Setelah
dokter mengatakan kondisiku sudah cukup pulih, akhirnya dia mengizinkanku untuk
segera pulang. Begitu juga Mas Yusuf. Beberapa luka di bagian kepala dan
lengannya juga sudah mulai mengering.
Kami
melewati hari-hari baru kami sebagai suami istri. Lebih tepatnya lagi suami
istri yang baru menemukan mahligai cintanya. Aku sangat bersyukur sekali karena
kesabaranku dalam mencintai Mas Yusuf akhirnya menemukan buahnya. Kini aku
sudah memetik buah itu. Cinta itu, kini sudah menemukan peraduannya. Tak
henti-hentinya aku berucap syukur pada Sang Maha Pencipta.
Kini,
tak ada lagi sorot kebencian pada mata Mas Yusuf. Kini tak ada lagi sosok
seorang suami pengecut dalam kehidupanku. Yang ada hanyalah seorang pahlawan
sejati yang siap menemaniku kemanapun kakiku melangkah. Terima kasih, Ya Allah.
Malam
ini, aku dan Mas Yusuf sudah berada di sebuah beranda di salah satu kamar hotel
yang dulu pernah kami jadikan sebagai tempat malam pertama kami satu tahun yang
lalu. Dengan ditemani sinaran bintang-bintang, kami memulai kembali kisah cinta
kami yang sempat tertunda karena sebuah keegoisan.
Malam
ini, kami serasa seperti kembali menjadi sepasang pengantin baru. Saat Mas
Yusuf menatapku penuh mesra, rasa berdebar-debar itu tiba-tiba muncul dalam
diriku. Tapi inilah cinta. Aku sangat menikmati debar-debar itu. Tatapannya,
belaiannya, dan kecupannya, ini adalah untuk yang pertama kalinya dia
melakukannya dengan penuh keikhlasan hati dan kerelaan jiwa.
Malam
semakin larut dan dia mulai mengajakku kembali ke kamar. Entah mengapa,
keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Aku ikuti langkahnya. Kini, dia
menuntunku untuk sampai di tempat tidur. Aku tersenyum padanya.
Dengan
ditemani temaram lampu kamar dan indahnya sinaran bulan sabit di langit luar
sana, Mas Yusuf kembali membuktikan bahwa dia bukan laki-laki pengecut. Dia
bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang suami. Dan itu ia lakukan tanpa
menunggu subuh datang terlebih dahulu. Aku merasakan menjadi makhluk Tuhan yang
paling dikasihi.
Ditengah
ibadah berdua kami, tiba-tiba dering hand phone ku berbunyi. Sambil terus
melakukan ibadah itu, kuraih hand phone ku dan kulihat sekilas. Dari pihak
penerbit. Aku tak berniat mengangkatnya dan segera ku matikan dengan me-non
aktifkan-nya.
Peluh
kami kembali bersatu lagi. Merembas ke dalam seprei biru yang kini menutupi
tempat tidur kami. Inilah kesucian cinta yang telah tertanam sejak lama yang
kurawat dengan air kesabaran. Inilah buah yang kupetik hasilnya ketika cintaku
pada Mas Yusuf harus bersabar.
Kini, lagi-lagi
aku harus bersabar untuk menanti datangnya bidadari kecil yang beberapa bulan
lagi akan hadir ke dunia ini untuk menemani kehidupan kami sebagai Abi dan
Bunda.
Bulan
dan bintang memantulkan sinar gemerlapnya pada diri dua insan yang tengah
dimabuk cinta. Semoga ibadah ini bisa memberikan keberkahan pada kehidupan
rumah tanggaku dengan Mas Yusuf nantinya.
Rabb, Terima
kasih.
* * *
Untuk
mereka yang menganggap bahwa kecantikan adalah segalanya. Ingat, wanita yang
beriman itu lebih baik, dari wanita yang cantik, namun tak beriman.
S E L E S A
I
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)