Rabu, 10 Juni 2015

Kekuatan Hatimu Lebih Kuat Dari Baja



Sudah satu minggu aku berada ditempat ini. Dengan sengaja aku memilih tempat ini untuk riset dalam kegiatan PPL ku untuk tiga bulan kedepan. Aku yang ingin langsung menangani Reza, salah satu nama pasien sekaligus tersangka yang juga merupakan teman baikku. Harusnya sekarang ini dia bersamaku melakukan kegiatan yang sama seperti aku.
Kuhampiri sosoknya yang tenaga tertidur pulas. Seketika suasana mendung menghampiri hatiku menatap sosok Reza yang tidak lagi seperti dulu. Begitu layu, begitu kurus dan jiwanya yang tidak stabil. Aku bahkan hampir tidak ingat sudah berapa lama keceriaan wajahnya dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu. Tatapannya yang bening, cara berfikirnya yang lurus dan polos walau terkadang sedikit naif. Hingga dua tahun belakang ini predikat mahasiswa terbaik dan beasiswa untuknya tidak lagi berada di pihaknya. Dia kembali terlihat badung dan tidak terarah sama seperti saat hari pertama ospek aku mengenal dirinya. Reza.... aku mulai merasa kehilangan dirinya yang baik, jujur, sopan, dan begitu menghargai orang lain. Namun yang aku amati, yang tersisa darinya adalah sebuah kesabaran atas penderitaan panjang yang akan dilaluinya itu. Diamku kuamati hingga kuterlarut dalam kenang.....

“Reza ! “ Teriakku saat itu mencoba menghentikan langkahnya yang terburu-buru menghindariku.
“ Za.....! Reza.....!!” Aku mengimbangi langkahnya kemudian menghentikan langkahnya.
“ Ta...tolong jauhi aku Ta ! Aku bukan lagi Reza yang dulu. Aku kalah, aku gagal Ta....” Ucapnya saat itu mulai bergetar.
“ Stop Za !!! Hentikan ocehanmu yang meratap tanpa makna sedikitpun itu. “

Saat itu kulihat dia tertunduk tersadar tak berani membalas tatapanku yang tajam menghujam hati sanubarinya. Kemudian aku mengiringnya ke tempat teduh dan duduk disana. Aku mulai mencari tahu sambil mengamatinya lekat.

“ Aku tidak bisa menceritakan masalah ini ke kamu..... “Reza tertunduk.
“ Kamu kenapa Za... ? Siapa tahu saja nanti aku bisa bantu kamu untuk keluar dari masalah kamu !!”
“ Sulit Ta..... Aku sudah coba tapi tetap tidak bisa...” Sekilas ia menatapku kemudian kembali tertunduk.
“ Iya Reza.....Tapi apa masalahnya.....?”
“ Aku tidak ingin kamu terlibat, Maaf sekali...Ta. Aku tidak sanggup, Sungguh......”
“ Kenapa Reza....? Bukankah selama ini kita selalu dapat menyelesaikan masalah kita bersama-sama ?”
“ Masalah ini beda Ta...... Kamu terlalu berharga untuk aku lilbatkan dalam masalah ini !”
“ Ayolah Reza..... ini terlalu terbelit-belit !!! Dimana letak berharganya aku jika kamu membiarkan aku dalam tanya tanpa jawab seperti ini ?” Suara ku mulai tertahan.
“ Tolong jangan begitu Ta.... Saat ini aku sangat dilema, dan aku semakin tersiksa jika harus melihat kamu menangis hanya untuk aku...”
“ Kamu bisa menghentikan semua itu dengan jawaban dan penjelasan kamu Reza.....”
Diam sesaat kemudian.....
“ Begini saja,, setelah kamu jawab dan kamu beri penjelasan ke aku, aku janji tidak akan melibatkan diriku ini dalam masalah kamu, OK...?!” Membujuk.

Lama kulihat Reza mempertimbangkan tawaranku. Hingga waktu berjalan tiga menit kemudian, kulihat dia mulai asyik berkutat dengan Blackberrynya yang berulang kali bergetar tanpa suara. Dia mulai gelisah dan terlihat resah.


