Kumelamun
mengenang kembali betapa Tuhan telah banyak memberikan kemudahan. Sambil
meminum secangkir teh dan sebungkus Roti, kucoba menyisir kembali perjalanan
hidupku. Aku mempunyai banyak saudara walaupun bukan keluarga dekat akan tetapi
Ibuku meninggal saatku masih kecil, saat-saat yang tidak pas bagi seorang anak
untuk sekedar mengukir senyum manis seorang ibu, memahat wajah lembut sang Ibu
serta mengenang alunan nada nada cinta dari setiap patah ungkapan kasih sayang
seorang ibu kepada anaknya, karena ibuku meninggal saat ku berumur 2 tahun.
Mengingat
hal tersebut membuat aku termenung. Aku pun memanjatkan doa kepada Tuhan,
“Ya
Rabb, Ampunilah dosa Ibu hamba dan juga hamba, Ya Allah dari tiap hembusan
napas ini… Selama nyawa masih di dada aku tak henti hentinya mendoakan Ibuku ya
Allah…”
Didalam
angan kucoba mengungkapkan sepatah kata, Bu.. Anakmu sudah sukses, ini semua
berkat doamu dan bapak.. Terimakasih.
Aku
dididik dengan agak keras dari keluarga yang pas pas-an, namun itu lebih baik
dibandingkan dari keluarga berada tapi orangtua tidak peduli dan tidak mendidik
dengan benar. Lagipula sekarang dapat hikmah dari sikap keras orangtua, yaitu
agar kita sebagai anak dapat terus bertahan dalam menjalani hidup dan harus
disiplin, karena saat kita menjadi orangtua, kita tidak merasa asing dengan
kehidupan berumah tangga. Disiplin dalam mengajarkan sesuatu kepada anak kita
sendiri nantinya.
Dulu
sebenarnya aku termasuk anak malas tetapi karena pertolongan Tuhan dan kasih
sayang-Nya, ku bisa berubah. Ada kejadian lucu yang terjadi sewaktu ujian SMP.
Mmmh.. nilai UAN Matematika-ku 8 !! Bayangkan betapa ku tak percaya tapi itulah
kenyataannya.
Aku
termasuk orang yang kurang mengerti tentang pelajaran matematika tapi aku yakin
tentang keajaiban doa apalagi belajar setelah shalat malam. Semua yang
dipelajari jadi bernilai ibadah. Tetapi perasaan itu muncul kembali, rasa takut
tidak meraih jenjang berikutnya. Dan benarlah saat ujian, aku tidak tahu sama
sekali dengan soal Matematika. Karena pelajaran inilah yang menentukan langkah
menuju tangga itu, tangga kesuksesan yang belum sanggup kuraih.
Jam
9 pagi itu keringatku bercucuran. Semua yang dipikirkan malam itu hilang entah
kemana.. Hufft.. tapi ku pasrahkan semua kepada Allah, Bismillah…, Kemudian ku
isi lembar jawaban, dan entah mengapa ku juga menyalin jawaban yang aku tulis
di selembar kertas. Mungkin suatu saat nanti akan berguna.
Satu
setengah jam kemudian ujian selesai, aku lemas dan tak berdaya. Sekitar sebulan
kemudian tiba waktunya pengumuman. Ku bawa selalu di saku celana kunci jawaban
MTK yang sewaktu UAN diisi entah untuk apa. Lalu kutunggu di luar rumah petugas
yang mengantarkan amplop kelulusan. Tetapi tak ada seorang pun yang melintas di
rumahnya. Sejuta perasaan berkecamuk antara kegagalan atau kesuksesan. Antara
rasa malu dan kebimbangan. Semua bercampur menjadi satu. Tetapi saat aku tak
sanggup menghadapi hari, akhirnya tiba juga tukang pos yang mengantar amplop
putih ke rumah. Saat ku lihat nilai yang tertera…
Subhanallah!!
Nilai
MTK 8? sedang nilai yang lain standar, gak bisa membantu kalau MTK jeblok.
Akhirnya ku sujud syukur karena hasil yang kuterima diluar perkiraan. Karena
kemungkinan besar aku bisa gak lulus tapi kenyataannya? Semenjak itu aku terus
rajin belajar mengejar ketertinggalan dan lulus SMA dengan hasil memuaskan.
Setelah
lulus sekolah ternyata kabar duka menghampiri. Ayahku kecelakaan di tempat
kerja dan dibawa ke rumah sakit. Langsung saja aku berangkat kesana dan
ternyata itu pun detik detik terakhir kebersamaanku dengan Ayah. 2 Duka dalam
rentang waktu yang berbeda.
