Senin, 08 Juni 2015

Kunci Jawaban dari Tuhan (Part 1)



Kumelamun mengenang kembali betapa Tuhan telah banyak memberikan kemudahan. Sambil meminum secangkir teh dan sebungkus Roti, kucoba menyisir kembali perjalanan hidupku. Aku mempunyai banyak saudara walaupun bukan keluarga dekat akan tetapi Ibuku meninggal saatku masih kecil, saat-saat yang tidak pas bagi seorang anak untuk sekedar mengukir senyum manis seorang ibu, memahat wajah lembut sang Ibu serta mengenang alunan nada nada cinta dari setiap patah ungkapan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, karena ibuku meninggal saat ku berumur 2 tahun.
Mengingat hal tersebut membuat aku termenung. Aku pun memanjatkan doa kepada Tuhan,
“Ya Rabb, Ampunilah dosa Ibu hamba dan juga hamba, Ya Allah dari tiap hembusan napas ini… Selama nyawa masih di dada aku tak henti hentinya mendoakan Ibuku ya Allah…”
Didalam angan kucoba mengungkapkan sepatah kata, Bu.. Anakmu sudah sukses, ini semua berkat doamu dan bapak.. Terimakasih.
Aku dididik dengan agak keras dari keluarga yang pas pas-an, namun itu lebih baik dibandingkan dari keluarga berada tapi orangtua tidak peduli dan tidak mendidik dengan benar. Lagipula sekarang dapat hikmah dari sikap keras orangtua, yaitu agar kita sebagai anak dapat terus bertahan dalam menjalani hidup dan harus disiplin, karena saat kita menjadi orangtua, kita tidak merasa asing dengan kehidupan berumah tangga. Disiplin dalam mengajarkan sesuatu kepada anak kita sendiri nantinya.
Dulu sebenarnya aku termasuk anak malas tetapi karena pertolongan Tuhan dan kasih sayang-Nya, ku bisa berubah. Ada kejadian lucu yang terjadi sewaktu ujian SMP. Mmmh.. nilai UAN Matematika-ku 8 !! Bayangkan betapa ku tak percaya tapi itulah kenyataannya.
Aku termasuk orang yang kurang mengerti tentang pelajaran matematika tapi aku yakin tentang keajaiban doa apalagi belajar setelah shalat malam. Semua yang dipelajari jadi bernilai ibadah. Tetapi perasaan itu muncul kembali, rasa takut tidak meraih jenjang berikutnya. Dan benarlah saat ujian, aku tidak tahu sama sekali dengan soal Matematika. Karena pelajaran inilah yang menentukan langkah menuju tangga itu, tangga kesuksesan yang belum sanggup kuraih.
Jam 9 pagi itu keringatku bercucuran. Semua yang dipikirkan malam itu hilang entah kemana.. Hufft.. tapi ku pasrahkan semua kepada Allah, Bismillah…, Kemudian ku isi lembar jawaban, dan entah mengapa ku juga menyalin jawaban yang aku tulis di selembar kertas. Mungkin suatu saat nanti akan berguna.

Satu setengah jam kemudian ujian selesai, aku lemas dan tak berdaya. Sekitar sebulan kemudian tiba waktunya pengumuman. Ku bawa selalu di saku celana kunci jawaban MTK yang sewaktu UAN diisi entah untuk apa. Lalu kutunggu di luar rumah petugas yang mengantarkan amplop kelulusan. Tetapi tak ada seorang pun yang melintas di rumahnya. Sejuta perasaan berkecamuk antara kegagalan atau kesuksesan. Antara rasa malu dan kebimbangan. Semua bercampur menjadi satu. Tetapi saat aku tak sanggup menghadapi hari, akhirnya tiba juga tukang pos yang mengantar amplop putih ke rumah. Saat ku lihat nilai yang tertera…
Subhanallah!!