“Kenapa Reza.....” Terlihat ia mulai bingung tidak ingin membuang waktu.
“Ok Ta...... Mereka sekarang sudah hampir sampai di kampus ini dan aku harus pergi dengan mereka, aku tak bisa untuk menolaknya !”
“ Mereka siapa Za... sebenarnya apa yang terjadi .....?”
“ Mereka telah berhasil menjebak aku menjadi pecandu narkoba.....” Tak berani memandang..
“ Apa....!!??? “ Spontan aku berdiri sambil memegang kepala mondar – mandir tidak habis fikir.
“ Kenapa bisa Reza.....? Kamu tahu itu barang haram dan sangat merusak terutama merusak sistem saraf....”
“ Aku tahu itu merusak, aku tahu itu barang haram, mungkin aku tak terjebak jika mereka waktu itu memperlihatkan barang aslinya, aku pasti bisa waspada dan menghindar. Aku dijebak Ta!.... Dan itu sudah berlangsung sejak dua tahun yang lalu. Aku terlanjur sudah sangat butuh barang itu sekarang. Aku sudah berusaha untuk lepas dari itu, tapi tetap tidak bisa Ta..... Terlalu sulit. Aku bahkan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa barang haram itu sekarang. Tidak berdaya Ta.... “ Kulihat matanya mulai merah....
“ Jenis apa yang mereka berikan ke kamu Za.......” Kulihat dia hanya mengerutkan dahinya yang mulai mengeluarkan keringat dingin....
“ Heroin, narkotik, putau, kakao, ganja atau apa Za.....?”
“ Aku tidak tahu Ta..... “ Jawabnya singkat ,
“ Kenapa bisa begitu Reza....? Kenapa mereka bisa berhasil menjebak kamu seperti ini ...? Apa motif mereka sebenarnya...? Tangisku mulai pecah
“ Ta tolong kamu jangan begitu ! Aku tidak sanggup Ta...... !” Aku hanya menarik nafas panjang menahan semampuku isak tangis yang mulai pecah itu, agak tenang.
“ Awalnya mereka mengajak aku duduk di warung itu ....(Sambil menunjuk kesalah satu warung diluar area kampus). Sambil ngobrol, salah satu dari mereka menawarkan minuman ke aku. Dari minuman itulah mereka menjebak aku Ta !”
“ Siapa mereka Za.... ? Kenapa kamu mau dikasih minum sama orang yang tidak kamu kenal ?!! “ Tangisku semakin deras.
“ Aku tidak tahu Ta, tapi salah satu dari mereka mengaku sepupu kamu yang berhenti kuliah sementara karena biaya yang tersendat. Dia bekerja sebagai sales minuman mineral pengganti ion tubuh yang hilang. Aku hanya tidak tega melihatnya dan ingin membantunya supaya orang itu dan juga sepupu kamu itu bisa kembali lagi kuliah. Makanya aku mau mencoba minuman itu dan juga ingin membantu memasarkannya. Hanya itu Ta niat awalku......”
“ Astaghfirullah ‘Adziim....... Reza..... Kamu kan tahu kalau aku tidak punya keluarga disini selain kedua orang tuaku. Kami ini hanya orang perantauan yang berasal dari pulau kalimantan. Apa kamu tidak tahu itu Za.....? Jadi kenapa kamu tidak pernah cerita ke aku tentang orang yang mengaku sepupu aku itu ? Berarti orang itu kenal aku dan tahu tentang keluarga ku juga ya...?” Aku mulai berpikir keras sambil melirik ke Reza yang mulai terlihat gelisah dan keringatnya dingin.
“Aku sudah mencoba untuk mau cerita ke kamu Ta, tapi enam bulan terakhir setelah aku dijebak, kamu terlihat begitu sibuk dan bahkan aku hampir tidak pernah melihat dan bertemu kamu saat jam istirahat.”
“ Maafkan aku Za....... aku sangat menyesali kesibukkanku waktu itu sampai aku hampir saja melupakanmu. Heuuummmm.... Lalu apa hubungannya aku dengan kamu tidak mau melibatkan aku dalam masalah ini? apa yang membuat kamu sampai berpikir seperti itu ?”
“ Mereka tahu aku kenal dekat dengan kamu. Saat ini aku sudah tidak memiliki apapun untuk memperoleh barang haram itu sedangkan aku sudah sangat butuh itu. Mereka bersedia memberikan barang itu dengan Cuma- Cuma asalkan aku mau melakukan adegan porno dengan kamu. Tapi aku membantahnya hingga akhirnya mereka memberikan keringanan dengan mencari pengganti kamu. “ Terlihat Reza mulai menggigil diteriknya cuaca.
“ Astaghfirulllah ‘Adziim Reza..... !! Ini sudah keterlaluan , ini sangat gila. Ini sudah maksiat tingkat gila yang sudah kelewatan. Bahkan kamu mau saja disuruh mereka untuk berzina....? Sudah berapa kali kamu berzina Za.....!? Suaraku parau tertahan.
“ Demi Allah Ta ! Aku belum pernah melakukan hal itu. Bahkan jika hari ini aku mampu, aku pasti bisa melewati ini tanpa harus menuruti apa mau mereka. Tapi sangat sulit Ta. Aku harus mendapatkan barang itu karena aku belum ingin mati. Aku masih ingin meneruskan hidup. Aku ingin bertaubat sebelum mati sia-sia seperti ini. Tapi ini tidak mudah Ta..... Saat ini hanya ada Allah yang bisa mengerti aku. Tapi Allah juga tidak bisa membantuku dalam mengatasi masalah sulit ini. “ Kemudian Reza semakin basah dengan peluhnya. Mulai menggigil dan tidak stabil. Pandangannya mulai tidak terarah, nafasnya mulai saling berpacu dan tersengal. Kembali kulihat dia mengamati Blackberrynya.
“ Kemana mereka akan membawa kamu dan kapan itu akan kalian langsungkan ?!
“ Hari ini, mereka sebentar lagi sampai dan di.....( tidak dapat berpikir jernih )
“ Di mana ?
“ Rencananya disebuah hotel. Tapi, ah ! aku lupa apa nama hotelnya.....”
“ Ayolah Reza..... coba kamu ingat lagi apa nama hotelnya....?
“ Maaf Ta...... aku lupa dan untuk saat ini aku tidak mampu berpikir “ ( Mulai sakau )

