Selasa, 27 Januari 2015

KEJUJURAN




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَمّا بَعْدُ ...

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah SWT, karena dengan hidayah, inayah serta ma’unahnyalah kita bisa berkumpul di majlis ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat.
Kedua kalinya sholawat serta salam mari kita haturkan kepada junjungan kita nabi Agung Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di yaumul akhir, Amien,,,
Ibu-ibu jamah pengajian Masjid Al-Muhajirin yang dimuliakan oleh Allah, pada kesempatan di sore ini saya akan menyampaikan materi dengan tema “kejujuran”
Sebagaimana kita ketahui bersama, lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang sangat besar dan salah menakjubkan. Kenapa demikian? Coba ibu-ibu perhatikan, lisan itu bentuknya kecil, tapi perannya sangat besar, dan bahkan kekufuran, ketaatan, kemaksiatan, keimanan dsb bisa diukur dan diketahui dengan jelas dengan persaksian lisan.
Lisan memang senang mengembara kesana dan kemari, dalam hal kebajikan dan kejahatan . Barangsiapa yang mengumbar lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya, maka yang akan terjadi adalah setan akan menyeretnya kedalam jurang kehancuran, dan kemudian jatuh ke dalam kebinasaan.
Ibu-ibu yang saya hormati,,,
Sebelumnya apa yang dimaksud jujur itu? Jujur adalah ucapan yang benar dan sesuai dengan realita atau kenyataan. Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 119
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Dari surat diatas dijelaskan bahwa Allah menyuruh kepada kita agar selalu bersama-sama orang benar, artinya kita senantiasa bersama mereka dalam iman mereka, bersama mereka dalam hijrah dan jihad mereka, bersama mereka dalam semua ucapan dan perbuatannya mereka, bersama mereka di dalam janji-janji dan perbuatannya, serta bersama mereka dalam kerahasiaan dan keterbukaan mereka.
Sesungguhnya kejujuran merupakan tanda - tanda keimanan dan kesucian jiwa serta pertanda dari keselamatan. Keujuran juga yang menunjukkan atas keindahan sifat dan ketinggan moral seseorang serta membentuk pelakunya cinta kepada Allah, cinta kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, dan cinta pada dirinya sendiri.
Ibu-ibu yang dirahmati Allah,,
Seorang muslim harus jujur kepada 3 hal, yaitu :
1.      Jujur kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah hanyak kepada Nya, tanpa dibarengi riya` atau sum’ah, maka siapa yang melakukan amalan tanpa membenarkan niatnya kepada Allah, yakni tidak memurnikan untuk Nya maka amalannya tidak akan diterima. jadi, seorang muslim harus lah jujur kepada Allah dalam segala ketaatan dengan cara menunaikan apa yang menjadi kewajiban sebagaimana yang diperintahkan.
2.      Jujur kepada manusia, seorang muslim tidak berkata dusta kepada saudara muslimnya. Rasulullah bersabda “Sebesar-besar pengkhianatan adalah engkau berbicara kepada saudaramu muslim, dia mempercayaimu sedangkan engkau berkata dusta.” (HR. Ahmad).
3.      Jujur kepada diri sendiri, seorang muslim harus mengakui kesalahan dan kekurangan yang ada padanya kemudian berupaya memperbaikinya. ia harus tahu bahwa kejujuran itu adalah jalan keselamatan. Rasulullah bersabda “Tinggalkan apa yang membuatmu ragu kepada apa yang tidak membuatmu ragu, sebab kedustaan itu meragukan dan kejujuran itu menenangkan.”(HR. At-Turmudzi)
Allah memuji orang-orang yang jujur bahwa mereka itulah yang disebut dengan orang-orang bertakwa yang menjadi penghuni sorga, sebagai balasan atas kejujuran mereka. Allah berfriman dalam surat al- Baqarah : 177
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”
Kejujuran itu adalah ketenangan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Rasulullah e bersabda
“Perhatikanlah kejujuran, sekalipun menurut kalian ada kebinasaan, sesungguhnya kejujuran itu adalah keselamatan.”. (Ibn Abid Dun-ya)
Jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran yang harus dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan Al-Haq yang artinya Maha Benar. Begitu juga para nabi dan Rasul-Nya selalu mempunyai sifat Ash-Shidq yang berarti jujur.Jujur mempunyai banyak manfaat dan khasiat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Manfaat bagi orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatannya adalah :
1.      Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
2.      Mendapatkan keberkahan dalam usahanya. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits, ‘’Dua orang yang berjual beli mempunyai pilihan (untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka merahasiakan dan berdusta maka dihilangkan keberkahan jual beli mereka.’’ (HR Bukhari)