Nilai MTK 8? sedang nilai yang lain standar, gak bisa membantu kalau MTK jeblok. Akhirnya ku sujud syukur karena hasil yang kuterima diluar perkiraan. Karena kemungkinan besar aku bisa gak lulus tapi kenyataannya? Semenjak itu aku terus rajin belajar mengejar ketertinggalan dan lulus SMA dengan hasil memuaskan.
Setelah lulus sekolah ternyata kabar duka menghampiri. Ayahku kecelakaan di tempat kerja dan dibawa ke rumah sakit. Langsung saja aku berangkat kesana dan ternyata itu pun detik detik terakhir kebersamaanku dengan Ayah. 2 Duka dalam rentang waktu yang berbeda.
Sebelum meninggal Ayah sempat berwasiat agar aku terus bekerja keras karena hidup itu keras, dan juga meminta maaf atas sifat keras yang selama ini ditunjukkannya karena itu demiku juga. Itulah yang membuatku akhirnya sadar bahwa Ayah mendidik dengan kedisiplinan agar aku kuat menjalani hidup. Aku melamun seorang diri saat itu, mengingat bahwa pesan terakhir Ayah adalah ingin bertemu ibu.
“Wan, Bapak ingin bertemu ibu kamu. Bapak sudah rindu” ujar Ayahku sambil menahan sakit tapi akhirnya meneruskan ucapannya “maafkan Bapak ya Wan..” akhirnya Ayahku meninggalkan dunia yang fana ini.
Aku tak kuasa menahan air mata yang merasuk dada tapi ku kuatkan tekat agar tetap mengingat pesan ayah agar terus kuat menjalani hidup. Aku hanya berdoa semoga mereka berdua bertemu kembali di alam sana, karena air mata tidak mampu membawa mereka kembali ke sini, hanya doa yang mampu aku panjatkan kehadirat Tuhan agar kami bertiga bertemu kembali disana. Dalam satu keluarga.

Kucoba tetap tabah sambil menata hati yang telah sebagian rusak, karena belum ada tempat untuk menutupi pintu hati itu. Mungkin suatu saat ada seseorang yang mampu menambal dan memperbaiki hati yang rusak ini. Kedua orang tua di makamkan bersebelahan. Walaupun Ayah tidak menyebutkan di wasiatnya namun beberapa bulan sebelum meninggal, Ayah agak berharap agar bisa di kubur di sebelah makam Ibu sehingga aku berembuk dengan saudaraku yang berada di Kalimantan. Saudaraku akhirnya datang setelah dihubungi dengan susah payah, karena ia tinggal dengan istrinya di Kalimantan. Sedang yang lain sudah merantau ketempat yang terpencil sehingga sulit dihubungi. Saudaraku yang di Kalimantan menawarkan pekerjaan disana agar aku bisa sukses tapi aku menolaknya, tentunya dengan lembut.

“Maaf bang, aku gak ingin merepotkan abang. Biarlah aku berusaha sendiri dan mencoba mandiri.. Mungkin dengan menjual motor bisa menutupi kebutuhanku bang.”
“Gak bisa gitu wan, kamu sudah jadi tanggungan abang. Tapi kalau kamu bersikeras tetap pada kemauanmu abang gak bisa paksa. Tapi kamu harus janji satu hal yaitu kamu harus terima uang dari abang. Jangan menjual motor itu, abang tau kalau motor itu begitu berharga buat kmu !!”
Dengan berat hati akhirnya aku terima tawaran saudaraku itu, dan dia menitipkan rumah Bapak kepadaku.
“Kalau kamu butuh apa-apa tolong telpon abang, abang pasti bantu. Tolong jaga rumah peninggalan Bapak ya wan, Abang gak bisa lama-lama karena harus kembali ke Kalimantan.”
“Insya allah aku akan jaga dgn sebaik-baiknya rumah ini bang. Warisan satu-satunya Ayah yang akan saya selalu jaga baik..”

Akhirnya saudaraku itu pergi ke kalimantan, hingga tinggal aku seorang diri ditemani sepi. Uang yang dititipkan oleh saudaraku itu aku jadikan modal untuk kebutuhan hidup dan untuk mencari kerja. Karena aku tak ingin merepotkan ia dan keluarganya dikalimantan, aku gak mau jadi benalu ditengah-tengah keluarga saudaraku, itu prinsipku..
Keesokan harinya, aku mulai mencari pekerjaan yang halal. Setumpuk kertas fotocopy ijazah dan kelengkapan lainnya mengisi hampir sebagian tasku. Tak terasa hari hampir siang, ku sholat dzuhur mengadu kepada Tuhan agar diberi jalan untuk mencari pekerjaan. Doa sholat dhuha pun akhirnya kubaca agar tuhan memperkenankan doaku ini..
Ya Rabb, Bukakanlah pintu rizki bagi hamba. Apabila jauh dekatkanlah. Apabila ia berada dilangit maka turunkanlah. Apabila lama maka cepatkanlah ya Allah.. Amiin
Satu hari dua hari tiga hari hingga sebulan belum juga ada telepon yang masuk ke rumah. Kutatap gagang telepon bagaikan menatap emas yang berkilat, tapi hasilnya nihil. Kulihat tanggal didinding baru hari selasa, sedangkan amplop lamaran hanya tinggal satu.