Sebelum
meninggal Ayah sempat berwasiat agar aku terus bekerja keras karena hidup itu
keras, dan juga meminta maaf atas sifat keras yang selama ini ditunjukkannya
karena itu demiku juga. Itulah yang membuatku akhirnya sadar bahwa Ayah
mendidik dengan kedisiplinan agar aku kuat menjalani hidup. Aku melamun seorang
diri saat itu, mengingat bahwa pesan terakhir Ayah adalah ingin bertemu ibu.
“Wan,
Bapak ingin bertemu ibu kamu. Bapak sudah rindu” ujar Ayahku sambil menahan
sakit tapi akhirnya meneruskan ucapannya “maafkan Bapak ya Wan..” akhirnya
Ayahku meninggalkan dunia yang fana ini.
Aku
tak kuasa menahan air mata yang merasuk dada tapi ku kuatkan tekat agar tetap
mengingat pesan ayah agar terus kuat menjalani hidup. Aku hanya berdoa semoga
mereka berdua bertemu kembali di alam sana, karena air mata tidak mampu membawa
mereka kembali ke sini, hanya doa yang mampu aku panjatkan kehadirat Tuhan agar
kami bertiga bertemu kembali disana. Dalam satu keluarga.
Kucoba
tetap tabah sambil menata hati yang telah sebagian rusak, karena belum ada
tempat untuk menutupi pintu hati itu. Mungkin suatu saat ada seseorang yang
mampu menambal dan memperbaiki hati yang rusak ini. Kedua orang tua di makamkan
bersebelahan. Walaupun Ayah tidak menyebutkan di wasiatnya namun beberapa bulan
sebelum meninggal, Ayah agak berharap agar bisa di kubur di sebelah makam Ibu
sehingga aku berembuk dengan saudaraku yang berada di Kalimantan. Saudaraku
akhirnya datang setelah dihubungi dengan susah payah, karena ia tinggal dengan
istrinya di Kalimantan. Sedang yang lain sudah merantau ketempat yang terpencil
sehingga sulit dihubungi. Saudaraku yang di Kalimantan menawarkan pekerjaan
disana agar aku bisa sukses tapi aku menolaknya, tentunya dengan lembut.
“Maaf
bang, aku gak ingin merepotkan abang. Biarlah aku berusaha sendiri dan mencoba
mandiri.. Mungkin dengan menjual motor bisa menutupi kebutuhanku bang.”
“Gak
bisa gitu wan, kamu sudah jadi tanggungan abang. Tapi kalau kamu bersikeras
tetap pada kemauanmu abang gak bisa paksa. Tapi kamu harus janji satu hal yaitu
kamu harus terima uang dari abang. Jangan menjual motor itu, abang tau kalau
motor itu begitu berharga buat kmu !!”
Dengan
berat hati akhirnya aku terima tawaran saudaraku itu, dan dia menitipkan rumah
Bapak kepadaku.
“Kalau
kamu butuh apa-apa tolong telpon abang, abang pasti bantu. Tolong jaga rumah
peninggalan Bapak ya wan, Abang gak bisa lama-lama karena harus kembali ke
Kalimantan.”
“Insya
allah aku akan jaga dgn sebaik-baiknya rumah ini bang. Warisan satu-satunya
Ayah yang akan saya selalu jaga baik..”
Akhirnya
saudaraku itu pergi ke kalimantan, hingga tinggal aku seorang diri ditemani sepi.
Uang yang dititipkan oleh saudaraku itu aku jadikan modal untuk kebutuhan hidup
dan untuk mencari kerja. Karena aku tak ingin merepotkan ia dan keluarganya
dikalimantan, aku gak mau jadi benalu ditengah-tengah keluarga saudaraku, itu
prinsipku..
Keesokan
harinya, aku mulai mencari pekerjaan yang halal. Setumpuk kertas fotocopy
ijazah dan kelengkapan lainnya mengisi hampir sebagian tasku. Tak terasa hari
hampir siang, ku sholat dzuhur mengadu kepada Tuhan agar diberi jalan untuk
mencari pekerjaan. Doa sholat dhuha pun akhirnya kubaca agar tuhan
memperkenankan doaku ini..
Ya
Rabb, Bukakanlah pintu rizki bagi hamba. Apabila jauh dekatkanlah. Apabila ia
berada dilangit maka turunkanlah. Apabila lama maka cepatkanlah ya Allah..
Amiin
Satu
hari dua hari tiga hari hingga sebulan belum juga ada telepon yang masuk ke
rumah. Kutatap gagang telepon bagaikan menatap emas yang berkilat, tapi
hasilnya nihil. Kulihat tanggal didinding baru hari selasa, sedangkan amplop
lamaran hanya tinggal satu.