3.      Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
4.      Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
5.      Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
6.      Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya.
Ada sebuah kisah tentang kejujuran pada masa khalifah Umar, suatu hari ia melakukan perjalanan bersama Khalifah Umar bin Khathab dari Madinah ke Mekah. Di tengah jalan mereka berjumpa dengan seorang anak gembala yang tampak sibuk mengurus kambing-kambingnya. Seketika itu muncul keinginan Khalifah untuk menguji kejujuran si gembala. Kata Khalifah Umar, "Wahai gembala, juallah kepadaku seekor kambingmu." "Aku hanya seorang budak, tidak berhak menjualnya," jawab si gembala. "Katakan saja nanti kepada tuanmu, satu ekor kambingmu dimakan serigala," lanjut Khalifah. Kemudian si gembala menjawab dengan sebuah pertanyaan, "Lalu, di mana Allah?"
Khalifah Umar tertegun karena jawaban itu. Sambil meneteskan air mata ia pun berkata, "Kalimat 'di mana Allah' itu telah memerdekakan kamu di dunia ini, semoga dengan kalimat ini pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak." Kisah di atas merupakan gambaran pribadi yang jujur, menjalankan kewajiban dengan disiplin yang kuat, tidak akan melakukan kebohongan walau diiming-imingi dengan keuntungan materi.
Kaum muslimin yang berbahagia,
Islam menganjurkan berlaku jujur bagi setiap orang apa pun profesinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nabi Muhammad saw menegaskan, "Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga. Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu menuntun ke neraka." (HR Bukhari).
Berlaku jujur memang sulit manakala ia berbenturan dengan kepentingan-kepentingan tertentu yang bersifat duniawi. Orang rela mengorbankan kejujurannya demi kepentingan materi, pangkat, jabatan dan semacamnya. Yang tergambar dalam pikirannya bahwa dengan banyaknya materi yang dia miliki segera akan dihormati orang banyak, dengan ketinggian jabatan dan kedudukan yang dia sandang serta merta mendapatkan penghargaan dan prestise di masyarakat.
Dari sini maka muncullah spekulasi kebohongan untuk maksud asal bapak senang, menghalalkan segala cara, menumpuk kekayaan di atas keprihatinan orang lain, tidak peduli akan terjadinya kesenjangan sosial, dan meningkatnya angka kemiskinan. Alhasil, kebohongan demi kebohongan dengan mudah ia lakukan demi kesenangan dan kenikmatan sesaat
Sesungguhnya orang yang telah mengenal kejujuran dan penetapan janji pasti akan cinta kepadanya serta mencintai perilakunya. Apabila ia seorang yang alim, mereka akan mengambil manfaat ilmunya serta menghormati. Namun, apabila kejujuran telah lenyap dari diri seseorang, maka akan timbullah kemunafikan, penipuan, pengkhianatan, dan kemudian menyalahi janji.
Allah SWT telah memperingatkan hamba-hamba-Nya akan akibat dari kebohongan. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Qaaf :18
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya :
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.
Serta dalam sabda Rasulullah SAW juga dijelaskan bahwa kebohongan itu adalah termasuk salah satu dari sifat orang munafiq yaitu, jika dipercaya ia khianat, jika berkata ia dusta, dan jika berjanji ia mengingari. Beliaupun juga mendorong untuk melakukan kejujuran dan memperingatkan untuk menjauhi kedustaan.
Kaum muslimin yang kami hormati,
Oleh karena itu marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah dan senantiasa menetapi kejujuran. Karena kejujuranlah kunci segala amal kebaikan dan jalan menuju keridlaaan Allah SWT dan menuju ke surga-Nya. Dan marilah kita selalu menjauhi kebohongan, karena kebohonganlah kunci segala kejahatan dan jalan menuju kemurkaan Allah dan kearah neraka.
Kami berharap mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan perintahnya dan melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-hari kita penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan ketenangan memberikan hidayah pada segala urusan kita, khususnya dalam menjaga lisan kita dan memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalannya yang lurus, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang tersesat. Amin...
Demikian yang dapat saya sampaikan, apabila ada kekurangan serta tutur kata yang kurang berkenan dihati Bapak Ibu sekalian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,
العفومنكم
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

0 komentar:

Posting Komentar

Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)