“Waduh, lamaran tinggal satu. Sebaiknya ditaruh di perusahaan yang mana? keahlian belum ada!! cuma modal nekat.” Tak terasa batinku meraung. Tapi kucoba tetap optimis, ku ingat pepatah “BIARLAH WAKTU MEMBAWA TAKDIRNYA” -biarlah tuhan mengatur segalanya-

Kutapaki jalan ini, bermodalkan tas, satu lamaran menuju perkotaan di Kawasan elit Jakarta. Kucoba mengitari satu gedung ke gedung yang lain tapi tak ada yang sesuai dengan keahlianku karena mereka lebih butuh sarjana, minimal diploma. Akhirnya ada satu kejadian yang mampu merubah segalanya, disaat aku keluar gedung ada seorang Bapak yang berteriak kecopetan. Tentu saja Tukang copet yang tak sengaja mendekat kearahku itu langsung aku pukul tepat ke wajahnya. Baru kemudian satpam gedung mengeroyok dengan membabi buta. Untungnya copet itu tidak mati, karena ada polisi yang patroli disana. Aku mengembalikan tas yang agak berat ke arah Bapak yang kecopetan tadi

“Pak, ini tasnya” Kataku sambil tersenyum
“Makasih dek, oh iya ini ada sedikit uang dari bapak untuk adek. Mungkin kalau gak ada adek semua isi tas itu raib karena ada uang yang tak terhitung banyaknya.”
“Oh, gak usah pak terimakasih. Saya gak mau meminta imbalan atau sebagainya, tetapi kalau bapak berkenan saya hanya meminta doa bapak agar diterima kerja pak.”
“Loh adek belum kerja? Bagaimana kalau adek kerja di perusahaan Bapak saja, kebetulan disana lagi butuh karyawan yang amanah..”

Aku tak menyangka bahwa ternyata rezeki itu datang tanpa terduga, akan tetapi aku ragu apa aku mampu memikul amanah ini?

“Tapi pak saya belum punya pengalaman, saya baru lulus sekolah pak..”
“Gak apa-apa dek, nanti akan ada trainer yang mengajari kamu dlm bekerja.. kamu tenang saja. Kalau kerjamu bagus kamu akan saya angkat jadi karyawan. Tapi saya yakin kamu layak.” Jelasnya meyakinkan

Tapi itu cerita lalu,, tak terasa waktu terus bergulir cepat. Sudah saatnya menatap masa depan dengan penuh keyakinan, mencari pendamping hidup untuk mengarungi bahtera yang tak pernah tenggelam. Tugas kantor telah selesai, teh dan roti untuk mengganjal perut sudah habis. Saatnya pulang dan menyerahkan berkas ke pak Andi, seorang bapak baik hati yang dulu ku tolong dan telah memberiku pekerjaan. Beliau telah kuanggap sebagai bapak sendiri karena kemurahan hatinya.
Setiba dirumah aku langsung tidur, walaupun besok libur. Mata tak kuat untuk terus melihat dunia, ingin rasanya mengarungi lautan mimpi dan mencari sejuta arti hidup ini. Tapi belum lama aku tertidur aku malah terbayang wajah sahabatku yang bernama Nissa. Hatiku gelisah tak menentu walaupun aku tetap mencoba untuk tidur, tetapi wajah teman SMPku itu muncul kembali. Apa maksud semua ini? Langsung saja aku bangun dan mencoba melihat jam, ternyata sudah jam 2 malam. aku bermunajat kepada Tuhan dgn sholat malam. Semoga diberi petunjuk maksud dari mimpi itu. Setelah selesai bermunajat aku pun tertidur, sekarang aku malah bermimpi tentang seseorang laki-laki dan seorang perempuan yang sedang memegang kertas, entah kertas apa itu. mereka berada di padang rumput yang luas dan indah. Namun mimpi itu sirna dan aku terlelap hingga hampir kehabisan subuh. Pagi hari di minggu yang penuh awan itu aku mencoba bertanya kepada seseorang tetangga yang kebetulan cukup mampu untuk menafsir mimpi, namanya Pak Ridwan. Aku pun bertanya tentang seseorang yang berada di padang rumput yang luas dan indah, lalu dijawab oleh Pak Ridwan.

“Wah, ternyata itu jawaban untuk kamu wan. Bahwa kamu sudah saatnya untuk menikah, makna rumput yang luas dan indah berarti jodohmu akan segera tiba” ujarnya dengan senyum mengembang
Aku yang mendengar hanya bisa bengong, mencoba memahami maksud dari semua ini, juga tentang bermimpi wajah teman SMPku. Tapi aku urung bertanya kepada Pak Ridwan, biarlah aku sendiri yang mencari artinya. Aku pun berterima kasih kepada Pak Ridwan dan pamit untuk bertemu seorang sahabat.
“Ya sudah selamat mencari jodoh ya wan” kata Pak Ridwan sumringah diselingi tawa.

