Sudah
satu minggu aku berada ditempat ini. Dengan sengaja aku memilih tempat ini
untuk riset dalam kegiatan PPL ku untuk tiga bulan kedepan. Aku yang ingin
langsung menangani Reza, salah satu nama pasien sekaligus tersangka yang juga
merupakan teman baikku. Harusnya sekarang ini dia bersamaku melakukan kegiatan
yang sama seperti aku.
Kuhampiri
sosoknya yang tenaga tertidur pulas. Seketika suasana mendung menghampiri
hatiku menatap sosok Reza yang tidak lagi seperti dulu. Begitu layu, begitu
kurus dan jiwanya yang tidak stabil. Aku bahkan hampir tidak ingat sudah berapa
lama keceriaan wajahnya dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
itu. Tatapannya yang bening, cara berfikirnya yang lurus dan polos walau
terkadang sedikit naif. Hingga dua tahun belakang ini predikat mahasiswa
terbaik dan beasiswa untuknya tidak lagi berada di pihaknya. Dia kembali
terlihat badung dan tidak terarah sama seperti saat hari pertama ospek aku
mengenal dirinya. Reza.... aku mulai merasa kehilangan dirinya yang baik, jujur,
sopan, dan begitu menghargai orang lain. Namun yang aku amati, yang tersisa
darinya adalah sebuah kesabaran atas penderitaan panjang yang akan dilaluinya
itu. Diamku kuamati hingga kuterlarut dalam kenang.....
“Reza ! “ Teriakku saat itu mencoba menghentikan
langkahnya yang terburu-buru menghindariku.
“ Za.....! Reza.....!!” Aku mengimbangi
langkahnya kemudian menghentikan langkahnya.
“ Ta...tolong jauhi aku Ta ! Aku bukan lagi Reza
yang dulu. Aku kalah, aku gagal Ta....” Ucapnya saat itu mulai bergetar.
“ Stop Za !!! Hentikan ocehanmu yang meratap
tanpa makna sedikitpun itu. “
Saat
itu kulihat dia tertunduk tersadar tak berani membalas tatapanku yang tajam
menghujam hati sanubarinya. Kemudian aku mengiringnya ke tempat teduh dan duduk
disana. Aku mulai mencari tahu sambil mengamatinya lekat.
“ Aku tidak bisa menceritakan masalah ini ke
kamu..... “Reza tertunduk.
“ Kamu kenapa Za... ? Siapa tahu saja nanti
aku bisa bantu kamu untuk keluar dari masalah kamu !!”
“ Sulit Ta..... Aku sudah coba tapi tetap
tidak bisa...” Sekilas ia menatapku kemudian kembali tertunduk.
“ Iya Reza.....Tapi apa masalahnya.....?”
“ Aku tidak ingin kamu terlibat, Maaf
sekali...Ta. Aku tidak sanggup, Sungguh......”
“ Kenapa Reza....? Bukankah selama ini kita
selalu dapat menyelesaikan masalah kita bersama-sama ?”
“ Masalah ini beda Ta...... Kamu terlalu
berharga untuk aku lilbatkan dalam masalah ini !”
“ Ayolah Reza..... ini terlalu terbelit-belit
!!! Dimana letak berharganya aku jika kamu membiarkan aku dalam tanya tanpa
jawab seperti ini ?” Suara ku mulai tertahan.
“ Tolong jangan begitu Ta.... Saat ini aku
sangat dilema, dan aku semakin tersiksa jika harus melihat kamu menangis hanya
untuk aku...”
“ Kamu bisa menghentikan semua itu dengan
jawaban dan penjelasan kamu Reza.....”
Diam sesaat
kemudian.....
“ Begini saja,, setelah kamu jawab dan kamu
beri penjelasan ke aku, aku janji tidak akan melibatkan diriku ini dalam
masalah kamu, OK...?!” Membujuk.
Lama
kulihat Reza mempertimbangkan tawaranku. Hingga waktu berjalan tiga menit
kemudian, kulihat dia mulai asyik berkutat dengan Blackberrynya yang berulang
kali bergetar tanpa suara. Dia mulai gelisah dan terlihat resah.
“Kenapa Reza.....” Terlihat ia mulai bingung
tidak ingin membuang waktu.