Spontan aku berdiri kembali, mondar mandir memegang kepalaku dan mulai berpikir keras apa yang harus aku lakukan untuknya. Aku merasakan kakiku mulai gemetar lemas menahan emosi jiwa yang mulai berkecamuk saling beradu kuat dan berpacu siapa yang ingin jadi lebih kuat diantara mereka. Aku terduduk mengamati dua bola matanya yang liar dan merah itu, mencoba untuk tenang.

“ Reza.....coba kamu lihat aku. “ Reza mengikuti sambil menahan emosi jiwanya yang tidak stabil.
“ Apa sekarang harapan kamu...?
“ Aku ingin keluar dari ini semua Ta !....” Jawabnya singkat membuat hatiku terenyuh.
“ Coba kamu menatapku dan ikuti aku... apa kamu bisa mendengarkan aku Reza........??”
Kulihat dia hanya menganggukkan kepalanya kemudian menatapku.
“ Astaghfirullah ‘Adziim... Astaghfirullah ‘Adziim..... Astaghfirullah ‘Adziim......”
(Astaghfirullah ‘Adziim..... Astaghfirullah ‘Adziim..... Astaghfirullah ‘Adziim...) Tangisnya mulai pecah.
“ Sekarang coba kamu dengarkan aku Reza... kamu tahu siapa yang bisa membantu kamu untuk keluar dari semua ini ? ( Menggeleng ). Dia selalu ada di dalam diri kamu.
Dia selalu ada mendampingi kemanapun kamu pergi. Dia selalu ada menjadi pelita untuk menerangi jalan gelapmu. Dia sangat kuat melebihi kekuatan apapun. Dia bahkan bisa lebih kuat dari baja jika kamu tidak pernah mengabaikannya. Dia itu sebuah cahaya yang sinarnya datang dari Allah langsung. Dia tidak pernah salah ketika sedang berbisik dan kita mengambil tindakkannya. Dialah Allah yang selalu ada didalam nurani kamu. Hanya Dia yang bisa menyelamatkan kamu untuk keluar dari ini semua. Ikuti apa kata nurani kamu meski nyawa menjadi taruhannya. “ Sejenak Reza tertunduk kemudian melihat hp nya.
“ Maaf Ta, aku harus pergi sekarang. Mereka sudah menungguku di depan. “ Perlahan berdiri dengan pandangan yang berkunang.
“ Reza....! Coba ikuti apa kata nurani kamu !!” pintaku penuh harap meyakinkannya.
“ Sulit Ta ! Nuraniku menolak tapi Fisikku butuh itu sekarang supaya aku bisa tetap hidup. Aku tahu ini salah. Saat ini nuraniku berkata aku ingin berjuang keluar dari ini semua dan ingin menghentikan kejahatan mereka. Mereka sudah mulai menyebarkan narkoba di Universitas ini karena ingin menghancurkan reputasi universitas ini. Saat ini aku hanya bisa mengikuti apa mau mereka supaya aku bisa tetap hidup. Maaf Ta.. aku harus pergi sekarang’’!!