Aku yang mendengar hanya tersenyum masam. Dasar pak Ridwan, bisa saja membuat malu orang. Aku pun minggat dari rumah tetanggaku itu, takut diketawai habis habisan. Aku pergi ke rumah dulu mencari motor bututku, ada sejarah tersendiri dengan motor itu. Aneh rasanya kalau aku membeli motor baru karena aku memang sayang dengan motor itu, aku sakit waktu SMP juga gara-gara motor itu, karena mengantar sahabat yang aku malah bermimpi justru wajahnya.
Dengan terburu-buru aku pergi ke rumah Nissa, barangkali dia adalah wanita yang ditunjuk Tuhan untuk mencarikan aku jodoh. Memang dia pernah berkata saat SMP bahwa di Masjid Rimlah dekat rumahnya ada pengajian yang juga insya allah, mempertemukan ikhwan akhwat untuk bertaaruf, dan langsung menikah. Kata Nissa memang banyak anggota pengajian yang langgeng menikah, bahkan setelah punya anak sering mendatangi masjid untuk mengaji dan membantu mendanai masjid tersebut. Walaupun masjid itu sudah memiliki usaha dalam tanda kutip, karena disamping masjid yaitu ada warung sembako murah yang keuntungannya buat operasional masjid dan juga dilengkapi perpustakaan islami dan usaha lainnya, jadi tidak harus melalui sumbangan warga untuk mendanai operasional. Tapi yang namanya orang yang sudah cinta dengan masjid Rimlah, ada saja yang rela menginfakkan hartanya untuk perjuangan masjid itu.
Akhirnya saya sampai juga di tempat Nissa, ia kebetulan memang mengajar privat, kebetulan juga SMP les ulangan soal untuk UAN sebagai suatu tambahan. Pas saya bertamu, diatas meja ada secarik soal ulangan ujian tahun yang sama dengan waktu saya ujian, soalnya Matematika lagi.. hmm

“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikum salam, eh Irwan silahkan masuk” katanya sambil tersenyum
“Aku mengganggu gak Nis?” Tanyaku
“Enggak,, ini kebetulan anak-anak sudah selesai”
baru nissa selesai bicara, serombongan anak-anak pamitan kepada kami berdua.
“Ada apa nie Wan, tumben kesini” kata Nissa, lagi-lagi dengan senyuman
“Aduh, gimana ngomongnya… begini… dulu kamu kan ngomong bahwa di pengajian sini ada taaruf juga ya?” kata saya malu-malu ( atau malu maluin ? )
“Oh.. aku ngerti.. udah jangan diperpanjang nanti kamu malu lagi”
“Ah..kamu memang slalu tau perasaan org Nis..” Kataku melanjutkan,
tapi yang diajak ngobrol malah tersenyum sendirian, entah apa yang dipikirkan sahabatku ini…
Sementara dipikiranku yang terlintas hanya menikah, melanjutkan hidup.. meneruskan dakwah ke anak istri.. itu niatku. Mungkin memang Tuhan menakdirkan melalui sahabatku ini bahwa jodohku telah dekat…

“Ya udh Mas Irwan masuk dulu, mau minum apa ?”
Glekh.. kenapa ada embel” mas ya ?.. pikirku heran
“Oh.. gak papa Nis, nanti ngerepotin”
“Enggak ngerepotin koq, asal jangan minta nasi aja lagi kosong” Kata Nissa sambil tertawa lagi” giliran pikiranku yang gak karuan…apa.. Nissa.. ??… mmh.. kenapa pikiranku begini ya…
Akhirnya aku membalas, “Maksudmu aku gak boleh makan gitu ? hha.. okelah klo begitu” Kataku sambil tersenyum
“Enggak koq masih ada lauknya klo mas ingin makan”
“Ya sudahlah, klo tuan rumahnya memaksa”
“Bukannya tamunya yang biasa maksa minta makan ?” ujarnya penuh tawa.
“Itu tamu yang gak tau diri.. hhe”

Akhirnya kami berdua pun makan, kebetulan orangtuanya tau dan kenal sama saya. Tapi memang ayahnya sedang pergi.. Setelah Nissa menceritakan kepada saya tentang ustadz yang menerima taaruf dan insya allah akan disampaikan kepada ustadz segala sesuatu mengenai saya.. lalu aku pun pamit mohon diri