“Ok Ta...... Mereka sekarang sudah hampir
sampai di kampus ini dan aku harus pergi dengan mereka, aku tak bisa untuk
menolaknya !”
“ Mereka siapa Za... sebenarnya apa yang
terjadi .....?”
“ Mereka telah berhasil menjebak aku menjadi
pecandu narkoba.....” Tak berani memandang..
“ Apa....!!??? “ Spontan aku berdiri sambil
memegang kepala mondar – mandir tidak habis fikir.
“ Kenapa bisa Reza.....? Kamu tahu itu barang
haram dan sangat merusak terutama merusak sistem saraf....”
“ Aku tahu itu merusak, aku tahu itu barang
haram, mungkin aku tak terjebak jika mereka waktu itu memperlihatkan barang
aslinya, aku pasti bisa waspada dan menghindar. Aku dijebak Ta!.... Dan itu
sudah berlangsung sejak dua tahun yang lalu. Aku terlanjur sudah sangat butuh
barang itu sekarang. Aku sudah berusaha untuk lepas dari itu, tapi tetap tidak
bisa Ta..... Terlalu sulit. Aku bahkan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa barang
haram itu sekarang. Tidak berdaya Ta.... “ Kulihat matanya mulai merah....
“ Jenis apa yang mereka berikan ke kamu Za.......”
Kulihat dia hanya mengerutkan dahinya yang mulai mengeluarkan keringat
dingin....
“ Heroin, narkotik, putau, kakao, ganja atau
apa Za.....?”
“ Aku tidak tahu Ta..... “ Jawabnya singkat ,
“ Kenapa bisa begitu Reza....? Kenapa mereka
bisa berhasil menjebak kamu seperti ini ...? Apa motif mereka sebenarnya...?
Tangisku mulai pecah
“ Ta tolong kamu jangan begitu ! Aku tidak
sanggup Ta...... !” Aku hanya menarik nafas panjang menahan semampuku isak
tangis yang mulai pecah itu, agak tenang.
“ Awalnya mereka mengajak aku duduk di warung
itu ....(Sambil menunjuk kesalah satu warung diluar area kampus). Sambil
ngobrol, salah satu dari mereka menawarkan minuman ke aku. Dari minuman itulah
mereka menjebak aku Ta !”
“ Siapa mereka Za.... ? Kenapa kamu mau dikasih
minum sama orang yang tidak kamu kenal ?!! “ Tangisku semakin deras.
“ Aku tidak tahu Ta, tapi salah satu dari
mereka mengaku sepupu kamu yang berhenti kuliah sementara karena biaya yang
tersendat. Dia bekerja sebagai sales minuman mineral pengganti ion tubuh yang
hilang. Aku hanya tidak tega melihatnya dan ingin membantunya supaya orang itu
dan juga sepupu kamu itu bisa kembali lagi kuliah. Makanya aku mau mencoba
minuman itu dan juga ingin membantu memasarkannya. Hanya itu Ta niat
awalku......”
“ Astaghfirullah ‘Adziim....... Reza..... Kamu
kan tahu kalau aku tidak punya keluarga disini selain kedua orang tuaku. Kami
ini hanya orang perantauan yang berasal dari pulau kalimantan. Apa kamu tidak
tahu itu Za.....? Jadi kenapa kamu tidak pernah cerita ke aku tentang orang
yang mengaku sepupu aku itu ? Berarti orang itu kenal aku dan tahu tentang
keluarga ku juga ya...?” Aku mulai berpikir keras sambil melirik ke Reza yang
mulai terlihat gelisah dan keringatnya dingin.
“Aku sudah mencoba untuk mau cerita ke kamu Ta,
tapi enam bulan terakhir setelah aku dijebak, kamu terlihat begitu sibuk dan
bahkan aku hampir tidak pernah melihat dan bertemu kamu saat jam istirahat.”
“ Maafkan aku Za....... aku sangat menyesali
kesibukkanku waktu itu sampai aku hampir saja melupakanmu. Heuuummmm.... Lalu
apa hubungannya aku dengan kamu tidak mau melibatkan aku dalam masalah ini? apa
yang membuat kamu sampai berpikir seperti itu ?”
“ Mereka tahu aku kenal dekat dengan kamu.