Aku tak dapat mencegahnya lagi. Dia pergi meninggalkanku, aku terperangah dengan langkahnya yang terhuyung.

“Reza !!.... Reza !!”

Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku khawatir, aku panik, aku bahkan tidak sempat lagi berfikir langkah apa yang harus aku ambil. Tanpa pikir panjang aku menuju parkiran sepeda motor dan melarikannya membuntuti ke arah mana mobil dengan nomor polisi BK 1453 AHA itu pergi dengan membawa Reza. Dari Universitas, aku terus mengikuti sampai diujung pertigaan jalan aku belok kiri melalui Jln. Williem Iskandar hingga di perempatan jalan aku berhenti, ada lampu merah. Aku mengambil hp menimbang – nimbang siapa yang harus aku hubungi tapi belum ada kesempatan lampu merah berakhir, aku belok kanan memasuki jalan Prof. H. Yamin, SH lurus terus sampai aku harus berhenti lagi di lampu merah perempatan jalan yang ada disekitar kantor telkom sumut. Beberapa menit aku sempat kehilangan jejak mereka, hingga kemacetan disekitar rel kereta api, aku kembali melihat mobil itu, kemudian dari situ aku belok ke kanan sampai bertemu pertigaan jalan belok lagi ke kiri hingga memasuki jalan putri hijau. Mobil itu memasuki pelataran parkir hotel J.W. Marriot Medan. Dan betapa terkejutnya aku melihat sosok yang ternyata berada dibalik kehancuran Reza. Tapi aku tidak berhenti mengikuti mereka yang sudah berada dilantai 3 memasuki kamar nomor 306 F. Dengan mengendap-endap aku memberanikan diri