“Makasih ya Nis, aku memang ingin cari jodoh yang langsung nikah. Mungkin memang di masjid itu nanti jodohnya”
“Amiin, insya allah dapat jodoh yang mengerti Mas Irwan dan baik pekertinya.. insya allah” Ujarnya mantap Lagi” kata itu membuat perasaanku campur aduk…
“Ya Allah kabulkanlah doaku dan temanku ini ya Rabb..” Kataku dlm hati

Akhirnya aku pun pamit..
Kira-kira seminggu kemudian ditelpon oleh Nissa

“Mas, besok datang ke Masjid Rimlah ya, ada yang mau taaruf dengan mas, tapi mas jangan kaget ya ?”
“Maksudnya apa Nis, Koq pake acara kaget segala ?”
“Mhh, liat nanti saja deh. Tapi nanti pilihan ada di tangan mas, mudah mudahan sesuai dengan kriteria Mas...”
“Lho, koq suara kamu seperti sedang melamun ? Kamu gak sakit kan ?”
“Ohh, gak mas aku sehat sehat aja koq”
“Ya sudah, besok Insya Allah saya datang”

Setelah itu barulah telepon kututup, banyak hal yang ada dipikiranku, pertama kata “kaget”, kedua suara Nissa kenapa melamun ?
“Arghh.. kenapa aku jadi kepikiran, apa maksudnya ?”

Keesokan harinya, tepat di hari H dan jam yang telah ditentukan. Irwan datang ke masjid dan menemui ustadz Faqih

“Assalamu’alaikum Pak Ustadz”
“Waalaikum salam, Ohh kamu pasti Irwan kan yang yang dimaksud oleh Nissa ?” Tanya sang Ustadz
“Benar ustadz, kedatangan saya kesini untuk taaruf”
“Hmm.. sebelum kau kutemui dengan calon taarufmu, ada satu hal yang ingin ustadz sampaikan mengenai calon yang akan dikenalkan sama kamu.. yaitu dia sangat mengenalmu, walaupun hanya 3 tahun”
“Maksud ustadz, wanita itu adalah wanita yang saya kenal ?”
“Yah, begitulah kata calon taarufmu.., tunggu sebentar akan ustadz panggilkan”

Irwan memejamkan mata, merenungi setiap patah kata yang terucap.. 3 tahun ? Apa Nissa memilih teman sekolah dulu ? Sekali lagi pikiran tersebut hanya menambah bingung dia sendiri..
Irwan melihat ustadz pergi ke sebuah ruang masjid dan membawa seorang perempuan yang tidak saya tahu karena ia menundukkan muka, tapi itu tak menghentikan rasa tauku karena disebelah wanita itu ada Pak Rosyid, yang tak lain adalah Ayah Nissa !!

“Pagi nak Irwan” kata Pak Rosyid
“Pa… pagi Pak” Kataku dengan terbata bata
“Nah nak Irwan, pasti kamu bingung dengan apa yang terjadi hari ini.. sama seperti saya yang awalnya bingung karena putriku ini nyerocos _” Ujar Pak Rosyid tapi dihentikan oleh Nissa
“Papa !!!” Kata Nissa dengan agak malu
“Hahahaha.. Begitulah, bagaimana nak Irwan ? Apa ada yang kamu ingin katakan ?”
“Sebenarnya banyak sekali Pak, tapi apa saya boleh bicara sebentar dengan Nissa diluar Pak ?”
“Bagaimana Nis, nak Irwan ingin berbicara sesuatu padamu” Kata Pak Rosyid kepada Nissa, Nissa hanya mengangguk setelah diizinkan oleh Ayahnya.

Kami pun berjalan keluar masjid sambil diam seribu bahasa lalu berhenti di bangku taman yang diteduhi mawar kuning..
“Apa kamu melakukan semua ini karena terpaksa ?” Kataku lembut
“Maksud Mas Irwan ?”

“Hufft.. maksudku apa memang karena tidak ada calon taaruf yang ada jadi kamu yang berkorban ?? Nis, aku lebih baik tidak menikah daripada melihat kamu menderita demi memenuhi janji….”

“Mas, aku gak merasa seperti itu. Aku juga melakukan ini bukan karena terpaksa_”

“Tapi aku mendengar kamu berbicara dengan melamun!! apa itu tidak menjadi bukti kalau kamu terpaksa melakukannya ?”

