ke pondok yang bersebelahan dengan kolam renang,
disana sudah dialasi tikar dan juga bantal, sisi-sisinya terbuat dari kayu jati
yang kuat. Tepat disudut pondok ada sebuah gitar.
“Wah, kebetulan
ada gitar. Bagaimana kalau nanti aku buat suasana cair? menyanyikan beberapa
bait lagu untuk istri tercinta?” pikirku.
Kemudian aku
mencoba mengetes gitar itu, mencoba mencari melodi yang bagus.
Aku menyetel
senar gitar, setelah dirasa pas aku pun bersandar di bantal mencoba rilex.
Sementara itu di
dapur, Nissa sedang merebus bakso, sesekali melihat ke jendela dapur yang
mengarah ke teras sambil melihat Mas Irwan yang tertidur pulas..
“Ya Tuhan,
terimakasih engkau telah mengabulkan doaku dan mengirimkan seseorang yang
berarti buat hambamu..” ujarnya diiringi airmata bahagia.
Saat Nissa sedang
asyik asyiknya melamun, ternyata di kamar terdengar bunyi telepon yang langsung
membuyarkan lamunannya. Langsung saja ia berlari ke kamar, takut terjadi
sesuatu yang buruk.
Setiba di kamar,
Nissa mencari sumber suara, ternyata datangnya dari arah tas, langsung saja ia
membuka tas yang dipenuhi baju itu. Saat sedang memeriksa tas dan akhirnya
menemukan hpnya yang sudah berhenti berdering , ternyata ada secarik kertas
yang terjatuh ke lantai kamar.
“Kertas apa ini
?” herannya sambil melihat kertas yang terlipat.
dan ternyata itu
kertas Ujian MTK punya anak didiknya yang terbawa ke dalam tas, yang telah
diisi jawaban.
“Oh, ternyata
kertas ujian MTK, tapi kenapa bisa kebawa ya? perasaan sudah kuberi ke anak
privatku” ujarnya penuh tanda tanya sambil membawa kertas itu ke laci kaca dan
menaruhnya disana.
Nissa pergi ke
dapur sambil melihat siapa yang menelpon masuk, tetapi ternyata nomornya di
privat number sehingga ia tidak tau siapa yang menelpon.
“Ah, siapa yang
iseng nelpon sih,” pikir Nissa bingung, tapi menghentikan pikirannya karena
bakso yang dimasaknya sudah matang
“Aduh, rasanya
gimana ya? enak gak sih.” kata Nissa takut. Takut bila nanti suaminya gak suka,
tapi juga males mencicipi. Akhirnya tanpa dicicipi terlebih dahulu, Nissa pergi
ke teras.
Sementara itu aku
yang tertidur malah bermimpi bertemu seseorang pemuda berbaju putih, dia
memberiku selembar kertas. Aku yang tak tau kertas apa itu, akhirnya memanggil
pemuda itu.
“Maaf ini kertas
apa?” tanyaku kepada pemuda itu.
“Itu jawaban
untukmu dari Tuhan” kata pemuda itu sambil terus berjalan. Aku yang tak tau
maksud dari pemuda itu akhirnya memanggilnya sekali lagi tapi pemuda itu telah
menghilang. Aku yang menyaksikannya akhirnya terbangun dari tidur sambil
mengucap istigfar..
“Astagfirullah,”
“Kamu kenapa Mas
?” tanya istriku yang ternyata sudah ada di depanku.
“Aku tak tau Nis,
tiba-tiba aku bermimpi bertemu seorang pemuda berbaju putih”
“Oh, aku kira
kenapa, kalau menurutku Mas itu pertanda baik” kata istriku bijak
“Yah aku harap
seperti itu” ujarku mengaminkan.
“Oh iya, Ini Mas
sarapannya..” ujarnya agak grogi
“Terimakasih Nis,
sarapan ini akan selalu jadi sarapan spesialku karena ini merupakan sarapan
pertama kita sebagai suami istri” kataku sambil melihat kuah bakso, yang
terlihat enak disantap hangat”
“Kamu coba dulu
dong Mas, enak apa enggak. Aku takut malah gak enak lagi..”
“Mhhh.. Kamu
membuat makanan ini dari hatimu yang terdalam kan?”
“Ya tentu saja
Mas, kamu kan suamiku..”
“Kalau begitu
bakso ini pasti enak..”
“Lho, koq bisa
gitu ? kan belum dicoba..”