“Waduh,
lamaran tinggal satu. Sebaiknya ditaruh di perusahaan yang mana? keahlian belum
ada!! cuma modal nekat.” Tak terasa batinku meraung. Tapi kucoba tetap optimis,
ku ingat pepatah “BIARLAH WAKTU MEMBAWA TAKDIRNYA” -biarlah tuhan mengatur
segalanya-
Kutapaki
jalan ini, bermodalkan tas, satu lamaran menuju perkotaan di Kawasan elit
Jakarta. Kucoba mengitari satu gedung ke gedung yang lain tapi tak ada yang
sesuai dengan keahlianku karena mereka lebih butuh sarjana, minimal diploma.
Akhirnya ada satu kejadian yang mampu merubah segalanya, disaat aku keluar
gedung ada seorang Bapak yang berteriak kecopetan. Tentu saja Tukang copet yang
tak sengaja mendekat kearahku itu langsung aku pukul tepat ke wajahnya. Baru
kemudian satpam gedung mengeroyok dengan membabi buta. Untungnya copet itu
tidak mati, karena ada polisi yang patroli disana. Aku mengembalikan tas yang
agak berat ke arah Bapak yang kecopetan tadi
“Pak,
ini tasnya” Kataku sambil tersenyum
“Makasih
dek, oh iya ini ada sedikit uang dari bapak untuk adek. Mungkin kalau gak ada
adek semua isi tas itu raib karena ada uang yang tak terhitung banyaknya.”
“Oh,
gak usah pak terimakasih. Saya gak mau meminta imbalan atau sebagainya, tetapi
kalau bapak berkenan saya hanya meminta doa bapak agar diterima kerja pak.”
“Loh
adek belum kerja? Bagaimana kalau adek kerja di perusahaan Bapak saja,
kebetulan disana lagi butuh karyawan yang amanah..”
Aku
tak menyangka bahwa ternyata rezeki itu datang tanpa terduga, akan tetapi aku
ragu apa aku mampu memikul amanah ini?
“Tapi
pak saya belum punya pengalaman, saya baru lulus sekolah pak..”
“Gak
apa-apa dek, nanti akan ada trainer yang mengajari kamu dlm bekerja.. kamu
tenang saja. Kalau kerjamu bagus kamu akan saya angkat jadi karyawan. Tapi saya
yakin kamu layak.” Jelasnya meyakinkan
Tapi
itu cerita lalu,, tak terasa waktu terus bergulir cepat. Sudah saatnya menatap
masa depan dengan penuh keyakinan, mencari pendamping hidup untuk mengarungi
bahtera yang tak pernah tenggelam. Tugas kantor telah selesai, teh dan roti
untuk mengganjal perut sudah habis. Saatnya pulang dan menyerahkan berkas ke
pak Andi, seorang bapak baik hati yang dulu ku tolong dan telah memberiku
pekerjaan. Beliau telah kuanggap sebagai bapak sendiri karena kemurahan
hatinya.
Setiba
dirumah aku langsung tidur, walaupun besok libur. Mata tak kuat untuk terus
melihat dunia, ingin rasanya mengarungi lautan mimpi dan mencari sejuta arti
hidup ini. Tapi belum lama aku tertidur aku malah terbayang wajah sahabatku
yang bernama Nissa. Hatiku gelisah tak menentu walaupun aku tetap mencoba untuk
tidur, tetapi wajah teman SMPku itu muncul kembali. Apa maksud semua ini?
Langsung saja aku bangun dan mencoba melihat jam, ternyata sudah jam 2 malam.
aku bermunajat kepada Tuhan dgn sholat malam. Semoga diberi petunjuk maksud
dari mimpi itu. Setelah selesai bermunajat aku pun tertidur, sekarang aku malah
bermimpi tentang seseorang laki-laki dan seorang perempuan yang sedang memegang
kertas, entah kertas apa itu. mereka berada di padang rumput yang luas dan
indah. Namun mimpi itu sirna dan aku terlelap hingga hampir kehabisan subuh.
Pagi hari di minggu yang penuh awan itu aku mencoba bertanya kepada seseorang
tetangga yang kebetulan cukup mampu untuk menafsir mimpi, namanya Pak Ridwan.
Aku pun bertanya tentang seseorang yang berada di padang rumput yang luas dan
indah, lalu dijawab oleh Pak Ridwan.
“Wah,
ternyata itu jawaban untuk kamu wan. Bahwa kamu sudah saatnya untuk menikah,
makna rumput yang luas dan indah berarti jodohmu akan segera tiba” ujarnya
dengan senyum mengembang
Aku
yang mendengar hanya bisa bengong, mencoba memahami maksud dari semua ini, juga
tentang bermimpi wajah teman SMPku. Tapi aku urung bertanya kepada Pak Ridwan,
biarlah aku sendiri yang mencari artinya. Aku pun berterima kasih kepada Pak
Ridwan dan pamit untuk bertemu seorang sahabat.