“Pasti saat ditelpon kan ? Mas.. aku melamun saat itu karena aku takut ditolak, aku takut kamu gak suka sama aku” Ujar Nissa terbata bata sambil menunduk dan menangis. Setelah mendengar hal tersebut, akhirnya Irwan memegang dagu Nissa dengan lembut dan mengangkatnya agar dpt melihat wajah Nissa, tapi yang didapat hanya tetesan airmata sehingga hatinya mencelos, diusapnya airmata itu dengan kasih sayang karena dia tau dia telah jatuh cinta.. jatuh cinta yang teramat dalam, semua itu tergambar jelas dimatanya dan dimata calon istrinya…
“Nis, maafkan Mas ya ?, Mas Irwan tidak bermaksud membuatmu sedih.. Tetapi Mas tidak ingin suatu saat nanti ada seseorang yang kecewa kalau memulai segalanya dari kebohongan”

“Tapi_” Nissa ingin membantah namun dihentikan oleh Irwan

“Ya, Mas Irwan tau kalau semua yang kamu katakan adalah suatu kejujuran. Semua itu tergambar jelas dimatamu Nis… Mata yang menyiratkan kasih sayang dan rasa cinta. Mungkin baru kali ini aku merasakan indahnya dicintai, sebagaimana kau tau bahwa ibuku meninggal waktuku masih kecil. Sehingga aku tidak memahami apapun tentang indahnya kasih sayang…” Ujarnya sambil menerawang jauh ke lubuk hatinya

“Mas, mungkin cintaku tak sebesar kasih sayang ibumu, tapi aku berjanji akan memberikan sisa hidupku agar Mas bisa bahagia” Ujar Nissa dengan tekad bulat.

“Aku takut kalau janji akan jadi beban buat kamu.. Biarlah waktu membawa takdirnya” Ujarku sambil tersenyum

“Kata katamu benar Mas, mungkin kita bisa berusaha namun Tuhanlah penentu segalanya” Sahut Nissa

“Oh iya Nis sebelum kita ke dalam bertemu Ayah kamu dan Ustadz Faqih, ada satu hal yang ingin aku tanyakan sama kamu…. Sebenarnya sejak kapan kamu merasakannya ?”

“Merasakan apa Mas ?”

“Perasaan yang aku rasakan…”

“Ohh,, kalau itu sejak kita sekolah dulu, saat Mas mengantarku pulang dengan motor itu” Kata Nissa sambil menunjuk motor yang diparkir di teras Masjid..”

“Aku masih tidak mengerti kenapa hanya karena aku mengantar kamu pulang lalu kamu cinta padaku…” Kataku heran tapi akhirnya menambahkan

“Aku masih penasaran dengan cerita kamu, lebih baik kita kedalam yuk, yang lain sudah menunggu. Masalah tentang motor kita pending saja setelah menikah, aku masih penasaran Nis”

“Nanti kamu juga akan tau” Sahut Nissa sambil tertawa riang
Mereka berdua akhirnya berjalan dengan malu malu, tidak seperti beberapa menit yang lalu dalam suasana tegang. Bahkan saat dirasa berbicara itu penting daripada menunggu gunung meletus, mungkin itulah indahnya cinta.. MALU ADALAH SELIMUT CINTA, CEMBURU ADALAH PERHIASANNYA, asal tidak cemburu buta dan malu maluin.
Sementara itu didalam masjid Pak Rosyid mengobrol dengan ustadz Faqih,
“Kenapa mereka lama sekali ustadz ? Apa ada masalah dengan mereka berdua ?”

“Wallahu a’lam, kalau mereka memang sudah jodoh pasti akan bersatu Pak Rosyid.. Doakan saja” ujar Sang Ustadz bijaksana.

“Amiin..”
Akhirnya Irwan dan Nissa tiba di ruangan masjid menemui ustadz dan Pak Rosyid. Irwan baru ingin berkata sesuatu tapi sudah ditanya Pak Rosyid.
“Bagaimana Nak Irwan ? tadi Bapak lihat kamu lama sekali diluar.. apa ada masalah ?”

“Tidak ada Pak, Alhamdulillah semua baik baik saja, hanya ada beberapa hal yang saya bicarakan dengan Nissa Pak.”

