I.
PENDAHULUAN
Semua
orang pasti menginginkan untuk dapat memperoleh status dan penghasilan yang
lebih tinggi dari pada apa yang pernah dicapai oleh orang tuanya. Semua orang
pasti menginginkan suatu kehidupan yang serba berkecukupan, bahkan kalau
mungkin berlebihan. Keinginan-keinginan itu adalah normal, karena pada
dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas. Seperti halnya kalau
kita menanyakan tentang cita-cita dari seorang anak, maka ia akan menjawab pada
suatu status yang kebanyakan mempunyai konotasi pada penghidupan yang baik.
Hanya saja apakah keinginan-keinginan, impian-impian dan cita-cita itu berhasil
atau sama sekali gagal dalam proses perjalanan seseorang itulah yang kita sebut
“Mobilitas Sosial”.
Mobilitas ini terus
berlangsung di semua negara khususnya dalam masyarakat industri, karena
dibutuhkannya sejumlah besar tenaga teknis dan profesional. [2]Istilah dasar mobilitas sosial biasanya diartikan gerak individu atau kelompok dari suatu
tangga masyarakat ke tangga yang lain atau disebut juga mobilitas vertikal.
Tetapi 3 tipe mobilitas sosial tlah dapat dipastikan berkisar sekitar mobilitas
vertikal, mobilitas horizontal
dan mobilitas geogafis.
[3]
II.
PERMASALAHAN
A.
Bagaimanakah konsep dasar mobilitas sosial itu?
B.
Bagaimanakh sifat dasar mobilitas sosial?
C.
Apasajakah manfaat dan kerugian mobilitas sosial?
D.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Mobilitas sosial?
E.
Apa saja dampak yang terjadi pada mobilitas sosial?
III.
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Mobilitasi
Sosial
Kata mobilitas berasal dari bahasa latin, mobilis
yang artinya mudah bergerak atau mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lain. Kata dalam Bahasa indonesia yang tepat dalam pembahasan ini mobiltas adalah
perpindahan atau gerak. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang
atau kelompok dari strata sosial yang satu ke strata sosial yang lain. [4]
Sedangkan menurut Paul B. Horton,
mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari
strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara Kimball Young dan Raymond W. Mack menambahkan mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan
antara individu dalam
kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Mobilitas sosial sebenarnya dapat berlangsung dalam dua
arah, sekalipun umumnya perpindahan itu dari suatu tingkat yang rendah ke suatu
tingkat yang lebih tinggi. Dalam proses itu sebagian orang memang dapat
berhasil mencapai status yang tinggi, namun beberapa orang juga mengalami
kegagalan dan selebihnya tetap tinggal pada tingkat status yang dimiliki oleh
orang tua mereka, bahkan turun lebih rendah dari itu.[5]
Dalam
dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin
bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan
mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar
belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama
dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas
sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek
moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.[6]
Mobilitas
mempunyai arti yang bermacam-macam, pertama, mobilitas fisik (mobilitas geografis) yaitu
perpindahan tempat tinggal (menetap/sementara) dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Kedua, mobilitas sosial yaitu suatu gerak
perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial
ini terdiri dari dua tipe, yaitu mobilitas sosial horisontal dan vertikal.
Mobilitas sosial horisontal diartikan sebagai gerak perpindahan dari suatu
status lain tanpa perubahan kedudukan. Jadi dalam mobilitas sosial horisontal
ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang. Sedangkan
mobilitas sosial vertikat yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu status
sosial ke status sosial lainnya, yang tidak sederajat. Mobilitas sosial
vertikai ini jika dilihat dari arahnya, maka dapat dirinci atas dua jenis,
yaitu gerak perpindahan status sosial yang naik (social dimbing) dan gerak
perpindahan status yang menurun (social sinking).[7]
Sebagai contoh seorang guru SMP di pindahkan menjadi guru
SMA mengalami mobilitas sosial, apalagi perpindahan itu diiringi dengan
kenaikan pangkat atau golongan kepegawaian. Secara administratif status mereka
berubah ke hierarki yang lebih tinggi. [8]
B.