“Ya
sudah selamat mencari jodoh ya wan” kata Pak Ridwan sumringah diselingi tawa.
Aku
yang mendengar hanya tersenyum masam. Dasar pak Ridwan, bisa saja membuat malu
orang. Aku pun minggat dari rumah tetanggaku itu, takut diketawai habis
habisan. Aku pergi ke rumah dulu mencari motor bututku, ada sejarah tersendiri
dengan motor itu. Aneh rasanya kalau aku membeli motor baru karena aku memang
sayang dengan motor itu, aku sakit waktu SMP juga gara-gara motor itu, karena
mengantar sahabat yang aku malah bermimpi justru wajahnya.
Dengan
terburu-buru aku pergi ke rumah Nissa, barangkali dia adalah wanita yang
ditunjuk Tuhan untuk mencarikan aku jodoh. Memang dia pernah berkata saat SMP
bahwa di Masjid Rimlah dekat rumahnya ada pengajian yang juga insya allah,
mempertemukan ikhwan akhwat untuk bertaaruf, dan langsung menikah. Kata Nissa
memang banyak anggota pengajian yang langgeng menikah, bahkan setelah punya
anak sering mendatangi masjid untuk mengaji dan membantu mendanai masjid
tersebut. Walaupun masjid itu sudah memiliki usaha dalam tanda kutip, karena
disamping masjid yaitu ada warung sembako murah yang keuntungannya buat
operasional masjid dan juga dilengkapi perpustakaan islami dan usaha lainnya,
jadi tidak harus melalui sumbangan warga untuk mendanai operasional. Tapi yang
namanya orang yang sudah cinta dengan masjid Rimlah, ada saja yang rela
menginfakkan hartanya untuk perjuangan masjid itu.
Akhirnya
saya sampai juga di tempat Nissa, ia kebetulan memang mengajar privat,
kebetulan juga SMP les ulangan soal untuk UAN sebagai suatu tambahan. Pas saya
bertamu, diatas meja ada secarik soal ulangan ujian tahun yang sama dengan
waktu saya ujian, soalnya Matematika lagi.. hmm
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikum
salam, eh Irwan silahkan masuk” katanya sambil tersenyum
“Aku mengganggu
gak Nis?” Tanyaku
“Enggak,, ini
kebetulan anak-anak sudah selesai”
baru nissa
selesai bicara, serombongan anak-anak pamitan kepada kami berdua.
“Ada apa nie Wan,
tumben kesini” kata Nissa, lagi-lagi dengan senyuman
“Aduh, gimana
ngomongnya… begini… dulu kamu kan ngomong bahwa di pengajian sini ada taaruf
juga ya?” kata saya malu-malu ( atau malu maluin ? )
“Oh.. aku
ngerti.. udah jangan diperpanjang nanti kamu malu lagi”
“Ah..kamu memang
slalu tau perasaan org Nis..” Kataku melanjutkan,
tapi
yang diajak ngobrol malah tersenyum sendirian, entah apa yang dipikirkan
sahabatku ini…
Sementara
dipikiranku yang terlintas hanya menikah, melanjutkan hidup.. meneruskan dakwah
ke anak istri.. itu niatku. Mungkin memang Tuhan menakdirkan melalui sahabatku
ini bahwa jodohku telah dekat…
“Ya udh Mas Irwan
masuk dulu, mau minum apa ?”
Glekh.. kenapa
ada embel” mas ya ?.. pikirku heran
“Oh.. gak papa
Nis, nanti ngerepotin”
“Enggak
ngerepotin koq, asal jangan minta nasi aja lagi kosong” Kata Nissa sambil
tertawa lagi” giliran pikiranku yang gak karuan…apa.. Nissa.. ??… mmh.. kenapa
pikiranku begini ya…
Akhirnya aku
membalas, “Maksudmu aku gak boleh makan gitu ? hha.. okelah klo begitu” Kataku
sambil tersenyum
“Enggak koq masih
ada lauknya klo mas ingin makan”
“Ya sudahlah, klo
tuan rumahnya memaksa”
“Bukannya tamunya
yang biasa maksa minta makan ?” ujarnya penuh tawa.
“Itu tamu yang
gak tau diri.. hhe”
Akhirnya
kami berdua pun makan, kebetulan orangtuanya tau dan kenal sama saya. Tapi
memang ayahnya sedang pergi.. Setelah Nissa menceritakan kepada saya tentang
ustadz yang menerima taaruf dan insya allah akan disampaikan kepada ustadz
segala sesuatu mengenai saya.. lalu aku pun pamit mohon diri
“Makasih ya Nis,
aku memang ingin cari jodoh yang langsung nikah. Mungkin memang di masjid itu
nanti jodohnya”
“Amiin, insya
allah dapat jodoh yang mengerti Mas Irwan dan baik pekertinya.. insya allah”
Ujarnya mantap Lagi” kata itu membuat perasaanku campur aduk…
“Ya Allah
kabulkanlah doaku dan temanku ini ya Rabb..” Kataku dlm hati
Akhirnya
aku pun pamit..