“Baiklah kalau begitu, Bapak merestui kalian berdua untuk menikah. Namun sebelum itu ada baiknya kalian mengenal terlebih dahulu kekurangan dan kelebihan masing-masing agar tidak ada rasa kecewa nantinya. Betulkan Ustadz?” Ujar Pak Rosyid diiyakan sang Ustadz

“Betul sekali Pak, memang itu yang seharusnya dilakukan kalian berdua agar dalam mengarungi rumah tangga tidak ada prahara yang menerpa.. kekurangan kalian ibarat Bahtera yang rusak, dan kelebihan kalian adalah penambalnya. Kekuranganmu Irwan bisa ditutupi oleh kelebihan Nissa. Sedangkan kekurangan Nissa bisa ditutupi oleh kelebihanmu. Arungilah bahtera rumah tangga dengan menambal bagian yang rusak tentunya dengan kelebihan masing masing, agar Bahtera itu selamat sampai tujuan. Kalian berdua tau kan tujuan akhir bahtera itu”

“Surga ustadz” Kami berdua bicara serempak

“Ya, kalian benar. Semoga dlm pertemuan kalian ini diberkahi oleh Allah.. Dalam acara taaruf kali ini memang seharusnya kalian saling mengenal pribadi masing-masing, inilah yang membedakan dengan pacaran, Ta’aruf ibarat sampul pengikat 2 tali yang putus. Tali yang pertama adalah kesendirian, sedangkan yang kedua adalah pernikahan.. Kunci pengikat sampul itu adalah kejujuran, kepercayaan dan keikhlasan kalian dalam menjalani kehidupan. Sedangkan pacaran ibarat sampul pengikat maupun pemutus 1 tali tersambung, apabila kekurangan pasangan terbuka selama pacaran maka dia menjadi pemutus kepada tali pernikahan, sedangkan dia juga bisa jadi pengikat apabila dilandasi kepercayaan dan kejujuran.. Itulah yang membedakan antara keduanya. Seiring waktu, pacaran akan membongkar kekurangan masing-masing. Sedangkan ta’aruf adalah mengenal kekurangan masing-masing dan mencoba mencari jalan keluar dari kekurangan itu. Tanyalah pada keluarga, sahabat dan tetangga tentang pribadi kalian masing-masing. Ini bukan aib yang akan mencelakakan kalian, karena kalian telah memulai semua ini dengan kejujuran dan keikhlasan. Keluarga, sahabat dan tetangga adalah cerminan diri kalian, apa yang dilihat di cermin adalah sama dengan pribadi kita. Semoga dengan penjelasan ustadz kalian bisa menjalani semua ini dengan niat yang ikhlas. Semoga dlm pertemuan ini dan saat kalian menuju ke pintu pernikahan akan tercipta sakinah mawaddah dan warahmah dariNya. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Kalaupun ada, tidak akan bertahan lama. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT. Mengapa sakinah begitu penting dalam pernikahan? Seperti kalian tahu bahwa pernikahan itu tidak hanya ikatan suci di dunia, melainkan ikatan tersebut akan dipertanggungjawabkan juga di akhirat. Yang kedua adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu berupa “kejutan” suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa, ada tips untuk kalian.. buatlah jadwal kejutan sehingga rumah tangga akan semakin manis, semakin indah, meskipun ditengah krisis ekonomi. Nah, kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban seorang suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik. Kewajiban seorang istri untuk mena’ati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala kewajiban dan kalian akan dicurahkan rahmat ( Arrahman Arrahim ) oleh Allah dlm berumah tangga nantinya dan ingatlah selalu Guide book kalian yaitu AlQuran.. Ibarat motor yang juga butuh guide book ( buku manual penggunaan ). Kalian juga butuh AlQuran untuk men-service jiwa kalian agar tetap tenang dan tabah dlm menjalani kehidupan.” Ujar Ustadz Faqih menutup pembicaraan

Kami berdua dan juga Pak Rosyid terenyuh dengan kata-kata Ustadz. Ingin rasanya hati menangis, semoga Allah merahmati beliau dengan Arrahman dan ArrahimNya, semoga pertemuan kami semua diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Amiin…

*******

Setelah Ustadz Faqih memberikan wejangan bagi kami, barulah memulai ke inti dari ta’aruf ini. Ustadz Faqih pun berkata kepada kami.

“Nah, sekarang hanya tinggal bertanya kepada sahabat terdekat tentang pribadi kalian masing”. Apa kalian sudah membuat daftar nama yang akan kalian tukar satu sama lain ?” Tanya sang Ustadz

“Sudah Ustadz” Kata kami berdua sambil mengeluarkan selembar kertas berisi daftar nama sahabat.
Kami pun saling menukar kertas itu, tapi setelah saya melihat daftar nama yang diberikan oleh Nissa, saya berkata kepada Nissa..

“Ini benar daftar sahabatmu Nis ? Kalau begini aku bisa disangka tukang sensus penduduk..” Kataku sambil melotot melihat daftar nama yang mirip struk belanjaan karena banyaknya sahabat yang tercantum disana, yang ditanya malah tertawa.

