I.
PENDAHULUAN
Bila kita mengamati orang-orang di masyarakat
dengan cermat, sering kali kita melihat bahwa orang-orang tersebut saling
berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain, di dalam berbagai hal
perbedaan ini berupa perbedaan fisik, perilaku, gaya hidup, cara berpakaian dan
sebagainya. Perbedaan atau persamaan
yang kita amati tersebut pada umumnya berhubungan erat dengan perbedaan latar
belakang sosial, budaya dan lingkungan alamiah tempat mereka hidup muncul pula berbagai
gejala lapisan masyarakat ataupun dengan istilah kelas sosial.
II.
PEMBAHASAN
- Pengertian Kelas Sosial
Para sosiolog umumnya juga menggunakan kelas
sosial dengan arti yang sama dengan status ekonomi sosial. Keduanya saling
dipertukarkan atau dipakai sekaligus bersama-sama. Pada prinsipnya kelas (social
class) adalah penggolongan manusia yang tidak terang batas-batasnya dan
hanya memperlihatkan keadaan-keadaan milik atau penghasilan daripada
persekutuan / tindakan bersama.[1]
Sering juga kita mengklasifikasikan orang-orang
ke dalam beberapa kategori yang lebih bebas misalnya golongan atas, golongan
menengah dan golongan rendah. Dan
menurut filosof Aristoteles mengatakan di dalam suatu masyarakat terdiri atas
tiga golongan, kelas kaya, kelas menengah, kelas miskin.[2]
Pitirim seorang sosiologi berpendapat sistem
lapisan mereka ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang
sangat banyak dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atasan. Mereka
yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam
pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.[3]
- Aspek-aspek Kelas
Pelapisan sosial yang merujuk pada suatu
hierarki yang berlapis atau berstrata dari suatu masyarakat. Lapisan atau
hierarki yang dimaksud juga merujuk pada hal-hal atau keadaan yang
berbeda-beda, dan perbuatan tersebut pada dasarnya bersumber pada pembagian
yang tidak merata atau timpang atas daya atau sumber-sumber kekayaan, kekuasaan,
hak dan prestise di kalangan anggota suatu masyarakat, terlepas dari pengertian
merata yang kita sepakati. Max Weber melihat bahwa kekayaan, kekuasaan,
prestise merupakan 3 faktor yang terpisah-pisah, namun saling berkaitan erat.
a.
Kekayaan
Dapat diberi definisi yang beraneka ragam
sesuai dengan realitas sosial masing-masing kebutuhan. Dalam hubungannya
pelapisan sosial, kekayaan dipahami para sosiolog sebagai suatu hak atau
pemilikan orang lain atau yang dimiliki orang lain. Kekayaan juga dapat
diterjemahkan misal, dengan uang seseorang dapat secara berarti meningkatkan
atau memperbaiki statusnya.
b.
Kekuasaan
Merupakan kekuatan atau kemampuan seseorang
untuk membuat orang lain atau sekelompok orang tunduk padanya.
c.
Prestise
Adalah suatu kehormatan yang diperoleh
seseorang atau sekelompok orang yang biasanya dihubungkan dengan suatu peran
tertentu atau jabatan tertentu.[4]
- Peran Dakwah dalam Kelas Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali
seseorang itu, berdasarkan ukuran tertentu dianggap berkedudukan lebih rendah
atau lebih tinggi dari semestinya. Dan keadaan demikian mengakibatkan
ketimpangan atau kesenjangan sosial maupun kesenjangan status.
Misal saja seorang yang berpendidikan tinggi
(sarjana) yang hanya bisa menemukan pekerjaannya sebagai supir taksi atau supir
oplet, dan tanpa memberinya prestise yang terhormat, sebaliknya orang yang
tidak mempunyai pendidikan formal yang tinggi, namun dapat mempunyai pengaruh
besar dalam masyarakat seperti halnya konglomerat kaya raya tidak berpendidikan
mendapat prestise yang luar biasa dari masyarakat.
Peran dakwah di sini bukan hanya terletak pada
usaha mengajar kepada keimanan dan ibadah saja, lebih dari itu dakwah adalah
penyadaran manusia atas keberadaan dan keadaan hidup mereka.[5]
Dalam surat Al Hujurat ayat 13 dengan jelas
mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya saling mengenal satu sama lain. Dan sesungguhnya orang yang paling mulia
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Walaupun keadaan kita berbangsa-bangsa,
bersuku-suku dengan begitu banyak perbedaan tetapi Allah memerintahkan untuk
saling berinteraksi agar saling mengenal, dan yang namanya perbedaan dalam
kelas sosial ataupun status sosial seseorang tidak begitu berarti di mata
Allah, hanya takwanyalah yang membedakannya.
III.
KESIMPULAN
Di sini peran dakwah sebagai sarana untuk
penyampaian pesan yang membawa perubahan pada diri individu maupun kelompok
dalam menyikapi suatu keadaan. Dakwah seharusnya bisa meminimalisir keadaan
pada diri seorang yang pada konteks
kelas sosial dan status sosial mengalami gejala kesenjangan sosial ataupun
kesenjangan status yang mungkin membawa tekanan batin atau mental (mental
stress) yang dapat melahirkan perilaku yang menyimpang bagi orang-orang
yang mengalaminya.
IV.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat, kami menyadari
dalam makalah kami begitu banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun kami harapkan. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Pengantar Sosiologi, Semarang,
Ramadhani, 1974.
Soerjarno, Soekarno, Sosiologi Suatu
Pengantar, Jakarta, PT Raja Grafindo, 1990.
Bahrein T, Sugitten, Sosiologi Pedesaan,
Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994.
Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah,
Semarang, Rasai, 2006.
[1] Abu Ahmadi, Pengantar Sosiologi, Semarang, Ramadhani, 1974,
hlm. 82.
[2] Soerjarno, Soekarno, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT
Raja Grafindo, 1990, hlm. 251.
[3] Ibid, hlm. 84
[4] Bahrein T, Sugitten, Sosiologi Pedesaan, Jakarta: PT Raja
Grafindo, 1994, hlm. 143-145
[5] Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah, Semarang, Rasai, 2006, hlm.
5
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)