Kira-kira
seminggu kemudian ditelpon oleh Nissa
“Mas, besok
datang ke Masjid Rimlah ya, ada yang mau taaruf dengan mas, tapi mas jangan
kaget ya ?”
“Maksudnya apa
Nis, Koq pake acara kaget segala ?”
“Mhh, liat nanti
saja deh. Tapi nanti pilihan ada di tangan mas, mudah mudahan sesuai dengan
kriteria Mas...”
“Lho, koq suara
kamu seperti sedang melamun ? Kamu gak sakit kan ?”
“Ohh, gak mas aku
sehat sehat aja koq”
“Ya sudah, besok
Insya Allah saya datang”
Setelah
itu barulah telepon kututup, banyak hal yang ada dipikiranku, pertama kata
“kaget”, kedua suara Nissa kenapa melamun ?
“Arghh.. kenapa
aku jadi kepikiran, apa maksudnya ?”
Keesokan
harinya, tepat di hari H dan jam yang telah ditentukan. Irwan datang ke masjid
dan menemui ustadz Faqih
“Assalamu’alaikum
Pak Ustadz”
“Waalaikum salam,
Ohh kamu pasti Irwan kan yang yang dimaksud oleh Nissa ?” Tanya sang Ustadz
“Benar ustadz,
kedatangan saya kesini untuk taaruf”
“Hmm.. sebelum
kau kutemui dengan calon taarufmu, ada satu hal yang ingin ustadz sampaikan
mengenai calon yang akan dikenalkan sama kamu.. yaitu dia sangat mengenalmu,
walaupun hanya 3 tahun”
“Maksud ustadz,
wanita itu adalah wanita yang saya kenal ?”
“Yah, begitulah
kata calon taarufmu.., tunggu sebentar akan ustadz panggilkan”
Irwan
memejamkan mata, merenungi setiap patah kata yang terucap.. 3 tahun ? Apa Nissa
memilih teman sekolah dulu ? Sekali lagi pikiran tersebut hanya menambah
bingung dia sendiri..
Irwan
melihat ustadz pergi ke sebuah ruang masjid dan membawa seorang perempuan yang
tidak saya tahu karena ia menundukkan muka, tapi itu tak menghentikan rasa
tauku karena disebelah wanita itu ada Pak Rosyid, yang tak lain adalah Ayah
Nissa !!
“Pagi nak Irwan”
kata Pak Rosyid
“Pa… pagi Pak”
Kataku dengan terbata bata
“Nah nak Irwan,
pasti kamu bingung dengan apa yang terjadi hari ini.. sama seperti saya yang
awalnya bingung karena putriku ini nyerocos _” Ujar Pak Rosyid tapi dihentikan
oleh Nissa
“Papa !!!” Kata
Nissa dengan agak malu
“Hahahaha..
Begitulah, bagaimana nak Irwan ? Apa ada yang kamu ingin katakan ?”
“Sebenarnya
banyak sekali Pak, tapi apa saya boleh bicara sebentar dengan Nissa diluar Pak
?”
“Bagaimana Nis,
nak Irwan ingin berbicara sesuatu padamu” Kata Pak Rosyid kepada Nissa, Nissa
hanya mengangguk setelah diizinkan oleh Ayahnya.
Kami
pun berjalan keluar masjid sambil diam seribu bahasa lalu berhenti di bangku
taman yang diteduhi mawar kuning..
“Apa kamu
melakukan semua ini karena terpaksa ?” Kataku lembut
“Maksud Mas Irwan
?”
“Hufft.. maksudku
apa memang karena tidak ada calon taaruf yang ada jadi kamu yang berkorban ??
Nis, aku lebih baik tidak menikah daripada melihat kamu menderita demi memenuhi
janji….”
“Mas, aku gak
merasa seperti itu. Aku juga melakukan ini bukan karena terpaksa_”
“Tapi aku
mendengar kamu berbicara dengan melamun!! apa itu tidak menjadi bukti kalau
kamu terpaksa melakukannya ?”
“Pasti saat
ditelpon kan ? Mas.. aku melamun saat itu karena aku takut ditolak, aku takut
kamu gak suka sama aku” Ujar Nissa terbata bata sambil menunduk dan menangis.