“Rendi....!! Hentikan semua ini !” Tidak terkecuali Reza, mereka yang berjumlah 3 orang itu pun juga sangat terkejut dengan kehadiranku yang muncul tiba-tiba.
“ Wah !! Suprise sekali...Sinta.... Apa kabarnya My Preaty Girls ? Berjalan mendekati kemudian mendorong pintu hingga tertutup dan mencengkram pergelangan tanganku cekatan.
“ Lepaskan tanganku Ren !! “ Kulihat Reza mulai gelisah dengan kehadiranku.
“ Oh boleh ! Tapi nanti setelah kamu dan Reza selesai melakukan adegan yang aku mau “
“ Biadap kamu Ren !, Jangan kurang ajar kamu ya.. Apa masih belum cukup kamu menghancurkan masa depan Reza...? Kami tidak punya masalah denganmu, apa motifmu sebenarnya haaa !! ? “ Suaraku bergetar ketika saat itu Reza yang juga terdesak oleh kedua teman Rendi. “ Ya Allah...bantulah kami, berilah kami kekuatan “ Bisikku menyakinkan diri”
“ Masa Depan ? Apa ayah kamu juga memikirkan masa depanku Ta.....? Aku si Rendi yang di DO dari Universitas karena sebuah kesalahan diakhir masa kuliahku ?”
“ Istighfar kamu Ren !! Itu semua akibat dari kesalahan kamu sendiri yang tidak sepatutnya kamu libatkan kepada orang lain. Kenapa kamu lampiaskan dendam kamu kepada kami ?”
“ Hahahaha.. alasannya sederhana saja. Aku juga ingin melihat bagaimana wajah ayah kamu yang rektor di Universitas Swasta terkenal dengan jurusan Hukumnya itu melihat reputasinya hancur bersama dengan video porno ini yang diperankan putri tunggalnya bersama dengan mahasiswa terbaiknya sendiri seperti apa ?. Aku ingin melihat bagaimana wajahnya yang gagal karena hampir rata-rata mahasiswanya sudah mulai menjadi pecandu narkoba juga seperti apa? Hanya itu Ta, impaskan ?
“ Kamu sudah gila Ren !!( aku mulai menangis ).... Reza !! Apa kamu mendengarkannya tadi ? Ayo Reza kita lawan mereka bersama ! Kita pasti bisa ? Kamu pasti kuat ! Kamu lebih kuat dari baja ! Ikuti apa kata nurani kamu karena ia bersama Allah yang memiliki kekuatan lebih dari baja. Allah bersama kita.. Allahuakbar !!.... Allahuakbar !!.... Ya Allah bantulah kami untuk keluar dari ini semua. “ Kulihat Reza !!.... mulai melawan sakaunya....

Aku terus berteriak dengan kedua mata yang digenangi air yang sekali-kali mengalir tumpah jatuh kebawah hingga terhisap pori-pori bumi. Rendi mulai panik melihat Reza yang terus berusaha bangkit dari sakaunya, Reza menjadi beringas dan sangat liar waktu itu hingga membuat kedua tangan Rendi kewalahan.

“ Ayo Reza ! Kamu pasti kuat, kamu pasti bisa ! Jangan biarkan mereka sampai mengobral kehormatan kita untuk orang lain. “ Aku terus berteriak sambil menangis dan mulai tersenyum ketika melihat Reza melakukan aksinya.
“ Ayo Reza... kamu kuat ! Kamu bisa !”

Mendadak pandanganku gelap seketika, kurasakan tangan Rendi yang besar itu mendarat di pipiku hingga aku terhuyung hilang keseimbangan dan kepalaku membentur dinding sangat kuatnya. Sebelum aku tidak ingat apa-apa lagi, aku sempat melihat Reza juga oleng mendapat tinjuan dari salah seorang teman Rendi. Reza kembali kuat ketika dia melihatku sudah tidak mampu bertahan lagi. Entah dari mana dia mendapatkan belati yang kemudian dia tusukkan kepada teman Rendi, di saat yang sama aku mendengar suara tembakan dan aku tidak melihat kejadian selanjutnya.
Perlahan saat aku kembali membuka pandanganku, sudah ada dua orang polisi yang siap mengintrogasiku. Aku menghela nafas lega ketika mendengar Reza baik- baik saja sebelum aku akhirnya tidak sadarkan diri, polisi yang sempat aku hubungi saat mengikuti mobil Rendi tadi tiba dilokasi kejadian tepat pada waktunya. Meski akhirnya Reza harus tetap menjalani proses hukum di rumah rehabilitas narkoba, namun setidaknya Reza belum sempat melakukan tindak asusila yang bisa menuntut dia untuk berzina. Hanya Rendi yang selamat dari amukan Reza saat itu, seketika terdengar suara tembakan, Reza mendorong teman Rendi yang satunya lagi hingga terjatuh dari lantai 3 dan dinyatakan tewas juga sama seperti teman Rendi yang satunya lagi ditusuk belati sebanyak 10 liang tusukan.
Entah sudah berapa lama Reza mengamatiku yang masih memejamkan mata saat merekam ulang semua kejadian dua bulan yang lalu. Mungkin Reza tengah bertanya, aku tidur atau sedang melakukan kegiatan apa.