Saat ini aku sudah tidak memiliki apapun untuk memperoleh barang haram itu
sedangkan aku sudah sangat butuh itu. Mereka bersedia memberikan barang itu
dengan Cuma- Cuma asalkan aku mau melakukan adegan porno dengan kamu. Tapi aku
membantahnya hingga akhirnya mereka memberikan keringanan dengan mencari
pengganti kamu. “ Terlihat Reza mulai menggigil diteriknya cuaca.
“ Astaghfirulllah ‘Adziim Reza..... !! Ini
sudah keterlaluan , ini sangat gila. Ini sudah maksiat tingkat gila yang sudah
kelewatan. Bahkan kamu mau saja disuruh mereka untuk berzina....? Sudah berapa
kali kamu berzina Za.....!? Suaraku parau tertahan.
“ Demi Allah Ta ! Aku belum pernah melakukan
hal itu. Bahkan jika hari ini aku mampu, aku pasti bisa melewati ini tanpa
harus menuruti apa mau mereka. Tapi sangat sulit Ta. Aku harus mendapatkan
barang itu karena aku belum ingin mati. Aku masih ingin meneruskan hidup. Aku
ingin bertaubat sebelum mati sia-sia seperti ini. Tapi ini tidak mudah Ta.....
Saat ini hanya ada Allah yang bisa mengerti aku. Tapi Allah juga tidak bisa
membantuku dalam mengatasi masalah sulit ini. “ Kemudian Reza semakin basah
dengan peluhnya. Mulai menggigil dan tidak stabil. Pandangannya mulai tidak
terarah, nafasnya mulai saling berpacu dan tersengal. Kembali kulihat dia
mengamati Blackberrynya.
“ Kemana mereka akan membawa kamu dan kapan
itu akan kalian langsungkan ?!
“ Hari ini, mereka sebentar lagi sampai dan
di.....( tidak dapat berpikir jernih )
“ Di mana ?
“ Rencananya disebuah hotel. Tapi, ah ! aku
lupa apa nama hotelnya.....”
“ Ayolah Reza..... coba kamu ingat lagi apa
nama hotelnya....?
“ Maaf Ta...... aku lupa dan untuk saat ini
aku tidak mampu berpikir “ ( Mulai sakau )
Spontan
aku berdiri kembali, mondar mandir memegang kepalaku dan mulai berpikir keras
apa yang harus aku lakukan untuknya. Aku merasakan kakiku mulai gemetar lemas
menahan emosi jiwa yang mulai berkecamuk saling beradu kuat dan berpacu siapa
yang ingin jadi lebih kuat diantara mereka. Aku terduduk mengamati dua bola matanya
yang liar dan merah itu, mencoba untuk tenang.
“ Reza.....coba kamu lihat aku. “ Reza
mengikuti sambil menahan emosi jiwanya yang tidak stabil.
“ Apa sekarang harapan kamu...?
“ Aku ingin keluar dari ini semua Ta !....”
Jawabnya singkat membuat hatiku terenyuh.
“ Coba kamu menatapku dan ikuti aku... apa
kamu bisa mendengarkan aku Reza........??”
Kulihat dia hanya menganggukkan kepalanya
kemudian menatapku.
“ Astaghfirullah ‘Adziim... Astaghfirullah
‘Adziim..... Astaghfirullah ‘Adziim......”
(Astaghfirullah ‘Adziim..... Astaghfirullah
‘Adziim..... Astaghfirullah ‘Adziim...) Tangisnya mulai pecah.
“ Sekarang coba kamu dengarkan aku Reza...
kamu tahu siapa yang bisa membantu kamu untuk keluar dari semua ini ? ( Menggeleng
). Dia selalu ada di dalam diri kamu.
Dia selalu ada mendampingi kemanapun kamu
pergi. Dia selalu ada menjadi pelita untuk menerangi jalan gelapmu. Dia sangat
kuat melebihi kekuatan apapun. Dia bahkan bisa lebih kuat dari baja jika kamu
tidak pernah mengabaikannya. Dia itu sebuah cahaya yang sinarnya datang dari
Allah langsung. Dia tidak pernah salah ketika sedang berbisik dan kita
mengambil tindakkannya. Dialah Allah yang selalu ada didalam nurani kamu. Hanya
Dia yang bisa menyelamatkan kamu untuk keluar dari ini semua. Ikuti apa kata
nurani kamu meski nyawa menjadi taruhannya. “ Sejenak Reza tertunduk kemudian
melihat hp nya.