Sifat Dasar mobilitas Sosial
Dalam
dunia modern, banyak negara berupaya untuk meningkatkan mobilitas sosial,
dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat mobilitas sosial akan menjadikan
setiap individu dalam masyarakat semakin bahagia dan bergairah. Tentunya asumsi
ini didasarkan atas adanya kebebasan yang ada pada setiap individu dari latar
belakang sosial manapun dalam menentukan kehidupannya. Tidak adanya
diskriminasi pekerjaan baik atas dasar sex, ras, etnis dan jabatan, akan
mendorong setiap individu memilih pekerjaan yang paling sesuai bagi sendirinya.
Bila
tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial setiap individu
berbeda, dan tidak ada diskriminasi pekerjaan, maka mereka akan tetap merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Apabila tingkat mobilitas sosial rendah, maka hal ini akan menyebabkan banyak
orang terkungkung dalam status sosial para nenek moyang mereka.
Tinggi
rendahnya mobilitas sosial individu dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh
terbuka tidaknya kelas sosial yang ada pada masyarakat. Pada masyarakat yang
berkelas sosial terbuka maka masyarakatnya memiliki tingkat mobilitas tinggi,
sedang pada masyarakat dengan kelas sosial tertutup, maka masyarakat tersebut
memiliki tingkat mobilitas sosial yang rendah.
C.
Manfaat dan Kerugian Mobilitas Sosial
Mobilitas
sosial merupakan suatu fenomenal proses sosial yang wajar dalam masyarakat yang
menjunjung demokrasi. Pada masyarakat ini mobilitas merupakan suatu hal yang
baik, di mana pengakuan terhadap individu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang dimiliki sangat terbuka lebar, sehingga tidak ada lagi suatu jerat
yang membatasi seseorang untuk menduduki status yang berbeda dengan generasi
sebelumnya. Pada masyarakat yang mobil, disamping bersifat menguntungkan karena
manfaat yang diperoleh dari mobilitas tersebut, namun demikian juga tetap
memiliki konsekuensi negatif (kerugian), yaitu
Manfaat
|
Kerugian
|
·
Terbukanya kesempatan bagi individu/
masyarakat untuk mengembangkan kepribadiaanya
·
Status seseorang tidak ditentukan oleh
diri sendiri yang didasarkan atas pres tasi, kemampuan dan keuletan
·
Terbukanya kesempatan untuk meraih
kehidupan yang lebih baik
|
·
Menimbulkan kecemasan dan ketegangan yang
disebabkan karena mobilitas menurun
·
Munculnya kecemasan dan ketegangan
sebagai akibat peran baru dari status jabatan yang ditingkatkan
·
Terjadinya keretakan hubungan antar
anggota primer, yang disebabkan karena perpindahan status yang lebih tinggi
atau status yang lebih rendah
·
Munculnya konflik status dan peran,
konftik antar kelas sosial, antar kelompok sosial dan antar generasi
|
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
Dalam makalah ini faktor penentu mobilitas sosial
dibedakan dalam dua hal ;
1.
Faktor Struktur
- Struktur
Pekerjaan
Secara kasar aktivitas
ekonomi dibedakan dalam dua sektor, yaitu sektor formal dan sektor informal.
Kedua sektor tersebut tentunya memiliki karekteristik yang berbeda, dimana
sektor formal memiliki sejumlah kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan
yang tinggi; sedang sektor informal lebih banyak memiliki kedudukkan yang
rendah dan sedikit berstatus tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan
mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat yang terlibat di dalamnya. Demikian
halnya pada masyarakat yang aktivitas ekonominya didominasi oleh sektor
pertanian dan penghasilan bahanbahan baku (pertambangan, kehutanan) lebih
banyak memiliki status kedudukan rendah, dan sedikit kedudukan yang berstatus
tinggi, sehingga tingkat mobilitasnya rendah. Tingkat mobilitas pada negara-negara
maju, mengalami peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya
industrialisasi.