“Xixixi,, kan kamu pernah bilang Mas kalau berbuat sesuatu jangan setengah-setengah nanti hasilnya akan setengah-setengah makanya aku buat daftar sebanyak itu.”

Aku yang mendengar hanya tersenyum, memang benar apa yang dilakukan Nissa.. CINTA ADALAH PENGORBANAN, TAK ADA CINTA TANPA SATU PUN PENGORBANAN.. – berkorban waktu dan tenaga untuk sesuatu yang akan kita petik hasilnya -.
“Kau benar Nis, lagipula ini juga bentuk pengorbanan kita untuk merajut tali nan kekal abadi”
Saya pun bertanya kepada Ustadz Fadih tentang waktu yang dibutuhkan untuk meninjau pendapat sahabat.
“Kalau kalian bisa mungkin sebaiknya satu minggu dari sekarang.” Pinta Ustadz

“Insya Allah, kami bisa Ustadz.” kata kami berdua serempak

“Baiklah kalau begitu, seminggu lagi kita akan membicarakan tentang hasil ta’aruf kalian dan jalan keluarnya apabila ada masalah.. Baru kemudian berdiskusi tentang pernikahan. Mhhh..sebelum menutup ta’aruf ini, mari kita berdoa semoga apa yang kita lakukan hari ini diridhoi oleh Allah. Ya Allah engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu, telah berjumpa dalam taat padaMu, telah bersatu dalam dakwah padaMu, telah terpadu dalam membela syariatMu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan Nur CahayaMu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan padaMu. Nyalakanlah hati kami dengan ma’rifat padaMu. Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penolong ya Allah. Sampaikanlah kesejahteraan, ya Allah pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabatnya dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.”

“Amiiin”
Akhirnya saya pamit kepada Ustadz, Nissa dan Pak Rosyid, tapi baru saya mau melangkah ternyata Suara Adzan berkumandang, suara panggilan Tuhan. Maka kami pun sholat berjamaah bersama penduduk setempat dengan diimami oleh Ustadz Faqih, baru setelah itu aku pamit pergi akan tetapi kaki ini urung melangkah, seperti ada sesuatu yang kurang. Ternyata benar, aku lupa meminta nomor Hp Nissa, karena aku biasanya menelpon langsung kerumah kalau ada apa apa..

“Oh iya Nis, tolong kirim no hp kamu ya.. supaya nanti kita bisa membahas tentang mahar dan sebagainya”

“Oh iya Mas, aq misscall ya..” kata Nissa

“Beres,, baiklah aku pamit dulu Nis. Mudah-mudahan daftar nama yang kamu berikan bisa aku cari alamatnya, aku gak mau jadi ayu ting ting yang susah cari alamat.. hhe”

“xixixi,, itu alamatnya benar loh. kalau gak benar coba aja Mas tanya tukang ojek”

“hha, bisa aja kamu Nis bercandanya. Ya sudahlah nanti target seminggu gak tercapai lagi kalau ngobrol terus, aku pamit ya Nis.. Assalamu’alaikum”

“Waalaikum salam”
Sehari dua hari hingga akhirnya seminggu kemudian selesai juga misiku mendata org, maksudku menanyakan sifat luar dalam tentang Nissa. Ternyata memang sifatnya baik, hampir mendekati sempurna ( bukannya sempurna, karena kesempurnaan hanya milik ALLAH ) menurut penilaianku.
Ya rabb, terimakasih engkau telah menjodohkanku dengannya, Hambamu ini akan sekuat tenaga menjaga calon bidadari yang engkau turunkan ya Rabb. Jadikanlah ia bidadari hamba di dunia dan akhirat dan persatukanlah kami di Surgamu kelak bersama keluarga hamba ya Allah..
Amiin
Aku mencoba untuk mengirim pesan ke Nissa apakah dia telah selesai.
Lalu jawabnya :
Alhamdulillah semua lancar, kamu juga kan Mas?
lalu kubalas :
Alhamdulillah, oh iya saudaraku telah datang dari dari Kalimantan, dia yang akan jadi saksi untuk pernikahan kita. Mhhh.. Nis nanti setelah kta selesai bertemu di masjid untuk berbicara tentang ta’aruf kita ke makam bapak ibuku ya?, untuk meminta restu dari orangtuaku. Kalau ibuku masih hidup, pasti beliau senang bertemu denganmu Nis.
Ya mas, aku jg ingin bicara hal itu. Memang ridho orang tua adalah ridho Tuhan mas
Akhirnya aku menutup pesan, dengan untaian kata” untuk Nissa :
Nis aku punya puisi, namanya poem of heaven, dibaca ya:
 ***** BERSAMBUNG *****
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar

Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)