“Itulah sebabnya,
segala sesuatu yang dilakukan dari hati apapun itu pasti akan terasa indah
apabila dilakukan tanpa dasar paksaan. Walaupun nanti makanan yang kumakan asin
pun akan terasa manis.. karena kamu membuatnya dari hati, tapi kalau terlalu
asin kaya laut mati ya.. hhe terpaksa pake kecap”
“Huh dasar,
tadinya mau senyum eh akhirnya malah sepet. Ya sudah Mas makan aja dulu nanti
keburu dingin”
“Baiklah, tapi
kamu ikut makan denganku ya ?”
“Aku ambil
mangkuk dulu ya Mas”
“Gak usah Nis,
biar 1 mangkuk saja, Aku yang suapin..”
Akhirnya kami
berdua makan bakso itu, memang enak rasanya kalau sudah beristri. Akan ada
slalu kekasih yang menemani. Aku jadi teringat pepatah. Kekasih sejati adalah
seseorang yang mampu membuatmu tersenyum, membuatmu tertawa. Yang slalu membawa
cinta tanpa pernah meminta tapi dengan rasa tulus saling memberi demi orang
yang kau kasihi
Setelah kami
selesai makan, kami pun berjalan menyusuri rerumputan sambil membawa sebuah
gitar.
“Kamu kenapa bawa
gitar Mas ?”
“Untuk mencairkan
suasana aja Nis..”
“Owhh”
“Eh Nis kita
kesana aja yuk, pemandangannya bagus..” kataku sambil menunjuk padang rumput
yang menurun. Disana ada bangku panjang yang cukup untuk dua orang.
“Boleh..”
Kami berdua
bergandengan tangan,, ada rasa nyaman yang sulit sekali untuk dijelaskan.
“Aku punya lagu
buat kamu karangan bryan adams,, dengar ya..” kataku menjelaskan.
“Iya Mas”
“Ehhhmmm.. ”
dehamku sambil merefresh tenggorokan. Lalu kupetik gitar sambil menyanyikan
lagu untuk istriku tersayang… agar lebih terlihat romantis.
To really love a
woman (tuk sangat mencintai wanita)
To understand her
(tuk tahu tentangnya)
You gotta know
her deep inside (kau harus tahu isi dihatinya)
Hear every
thought (dengar setiap ucapannya)
See every dream
(lihat segala mimpinya)
And give her
wings when she wants to fly (dan berikan sayap saat dia ingin terbang)
And when you find
yourself (dan disaat kau temukan dirimu)
Lying helpless in
her arms (bersandar dipundaknya)
You know you
really love a woman (kau kan tau kau sungguh mencintainya)
When you love a
woman (ketika kau mencintainya
You tell her that
she’s really wanted (kau katakan dia yang selama ini kau cari)
When you love a
woman (ketika kau mencintainya)
You tell her that
she’s the one (kau katakan padanya dialah satu-satunya)
She needs
somebody (karena ia butuh seseorang)
To tell her that
it’s gonna last forever (yang berkata cinta ini akan selamanya)
Aku terbatuk
berkali kali. Capek juga nyanyi bahasa inggris, namun semua terbayar karena
Nissa akhirnya memelukku erat.
“Makasih Mas
lagunya.. Aku suka banget..” senyumnya sambil berkaca-kaca.
“Iya Nis, hmm
mungkin aku bukanlah lelaki sempurna tetapi kupunya sejuta asa untuk membuat
istriku tersenyum bahagia” kataku menjelaskan.
Nissa tidak
menjelaskan dengan kata-kata tapi dengan pelukannya aku tau bahwa ia bahagia.
Aku baru mau
mencoba berbicara tapi celanaku terasa bergetar, ternyata ada panggilan masuk…
“Mas, ada telepon
masuk..”
“Iya Nis, aku
terima dulu ya?”
Aku lalu
mengambil hp dari saku kantong celanaku, dan aku tak tau ternyata kertas ujian
yang selama ini kusimpan terjatuh ke rumput, Nissa yang melihat kertas itu
akhirnya mengambilnya, sedangkan aku asyik mengobrol dengan pak Rosyid yang
menanyakan apa aku betah tinggal di villa, lalu kujawab bahwa aku betah di
sini, mampu menghilangkan stress selama berada di jakarta. Setelah aku selesai
berbicara dengan pak Rosyid, Nissa berjalan kearahku.
“Mas, ini kertas
apa?” ujarnya sambil menunjukkan selembar kertas yang sudah menguning. Setelah
melihat kertas itu baru teringat bahwa aku ingin sekali meminta kertas ujian
saat berada dirumah Nissa, apa masih ada sekarang?