- Ekonomi
Ganda
Dilihat dari
sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial (social
spirit), bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga
unsur itu saling berkaitan dan menentukan ciri khas dari masyarakat yang
bersangkutan, maksudnya adalah bahwa jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik
yang unggul akan menentukan gaya dan wajah masyarakat bersangkutan. Oleh karena
itu ketiga unsur ini, dalam kaitan suatu dengan yang lainya dapat disebut
sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat yang
bersangkutan. Di negara-negara berkembang ternyata perkembangan ekonomi
menimbulkan beberapa jenis dualisme, yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi dari
keadaan-keadaan ekonomi serta keadaan lainnya daiam suatu sektor tidak
mempunyai sifat-sifat seragam, dan sebaliknya dapat dengan tegas dibedakan
dalam dua golongan. Pertama adalah kegiatan-kegiatan
atau keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat
tradisional, dan yang kedua adalah berbagai
kegiatan-kegiatan atau keadaan-keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh
unsur-unsur modern. Dualisme ekonomi itu dapat kita lihat antara sektor
pertanian tradisional, yang dicirikan oleh tingkat produktifitas yang rendah
dan menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat berada pada tingkat yang lazim
disebut dengan istilah tingkat pendapatan subsiten. Sedangkan pada sektor
ekonomi modern, dicirikan dengan tipe ekonomi pasar, dimana kegiatan masyarakat
dalam meproduksi sebagian besar ditujukan untuk pasar. Adanya dualisme ekonomi
ini, tentunya akan mempengaruhi terhadap cepat tidaknya mobilitas itu
berlangsung dan besar-kecilnya kesempatan untuk melakukan mobilitas.
- Penunjang
dan Penghambat Mobilitas
Anak-anak yang
berasal dan kelas sosial menengah pada umumnya memiliki pengalaman belajar yang
lebih menunjang mobilitas naik daripada pengalaman anak-anak kelas sosial
rendah. Para sarjana teori konflik berpandangan bahwa ijazah, tes, rekomendasi,
“jaringan hubungan antar teman (merupakan jaringan hubungan antara
teman-teman dekat dalam suatu jenis profesi atau
dunia
usaha. Mereka saling tukar-menukar informasi dan
rekomendasi menyangkut kesempatan kerja, sehingga menyulitkan bagi orangorang
luar” untuk dapat menerobosnya), dan diskriminasi
terang-terangan terhadap kelompok ras maupun kelompok etnik minoritas, serta
orang-orang dari kelas sosial rendah. untuk melakukan mobilitas-naik; di lain
pihak, faktor penghambat tersebut juga menutup kemungkinan terjadinya
mobilitas-menurun bagi kelompok orang dari kelas sosial atas. Di samping faktor
penghambat, terdapat pula faktor penunjang mobilitas yang bersifat struktural,
sebagai misal adalah adanya undang-undang anti diskrimiasi, munculnya lembaga-lembaga
latihan kerja baik yang dibiayai oleh pemerintah atau LSM-LSM, merupakan faktor
penunjang penting untuk terjadinya mobilitas-naik bagi banyak orang dari status
sosial rendah.
2.
Faktor Individu
- Perbedaan
Kemamuan
Apakah
kemampuan itu? Bagaimana cara mengukurnya? dan Bagaimana kemampuan mendukung
terhadap keberhasilan hidup dan mobilitas? Adalah merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan semua
pihak. Namun demikan, perbedaan kemampuan yang ada pada masing-masing individu
merupakan salah satu indikator penting yang menentukan keberhasilan hidup dan
tingkat mobilitas.