Setelah mendengar hal tersebut, akhirnya Irwan memegang dagu Nissa dengan
lembut dan mengangkatnya agar dpt melihat wajah Nissa, tapi yang didapat hanya
tetesan airmata sehingga hatinya mencelos, diusapnya airmata itu dengan kasih
sayang karena dia tau dia telah jatuh cinta.. jatuh cinta yang teramat dalam,
semua itu tergambar jelas dimatanya dan dimata calon istrinya…
“Nis, maafkan Mas
ya ?, Mas Irwan tidak bermaksud membuatmu sedih.. Tetapi Mas tidak ingin suatu
saat nanti ada seseorang yang kecewa kalau memulai segalanya dari kebohongan”
“Tapi_” Nissa
ingin membantah namun dihentikan oleh Irwan
“Ya, Mas Irwan
tau kalau semua yang kamu katakan adalah suatu kejujuran. Semua itu tergambar
jelas dimatamu Nis… Mata yang menyiratkan kasih sayang dan rasa cinta. Mungkin
baru kali ini aku merasakan indahnya dicintai, sebagaimana kau tau bahwa ibuku
meninggal waktuku masih kecil. Sehingga aku tidak memahami apapun tentang
indahnya kasih sayang…” Ujarnya sambil menerawang jauh ke lubuk hatinya
“Mas, mungkin
cintaku tak sebesar kasih sayang ibumu, tapi aku berjanji akan memberikan sisa
hidupku agar Mas bisa bahagia” Ujar Nissa dengan tekad bulat.
“Aku takut kalau
janji akan jadi beban buat kamu.. Biarlah waktu membawa takdirnya” Ujarku
sambil tersenyum
“Kata katamu
benar Mas, mungkin kita bisa berusaha namun Tuhanlah penentu segalanya” Sahut
Nissa
“Oh iya Nis
sebelum kita ke dalam bertemu Ayah kamu dan Ustadz Faqih, ada satu hal yang
ingin aku tanyakan sama kamu…. Sebenarnya sejak kapan kamu merasakannya ?”
“Merasakan apa Mas
?”
“Perasaan yang
aku rasakan…”
“Ohh,, kalau itu
sejak kita sekolah dulu, saat Mas mengantarku pulang dengan motor itu” Kata
Nissa sambil menunjuk motor yang diparkir di teras Masjid..”
“Aku masih tidak
mengerti kenapa hanya karena aku mengantar kamu pulang lalu kamu cinta padaku…”
Kataku heran tapi akhirnya menambahkan
“Aku masih
penasaran dengan cerita kamu, lebih baik kita kedalam yuk, yang lain sudah
menunggu. Masalah tentang motor kita pending saja setelah menikah, aku masih
penasaran Nis”
“Nanti kamu juga
akan tau” Sahut Nissa sambil tertawa riang
Mereka
berdua akhirnya berjalan dengan malu malu, tidak seperti beberapa menit yang
lalu dalam suasana tegang. Bahkan saat dirasa berbicara itu penting daripada
menunggu gunung meletus, mungkin itulah indahnya cinta.. MALU ADALAH SELIMUT
CINTA, CEMBURU ADALAH PERHIASANNYA, asal tidak cemburu buta dan malu maluin.
Sementara
itu didalam masjid Pak Rosyid mengobrol dengan ustadz Faqih,
“Kenapa mereka
lama sekali ustadz ? Apa ada masalah dengan mereka berdua ?”
“Wallahu a’lam,
kalau mereka memang sudah jodoh pasti akan bersatu Pak Rosyid.. Doakan saja”
ujar Sang Ustadz bijaksana.
“Amiin..”
Akhirnya
Irwan dan Nissa tiba di ruangan masjid menemui ustadz dan Pak Rosyid. Irwan
baru ingin berkata sesuatu tapi sudah ditanya Pak Rosyid.
“Bagaimana Nak
Irwan ? tadi Bapak lihat kamu lama sekali diluar.. apa ada masalah ?”
“Tidak ada Pak,
Alhamdulillah semua baik baik saja, hanya ada beberapa hal yang saya bicarakan
dengan Nissa Pak.”