“ Maaf Ta, aku harus pergi sekarang. Mereka
sudah menungguku di depan. “ Perlahan berdiri dengan pandangan yang berkunang.
“ Reza....! Coba ikuti apa kata nurani kamu
!!” pintaku penuh harap meyakinkannya.
“ Sulit Ta ! Nuraniku menolak tapi Fisikku
butuh itu sekarang supaya aku bisa tetap hidup. Aku tahu ini salah. Saat ini
nuraniku berkata aku ingin berjuang keluar dari ini semua dan ingin
menghentikan kejahatan mereka. Mereka sudah mulai menyebarkan narkoba di
Universitas ini karena ingin menghancurkan reputasi universitas ini. Saat ini
aku hanya bisa mengikuti apa mau mereka supaya aku bisa tetap hidup. Maaf Ta..
aku harus pergi sekarang’’!!
Aku
tak dapat mencegahnya lagi. Dia pergi meninggalkanku, aku terperangah dengan
langkahnya yang terhuyung.
“Reza !!.... Reza !!”
Aku
tak tahu harus berbuat apa. Aku khawatir, aku panik, aku bahkan tidak sempat
lagi berfikir langkah apa yang harus aku ambil. Tanpa pikir panjang aku menuju
parkiran sepeda motor dan melarikannya membuntuti ke arah mana mobil dengan
nomor polisi BK 1453 AHA itu pergi dengan membawa Reza. Dari Universitas, aku
terus mengikuti sampai diujung pertigaan jalan aku belok kiri melalui Jln.
Williem Iskandar hingga di perempatan jalan aku berhenti, ada lampu merah. Aku
mengambil hp menimbang – nimbang siapa yang harus aku hubungi tapi belum ada
kesempatan lampu merah berakhir, aku belok kanan memasuki jalan Prof. H. Yamin,
SH lurus terus sampai aku harus berhenti lagi di lampu merah perempatan jalan
yang ada disekitar kantor telkom sumut. Beberapa menit aku sempat kehilangan
jejak mereka, hingga kemacetan disekitar rel kereta api, aku kembali melihat
mobil itu, kemudian dari situ aku belok ke kanan sampai bertemu pertigaan jalan
belok lagi ke kiri hingga memasuki jalan putri hijau. Mobil itu memasuki
pelataran parkir hotel J.W. Marriot Medan. Dan betapa terkejutnya aku melihat
sosok yang ternyata berada dibalik kehancuran Reza. Tapi aku tidak berhenti
mengikuti mereka yang sudah berada dilantai 3 memasuki kamar nomor 306 F.
Dengan mengendap-endap aku memberanikan diri
“Rendi....!! Hentikan semua ini !” Tidak
terkecuali Reza, mereka yang berjumlah 3 orang itu pun juga sangat terkejut
dengan kehadiranku yang muncul tiba-tiba.
“ Wah !! Suprise sekali...Sinta.... Apa
kabarnya My Preaty Girls ? Berjalan mendekati kemudian mendorong pintu hingga
tertutup dan mencengkram pergelangan tanganku cekatan.
“ Lepaskan tanganku Ren !! “ Kulihat Reza
mulai gelisah dengan kehadiranku.
“ Oh boleh ! Tapi nanti setelah kamu dan Reza
selesai melakukan adegan yang aku mau “
“ Biadap kamu Ren !, Jangan kurang ajar kamu
ya.. Apa masih belum cukup kamu menghancurkan masa depan Reza...? Kami tidak
punya masalah denganmu, apa motifmu sebenarnya haaa !! ? “ Suaraku bergetar
ketika saat itu Reza yang juga terdesak oleh kedua teman Rendi. “ Ya
Allah...bantulah kami, berilah kami kekuatan “ Bisikku menyakinkan diri”
“ Masa Depan ? Apa ayah kamu juga memikirkan
masa depanku Ta.....? Aku si Rendi yang di DO dari Universitas karena sebuah
kesalahan diakhir masa kuliahku ?”