- Perbedaan
Perilaku yang Menunjang Mobilitas
Yang
dimaksudkan dengan perilaku penunjang mobilitas adalah suatu pandangan atau
orientasi sikap individu terhadap mobilitas. Perbedaan orientasi sikap individu
terhadap mobilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan,
kesenjangan nilai, kebiasaan kerja,
pola penundaan kesenangan, kemampuan “cara bermain”; dan
pola
kesenjangan nilai.
- Faktor
Keberuntungan/ Kemujuran
Banyak orang
yang benar-benar bekerja keras dan memenuhi semua persyaratan untuk menjadi
orang yang berhasil, namun tetap mengalami kegagalan; sebaliknya, keberhasilan
kadangkala justru “jatuh” pada orang lain yang jauh persyaratan. Faktor
kemujuran/keberuntungan ini jelas tidak mungkin dapat diukur dan merupakan
alasan umum bagi suatu kegagalan, namun faktor ini tetap tidak dapat dipungkiri
sebagai salah satu faktor dalam mobilitas.[9]
E.
Dampak Mobilitas Terhadap Komposisi Penduduk
Gejala
naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu
terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian
mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada
berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat
terjadinya mobilitas.
Ø Dampak negatif
·
Konflik antarkelas
Dalam masyarakat,
terdapat lapisan-lapisan sosial karena
ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam
lapisan-lapisan tadi disebut kelas
sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara
kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan
muncul konflik antarkelas.
Contoh:
demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara
kelas buruh dengan pengusaha.
·
Konflik antarkelompok sosial
Di dalam
masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya
kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk
menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.
Contoh:
tawuran pelajar, perang antarkampung.
·
Konflik antargenerasi
Konflik
antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama
dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh:
Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
·
Penyesuaian kembali
Setiap konflik pada
dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang
berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya,
maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi
atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau
rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
Ø Dampak positif
·
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk
maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong
orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh:
Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan
dimasa depan.
·
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik.
Contoh:
Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang
memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.[10]
IV.
KESIMPUALAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Konsep
mobilitas tersebut dalam prakteknya akan saling berkaitan satu sama lain, dan
sulit untuk menentukan mana sebagai akibat dan penyebabnya. Sebagai contoh
untuk terjadinya
perubahan status sosial, seseorang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya karena
ketiadaan lapangan kerja, atau sebaliknya mobilitas sosial seringkali
mengakibatkan adanya mobilitas geografi yang disertai dengan segala kerugian
yang menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial yang sudah demikian lama
terjalin. Dalamm hal ini tidak adanya
diskriminasi pekerjaan baik atas dasar sex, ras, etnis dan jabatan, akan
mendorong setiap individu memilih pekerjaan yang paling sesuai bagi sendirinya.
Faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal,
pertama faktor struktur, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari
kedudukan tinggi yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor
struktur ini meliputi; struktur pekerjaan, ekonomi ganda (dualistic economics),
dan faktor penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua, faktor
individu, dalam hal ini termasuk didalamnya adalah perbedaan kemampuan,
orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif kami
harapkan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Panduan SMK
Depag RI, 1986, Sosiologi Agama II: Agama dan
Mobilitas Sosial Sosial, Jakarta, Depag RI.
http://hannanoeryanti.wordpress.com/materi-baru/
Diunduh pada hari Jum’at, pukul 10.00
Mukhlas,
2010, pendidikan dan Mobilitas Vertikal, Ponorogo, STAIN Ponorogo Press.
Nasution,
1995, sosiologi Pendidikan,
Jakarta, bandung,
Sugihen, Bahreint, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
[1]. Disampaikan dalam diskusi perkuliahan
mata kuliah Sosiologi, pada hari Kamis tanggal 27 Oktober 2011 di ruang I.7
[3]. Depag RI, 1986, Sosiologi Agama II: Agama dan Mobilitas Sosial
Sosial, Jakarta, Depag RI, hlm. 1
[8]. Sugihen, Bahreint, Sosiologi Pedesaan
(Suatu Pengantar), Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, hlm 146
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)