“Baiklah kalau
begitu, Bapak merestui kalian berdua untuk menikah. Namun sebelum itu ada
baiknya kalian mengenal terlebih dahulu kekurangan dan kelebihan masing-masing
agar tidak ada rasa kecewa nantinya. Betulkan Ustadz?” Ujar Pak Rosyid diiyakan
sang Ustadz
“Betul sekali
Pak, memang itu yang seharusnya dilakukan kalian berdua agar dalam mengarungi
rumah tangga tidak ada prahara yang menerpa.. kekurangan kalian ibarat Bahtera
yang rusak, dan kelebihan kalian adalah penambalnya. Kekuranganmu Irwan bisa
ditutupi oleh kelebihan Nissa. Sedangkan kekurangan Nissa bisa ditutupi oleh
kelebihanmu. Arungilah bahtera rumah tangga dengan menambal bagian yang rusak
tentunya dengan kelebihan masing masing, agar Bahtera itu selamat sampai
tujuan. Kalian berdua tau kan tujuan akhir bahtera itu”
“Surga ustadz”
Kami berdua bicara serempak
“Ya, kalian
benar. Semoga dlm pertemuan kalian ini diberkahi oleh Allah.. Dalam acara
taaruf kali ini memang seharusnya kalian saling mengenal pribadi masing-masing,
inilah yang membedakan dengan pacaran, Ta’aruf ibarat sampul pengikat 2 tali
yang putus. Tali yang pertama adalah kesendirian, sedangkan yang kedua adalah
pernikahan.. Kunci pengikat sampul itu adalah kejujuran, kepercayaan dan
keikhlasan kalian dalam menjalani kehidupan. Sedangkan pacaran ibarat sampul
pengikat maupun pemutus 1 tali tersambung, apabila kekurangan pasangan terbuka
selama pacaran maka dia menjadi pemutus kepada tali pernikahan, sedangkan dia
juga bisa jadi pengikat apabila dilandasi kepercayaan dan kejujuran.. Itulah
yang membedakan antara keduanya. Seiring waktu, pacaran akan membongkar
kekurangan masing-masing. Sedangkan ta’aruf adalah mengenal kekurangan
masing-masing dan mencoba mencari jalan keluar dari kekurangan itu. Tanyalah
pada keluarga, sahabat dan tetangga tentang pribadi kalian masing-masing. Ini
bukan aib yang akan mencelakakan kalian, karena kalian telah memulai semua ini
dengan kejujuran dan keikhlasan. Keluarga, sahabat dan tetangga adalah cerminan
diri kalian, apa yang dilihat di cermin adalah sama dengan pribadi kita. Semoga
dengan penjelasan ustadz kalian bisa menjalani semua ini dengan niat yang
ikhlas. Semoga dlm pertemuan ini dan saat kalian menuju ke pintu pernikahan
akan tercipta sakinah mawaddah dan warahmah dariNya. Sakinah merupakan pondasi
dari bangunan rumah tangga yang sangat penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan
warahmah. Kalaupun ada, tidak akan bertahan lama. Sakinah itu meliputi
kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT. Mengapa sakinah begitu
penting dalam pernikahan? Seperti kalian tahu bahwa pernikahan itu tidak hanya
ikatan suci di dunia, melainkan ikatan tersebut akan dipertanggungjawabkan juga
di akhirat. Yang kedua adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang.
Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai
manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu berupa “kejutan” suami
untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami bangun
pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan
ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa, ada
tips untuk kalian.. buatlah jadwal kejutan sehingga rumah tangga akan semakin
manis, semakin indah, meskipun ditengah krisis ekonomi. Nah, kata terakhir
adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban seorang
suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang
baik. Kewajiban seorang istri untuk mena’ati suaminya. Intinya warahmah ini
kaitannya dengan segala kewajiban dan kalian akan dicurahkan rahmat ( Arrahman
Arrahim ) oleh Allah dlm berumah tangga nantinya dan ingatlah selalu Guide book
kalian yaitu AlQuran.. Ibarat motor yang juga butuh guide book ( buku manual
penggunaan ). Kalian juga butuh AlQuran untuk men-service jiwa kalian agar
tetap tenang dan tabah dlm menjalani kehidupan.” Ujar Ustadz Faqih menutup
pembicaraan
Kami
berdua dan juga Pak Rosyid terenyuh dengan kata-kata Ustadz. Ingin rasanya hati
menangis, semoga Allah merahmati beliau dengan Arrahman dan ArrahimNya, semoga
pertemuan kami semua diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Amiin…
*******
Setelah
Ustadz Faqih memberikan wejangan bagi kami, barulah memulai ke inti dari
ta’aruf ini. Ustadz Faqih pun berkata kepada kami.
“Nah,
sekarang hanya tinggal bertanya kepada sahabat terdekat tentang pribadi kalian
masing”. Apa kalian sudah membuat daftar nama yang akan kalian tukar satu sama
lain ?” Tanya sang Ustadz
“Sudah
Ustadz” Kata kami berdua sambil mengeluarkan selembar kertas berisi daftar nama
sahabat.
Kami
pun saling menukar kertas itu, tapi setelah saya melihat daftar nama yang
diberikan oleh Nissa, saya berkata kepada Nissa..
“Ini
benar daftar sahabatmu Nis ? Kalau begini aku bisa disangka tukang sensus
penduduk..” Kataku sambil melotot melihat daftar nama yang mirip struk
belanjaan karena banyaknya sahabat yang tercantum disana, yang ditanya malah
tertawa.
“Xixixi,,
kan kamu pernah bilang Mas kalau berbuat sesuatu jangan setengah-setengah nanti
hasilnya akan setengah-setengah makanya aku buat daftar sebanyak itu.”