“ Istighfar kamu Ren !! Itu semua akibat dari
kesalahan kamu sendiri yang tidak sepatutnya kamu libatkan kepada orang lain.
Kenapa kamu lampiaskan dendam kamu kepada kami ?”
“ Hahahaha.. alasannya sederhana saja. Aku
juga ingin melihat bagaimana wajah ayah kamu yang rektor di Universitas Swasta
terkenal dengan jurusan Hukumnya itu melihat reputasinya hancur bersama dengan
video porno ini yang diperankan putri tunggalnya bersama dengan mahasiswa
terbaiknya sendiri seperti apa ?. Aku ingin melihat bagaimana wajahnya yang
gagal karena hampir rata-rata mahasiswanya sudah mulai menjadi pecandu narkoba
juga seperti apa? Hanya itu Ta, impaskan ?
“ Kamu sudah gila Ren !!( aku mulai
menangis ).... Reza !! Apa kamu mendengarkannya tadi ? Ayo Reza kita lawan
mereka bersama ! Kita pasti bisa ? Kamu pasti kuat ! Kamu lebih kuat dari baja
! Ikuti apa kata nurani kamu karena ia bersama Allah yang memiliki kekuatan
lebih dari baja. Allah bersama kita.. Allahuakbar !!.... Allahuakbar !!.... Ya
Allah bantulah kami untuk keluar dari ini semua. “ Kulihat Reza !!.... mulai
melawan sakaunya....
Aku
terus berteriak dengan kedua mata yang digenangi air yang sekali-kali mengalir
tumpah jatuh kebawah hingga terhisap pori-pori bumi. Rendi mulai panik melihat Reza
yang terus berusaha bangkit dari sakaunya, Reza menjadi beringas dan sangat
liar waktu itu hingga membuat kedua tangan Rendi kewalahan.
“ Ayo Reza ! Kamu pasti kuat, kamu pasti bisa
! Jangan biarkan mereka sampai mengobral kehormatan kita untuk orang lain. “
Aku terus berteriak sambil menangis dan mulai tersenyum ketika melihat Reza
melakukan aksinya.
“ Ayo Reza... kamu kuat ! Kamu bisa !”
Mendadak
pandanganku gelap seketika, kurasakan tangan Rendi yang besar itu mendarat di pipiku
hingga aku terhuyung hilang keseimbangan dan kepalaku membentur dinding sangat
kuatnya. Sebelum aku tidak ingat apa-apa lagi, aku sempat melihat Reza juga
oleng mendapat tinjuan dari salah seorang teman Rendi. Reza kembali kuat ketika
dia melihatku sudah tidak mampu bertahan lagi. Entah dari mana dia mendapatkan
belati yang kemudian dia tusukkan kepada teman Rendi, di saat yang sama aku
mendengar suara tembakan dan aku tidak melihat kejadian selanjutnya.
Perlahan
saat aku kembali membuka pandanganku, sudah ada dua orang polisi yang siap
mengintrogasiku. Aku menghela nafas lega ketika mendengar Reza baik- baik saja
sebelum aku akhirnya tidak sadarkan diri, polisi yang sempat aku hubungi saat
mengikuti mobil Rendi tadi tiba dilokasi kejadian tepat pada waktunya. Meski
akhirnya Reza harus tetap menjalani proses hukum di rumah rehabilitas narkoba,
namun setidaknya Reza belum sempat melakukan tindak asusila yang bisa menuntut
dia untuk berzina. Hanya Rendi yang selamat dari amukan Reza saat itu, seketika
terdengar suara tembakan, Reza mendorong teman Rendi yang satunya lagi hingga
terjatuh dari lantai 3 dan dinyatakan tewas juga sama seperti teman Rendi yang
satunya lagi ditusuk belati sebanyak 10 liang tusukan.
Entah
sudah berapa lama Reza mengamatiku yang masih memejamkan mata saat merekam
ulang semua kejadian dua bulan yang lalu. Mungkin Reza tengah bertanya, aku
tidur atau sedang melakukan kegiatan apa.
“ Ta.....Sinta...! “ Aku terkesiap saat
membuka mata, pandangan kami saling beradu.
“ Eh....Ng.....Sss...Sudah bangun Za...?” Aku
sedikit gugup.