“Oh, itu kertas
jawaban matematikaku Nis, ngomong-ngomong kamu masih menyimpan kertas ujian MTK
yang kulihat waktu pertama kali taaruf gak Nis? aku lupa bertanya tentang ujian
itu.. aku masih ingat kertas ujian MTK itu ada di meja rumahmu”
“Ada Mas di
dalam, sebentar ya aku ambilkan” kata Nissa lalu pergi ke dalam villa.
Sekitar beberapa
menit kemudian akhirnya ia datang sambil membawa kertas ujian itu..
“Ini Mas, aku
juga gak mengerti kenapa kertas ujian itu bisa ada di tasku, padahal aku
tinggal dirumah. Memangnya ada apa Mas dengan kertas ujian itu?” ujarnya heran.
“Ini ada
hubungannya dengan masa lalu Nis, aku yakin kalau aku gak lulus SMP..”
“Masa sih, aku
gak yakin kalau kamu gak lulus Mas, bukannya nilaimu delapan ya ?”
“Iya, tapi semua
yang kupelajari gak ada yang masuk ke otak, coba deh kamu cocokin dengan kertas
kamu..”
Kami berdua saling
melihat kertas ujian dan saling mencocokkannya, ternyata memang benar kalau aku
gak lulus.
“Ternyata selama
ini Tuhan telah berbaik hati kepadaku Nis..” ujarku sedih haru sambil terus
memegang kertas itu, tak terasa airmata meleleh.
“Mungkin itu
karena kamu sholat tahajjud Mas, dan Allah mendengar doamu. Kamu kan pernah
bilang kalau menjelang ujian kamu sering tahajjud Mas. Inilah kunci jawaban
dari Tuhan untukmu Mas..” ujarnya lirih penuh ketulusan.
“Ya, kamu benar
Nis, Pintu Kebijaksanaan Tuhan selalu terbuka lebar bagi hambanya yang mau
mengenal Tuhannya. Dan mimpi yang selama ini aku rasakan yang serasa de javu.
Di tempat ini, pertemuan dengan seorang pemuda. Semua adalah peristiwa masa
depan yang akan kita lewati di tempat ini. Aku pernah bilang kalau aku pernah
mengunjungi tempat ini Nis, ternyata semua itu ada di mimpiku. Dalam mimpi aku
melihat seorang lelaki dengan seorang perempuan yang memegang kertas dan berada
di padang rumput yang luas, aku baru tau kalau itu 2 kertas yang kita pegang
ini, dan rumput itu adalah tempat ini.” Kataku menahan haru, Nissa juga terharu
mendengarnya..
Kami berdua
melihat keatas langit, awan berarak menandakan hujan sebentar lagi turun. Kami
terdiam menikmati tiap tetes hujan yang dianugrahkan Tuhan, kami saling berpegangan
erat.
Tiba-tiba saja
aku tertawa, Nissa yang melihatku tertawa seorang diri heran dibuatnya..
“Kamu kenapa
tertawa Mas ?”
“Hha.. aku jadi
berpikir satu hal Nis. Apa pemuda yang kutemui adalah malaikat mikail?” kataku
sambil tersenyum.
“Kalau malaikat
Mikail memang kenapa Mas ?”
“Yah, aku hanya
berpikir bahwa Tuhan mengirimkan malaikat mikail kepadaku untuk membawa
rizki-ku yang berupa kertas jawaban ini. Seperti yang kau tau kalau malaikat
mikail adalah pembagi rizki yang sudah diatur per orangnya oleh Allah. Bagiku
rizki bukan hanya karena harta, tetapi kesehatan, sehat jasmani dan rohani
adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada hambanya. Betapa
pentingnya kesehatan sehingga harta hanya barang murah jika dibanding kesehatan.
Aku jadi yakin bahwa inilah rizki terindah bagiku Nis yaitu sehat dan kunci
jawaban ini, secarik kertas yang ternyata berguna bagiku pada akhirnya..”
“Ya Allah,
terimakasih engkau telah mengirimkan rizki ini ya Rabb, titipkanlah salamku
kepada Baginda Muhammad ya Allah, beserta malaikat mikail, jibril dan malaikat
lainnya.. Titip juga salam hamba kepada orangtua hamba ya Rabb, semoga kami
berdua dapat bertemu bersama orangtua hamba.. Amiin
Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 98 :
Barangsiapa yang
menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail,
maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang yang kafir”.
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)