Aku
yang mendengar hanya tersenyum, memang benar apa yang dilakukan Nissa.. CINTA
ADALAH PENGORBANAN, TAK ADA CINTA TANPA SATU PUN PENGORBANAN.. – berkorban
waktu dan tenaga untuk sesuatu yang akan kita petik hasilnya -.
“Kau
benar Nis, lagipula ini juga bentuk pengorbanan kita untuk merajut tali nan
kekal abadi”
Saya
pun bertanya kepada Ustadz Fadih tentang waktu yang dibutuhkan untuk meninjau
pendapat sahabat.
“Kalau
kalian bisa mungkin sebaiknya satu minggu dari sekarang.” Pinta Ustadz
“Insya
Allah, kami bisa Ustadz.” kata kami berdua serempak
“Baiklah
kalau begitu, seminggu lagi kita akan membicarakan tentang hasil ta’aruf kalian
dan jalan keluarnya apabila ada masalah.. Baru kemudian berdiskusi tentang pernikahan.
Mhhh..sebelum menutup ta’aruf ini, mari kita berdoa semoga apa yang kita
lakukan hari ini diridhoi oleh Allah. Ya Allah engkau mengetahui bahwa
hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu, telah berjumpa dalam taat
padaMu, telah bersatu dalam dakwah padaMu, telah terpadu dalam membela
syariatMu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah
jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan Nur CahayaMu yang tiada pernah
pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan padaMu. Nyalakanlah
hati kami dengan ma’rifat padaMu. Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu.
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penolong ya Allah. Sampaikanlah
kesejahteraan, ya Allah pada junjungan kami, Muhammad, keluarga dan sahabatnya
dan limpahkanlah kepada mereka keselamatan.”
“Amiiin”
Akhirnya
saya pamit kepada Ustadz, Nissa dan Pak Rosyid, tapi baru saya mau melangkah
ternyata Suara Adzan berkumandang, suara panggilan Tuhan. Maka kami pun sholat
berjamaah bersama penduduk setempat dengan diimami oleh Ustadz Faqih, baru
setelah itu aku pamit pergi akan tetapi kaki ini urung melangkah, seperti ada
sesuatu yang kurang. Ternyata benar, aku lupa meminta nomor Hp Nissa, karena
aku biasanya menelpon langsung kerumah kalau ada apa apa..
“Oh
iya Nis, tolong kirim no hp kamu ya.. supaya nanti kita bisa membahas tentang
mahar dan sebagainya”
“Oh
iya Mas, aq misscall ya..” kata Nissa
“Beres,,
baiklah aku pamit dulu Nis. Mudah-mudahan daftar nama yang kamu berikan bisa
aku cari alamatnya, aku gak mau jadi ayu ting ting yang susah cari alamat..
hhe”
“xixixi,,
itu alamatnya benar loh. kalau gak benar coba aja Mas tanya tukang ojek”
“hha,
bisa aja kamu Nis bercandanya. Ya sudahlah nanti target seminggu gak tercapai
lagi kalau ngobrol terus, aku pamit ya Nis.. Assalamu’alaikum”
“Waalaikum
salam”
Sehari
dua hari hingga akhirnya seminggu kemudian selesai juga misiku mendata org,
maksudku menanyakan sifat luar dalam tentang Nissa. Ternyata memang sifatnya
baik, hampir mendekati sempurna ( bukannya sempurna, karena kesempurnaan hanya
milik ALLAH ) menurut penilaianku.
Ya
rabb, terimakasih engkau telah menjodohkanku dengannya, Hambamu ini akan sekuat
tenaga menjaga calon bidadari yang engkau turunkan ya Rabb. Jadikanlah ia
bidadari hamba di dunia dan akhirat dan persatukanlah kami di Surgamu kelak
bersama keluarga hamba ya Allah..
Amiin
Aku
mencoba untuk mengirim pesan ke Nissa apakah dia telah selesai.
Lalu
jawabnya :
Alhamdulillah
semua lancar, kamu juga kan Mas?
lalu
kubalas :
Alhamdulillah,
oh iya saudaraku telah datang dari dari Kalimantan, dia yang akan jadi saksi
untuk pernikahan kita. Mhhh.. Nis nanti setelah kta selesai bertemu di masjid
untuk berbicara tentang ta’aruf kita ke makam bapak ibuku ya?, untuk meminta
restu dari orangtuaku. Kalau ibuku masih hidup, pasti beliau senang bertemu
denganmu Nis.
Ya
mas, aku jg ingin bicara hal itu. Memang ridho orang tua adalah ridho Tuhan mas
Akhirnya
aku menutup pesan, dengan untaian kata” untuk Nissa :
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)