“ Ta.....Sinta...! “ Aku terkesiap saat membuka mata, pandangan kami saling beradu.
“ Eh....Ng.....Sss...Sudah bangun Za...?” Aku sedikit gugup.
“ Sudah lima menit aku bangun dan mengamati kamu. Kamu tidur, tapi kok nangis ...?”
“ I..iya, aku mimpi buruk tadi ! Bagaimana kabar kamu hari ini Za.....?”
“ Baik ! Eh, mana ? mau lagi dong...! “ Mulai kembali tidak stabil mendekatiku.
“ Sebentar ya....” Mundur menghindari Reza hingga tersudut tidak dapat berkutik lagi.
“ Mana Ta...!!? “ Dengan suara mulai meninggi dan nafas yang mulai berpacu tersengal.
“Reza !! “ Aku menyentaknya dengan mata yang dipejamkan kuat karena jarak jauh wajah kami hanya satu jengkal saja. Hingga akhirnya Reza tersadar.
“ Ups ! maaf Ta..aku khilaf ! Maafkan aku ya Ta....! Aku hanya tersenyum lirih mendengar penagkuannya. Kemudian kami kembali duduk.
“ Nah ! Ini dia...tapi kamu harus ingat ya Reza ...pemakaiannya harus bisa kamu atur sampai besok pagi saja. Untuk besok, aku akan bawakan yang baru lagi...OK !?”
“ Beres !! Terima kasih ya Ta...kamu sudah ada buat aku melewati masa sulit ini...”
“ Seharusnya aku yang berterima kasih karena kamu telah menyelamatkan aku dan juga menyelamatkan ayahku beserta reputasi Universitas. “
“ Kehormatan seorang wanita jauh lebih penting dari hal apapun itu Ta....Jika saat itu kamu tidak hadir, mungkin saat ini aku masih bersama mereka. Eum...sebenarnya kamu teman aku atau musuhku Sih Ta...?”
“ Entahlah Za....Tapi kamu harus percaya bahwa seorang teman yang baik tidak akan mungkin menjerumuskan temannya sendiri ke lembah dosa yang lebih curam. Sudah Dzuhur Za...., aku pamit dulu ya, sampai ketemu lagi besok ! Ini aku ada catatan kecil untuk kamu baca-baca.
“ Terimakasih ya Ta...” Aku hanya melempar senyum untuknya, kemudian Reza membuka catatan kecil itu .

“ Allah ( pemberi ) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahanya-Nya seperti sebuah lubang yang tidak tembus didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, ( dan ) tabung kaca itu bagaikan bintang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dengan pohon yang diberkahi, ( yaitu ) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya ( berlapis-lapis ), Allah memberi petunjuk kepada cahaya – Nya bagi orang yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu...”

“ Kenapa kamu masih memberikan barang haram itu untuknya ? “ Ibu Reza datang tiba-tiba menghakimi sambil menangis.
“ Ibu ...maaf Ibu, mungkin ibu salah paham dengan tindakan saya setelah apa yang ibu lihat tadi...( mengerutkan dahi masih belum mengerti ) Biar saya jelaskan ! Begini ya Ibu....
“Dengan kondisi fisik Reza yang sudah sangat takut, kebiasaannya tidak bisa dihentikan secara total dengan mendadak karena itu bisa membahayakan nyawanya. Saya tetap memberikan sebanyak yang dia mau karena yang saya berikan tadi sudah tidak murni dan sudah dalam dosis yang kecil... Itu terapi yang saya berikan, semakin sering dan semakin kecil dosis yang diberikan...Insya Allah dapat menyembuhkan Reza dari kebiasaannya karena dari itu Reza akan mulai lupa dengan dosis tinggi karena dia tidak menyadari itu. Maaf ibu saya tidak memberi tahukan hal ini sebelumnya” jelas Sinta kepada ibunya Reza

Tiba –tiba Ibu Reza memelukku dengan penuh rasa kasih sayang.

“Terimakasih ya nak,, kamu memang wanita yang sangat baik, mau menolong dan membimbing Reza,, putra semata wayang ibu,,” katanya s
“Sama-sama bu,, kita sesama manusia kan harus saling tolong menolong, benar kan bu,,” kata Sinta sambil tersenyum
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar

Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)