“ Sudah lima menit aku bangun dan mengamati
kamu. Kamu tidur, tapi kok nangis ...?”
“ I..iya, aku mimpi buruk tadi ! Bagaimana
kabar kamu hari ini Za.....?”
“ Baik ! Eh, mana ? mau lagi dong...! “ Mulai
kembali tidak stabil mendekatiku.
“ Sebentar ya....” Mundur menghindari Reza
hingga tersudut tidak dapat berkutik lagi.
“ Mana Ta...!!? “ Dengan suara mulai meninggi
dan nafas yang mulai berpacu tersengal.
“Reza !! “ Aku menyentaknya dengan mata yang
dipejamkan kuat karena jarak jauh wajah kami hanya satu jengkal saja. Hingga
akhirnya Reza tersadar.
“ Ups ! maaf Ta..aku khilaf ! Maafkan aku ya Ta....!
Aku hanya tersenyum lirih mendengar penagkuannya. Kemudian kami kembali duduk.
“ Nah ! Ini dia...tapi kamu harus ingat ya Reza
...pemakaiannya harus bisa kamu atur sampai besok pagi saja. Untuk besok, aku
akan bawakan yang baru lagi...OK !?”
“ Beres !! Terima kasih ya Ta...kamu sudah ada
buat aku melewati masa sulit ini...”
“ Seharusnya aku yang berterima kasih karena
kamu telah menyelamatkan aku dan juga menyelamatkan ayahku beserta reputasi
Universitas. “
“ Kehormatan seorang wanita jauh lebih penting
dari hal apapun itu Ta....Jika saat itu kamu tidak hadir, mungkin saat ini aku
masih bersama mereka. Eum...sebenarnya kamu teman aku atau musuhku Sih Ta...?”
“ Entahlah Za....Tapi kamu harus percaya bahwa
seorang teman yang baik tidak akan mungkin menjerumuskan temannya sendiri ke lembah
dosa yang lebih curam. Sudah Dzuhur Za...., aku pamit dulu ya, sampai ketemu
lagi besok ! Ini aku ada catatan kecil untuk kamu baca-baca.
“ Terimakasih ya Ta...” Aku hanya melempar
senyum untuknya, kemudian Reza membuka catatan kecil itu .
“ Allah ( pemberi ) cahaya (kepada)
langit dan bumi. Perumpamaan cahanya-Nya seperti sebuah lubang yang tidak
tembus didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, ( dan )
tabung kaca itu bagaikan bintang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak
dengan pohon yang diberkahi, ( yaitu ) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur
dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun
tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya ( berlapis-lapis ), Allah memberi
petunjuk kepada cahaya – Nya bagi orang yang dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu...”
“ Kenapa kamu masih memberikan barang haram
itu untuknya ? “ Ibu Reza datang tiba-tiba menghakimi sambil menangis.
“ Ibu ...maaf Ibu, mungkin ibu salah paham
dengan tindakan saya setelah apa yang ibu lihat tadi...( mengerutkan dahi
masih belum mengerti ) Biar saya jelaskan ! Begini ya Ibu....
“Dengan kondisi fisik Reza yang sudah sangat
takut, kebiasaannya tidak bisa dihentikan secara total dengan mendadak karena
itu bisa membahayakan nyawanya. Saya tetap memberikan sebanyak yang dia mau
karena yang saya berikan tadi sudah tidak murni dan sudah dalam dosis yang
kecil... Itu terapi yang saya berikan, semakin sering dan semakin kecil dosis
yang diberikan...Insya Allah dapat menyembuhkan Reza dari kebiasaannya karena
dari itu Reza akan mulai lupa dengan dosis tinggi karena dia tidak menyadari
itu. Maaf ibu saya tidak memberi tahukan hal ini sebelumnya” jelas Sinta kepada
ibunya Reza
Tiba –tiba Ibu Reza
memelukku dengan penuh rasa kasih sayang.
“Terimakasih ya nak,, kamu memang wanita yang
sangat baik, mau menolong dan membimbing Reza,, putra semata wayang ibu,,” katanya
s
“Sama-sama bu,, kita sesama manusia kan harus
saling tolong menolong, benar kan bu,,” kata Sinta sambil tersenyum
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)