بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَمّا بَعْدُ ...
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita
kehadirat Allah SWT, karena dengan hidayah, inayah serta ma’unahnyalah kita
bisa berkumpul di majlis ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat.
Kedua kalinya sholawat serta salam mari kita haturkan kepada
junjungan kita nabi Agung Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafaatnya
kelak di yaumul akhir, Amien,,,
Ibu-ibu jamah pengajian Masjid
Al-Muhajirin yang dimuliakan oleh Allah, pada kesempatan di sore ini saya
akan menyampaikan materi dengan tema “kejujuran”
Sebagaimana kita ketahui bersama, lisan merupakan
salah satu nikmat Allah yang sangat besar dan salah menakjubkan. Kenapa demikian? Coba ibu-ibu
perhatikan, lisan itu bentuknya kecil, tapi perannya sangat besar, dan bahkan kekufuran,
ketaatan, kemaksiatan, keimanan dsb bisa diukur dan diketahui dengan jelas dengan
persaksian lisan.
Lisan memang senang mengembara kesana
dan kemari, dalam hal kebajikan dan kejahatan . Barangsiapa yang mengumbar
lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya, maka yang akan terjadi
adalah setan akan menyeretnya kedalam jurang kehancuran, dan kemudian jatuh ke
dalam kebinasaan.
Ibu-ibu yang
saya hormati,,,
Sebelumnya apa yang dimaksud jujur itu?
Jujur
adalah ucapan yang benar dan sesuai dengan realita atau kenyataan. Allah
berfirman dalam surat at-Taubah ayat 119
يا أيها الذين
آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين
Artinya :
“Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.”
Dari
surat diatas dijelaskan bahwa Allah menyuruh kepada kita agar selalu
bersama-sama orang benar, artinya kita senantiasa bersama mereka dalam iman mereka, bersama mereka dalam hijrah dan jihad mereka, bersama mereka
dalam semua ucapan dan perbuatannya
mereka, bersama mereka di dalam janji-janji
dan perbuatannya, serta bersama mereka dalam kerahasiaan dan keterbukaan mereka.
Sesungguhnya
kejujuran merupakan tanda - tanda keimanan dan kesucian jiwa serta pertanda
dari keselamatan. Keujuran juga yang menunjukkan atas keindahan sifat dan
ketinggan moral seseorang serta membentuk pelakunya cinta kepada Allah, cinta
kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, dan cinta pada dirinya sendiri.
Ibu-ibu
yang dirahmati Allah,,
Seorang muslim
harus jujur kepada 3 hal, yaitu :
1. Jujur kepada Allah dengan mengikhlaskan
ibadah hanyak kepada Nya, tanpa dibarengi riya` atau sum’ah, maka siapa yang
melakukan amalan tanpa membenarkan niatnya kepada Allah, yakni tidak memurnikan
untuk Nya maka amalannya tidak akan diterima. jadi, seorang muslim harus lah
jujur kepada Allah dalam segala ketaatan dengan cara menunaikan apa yang
menjadi kewajiban sebagaimana yang diperintahkan.
2. Jujur kepada manusia, seorang muslim
tidak berkata dusta kepada saudara muslimnya. Rasulullah bersabda “Sebesar-besar pengkhianatan adalah engkau
berbicara kepada saudaramu muslim, dia mempercayaimu sedangkan engkau berkata
dusta.” (HR. Ahmad).
3. Jujur kepada diri sendiri, seorang
muslim harus mengakui kesalahan dan kekurangan yang ada padanya kemudian
berupaya memperbaikinya. ia harus tahu bahwa kejujuran itu adalah jalan
keselamatan. Rasulullah bersabda “Tinggalkan apa yang membuatmu ragu kepada
apa yang tidak membuatmu ragu, sebab kedustaan itu meragukan dan kejujuran itu
menenangkan.”(HR. At-Turmudzi)
Allah memuji
orang-orang yang jujur bahwa mereka itulah yang disebut dengan orang-orang
bertakwa yang menjadi penghuni sorga, sebagai balasan atas kejujuran mereka.
Allah berfriman dalam surat al- Baqarah : 177
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur
dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah
beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa”
Kejujuran itu
adalah ketenangan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Rasulullah e bersabda
“Perhatikanlah
kejujuran, sekalipun menurut kalian ada kebinasaan, sesungguhnya kejujuran itu
adalah keselamatan.”. (Ibn Abid Dun-ya)
Jujur merupakan
sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran
yang harus dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan
Al-Haq yang artinya Maha Benar. Begitu juga para nabi dan Rasul-Nya selalu
mempunyai sifat Ash-Shidq yang berarti jujur.Jujur mempunyai banyak manfaat dan
khasiat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Manfaat bagi
orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatannya adalah :
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur
akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui
kebohongannya. Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah
apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur
adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari
riwayat Hasan bin Ali).
2. Mendapatkan keberkahan dalam usahanya.
Hal ini tercantum dalam sebuah hadits, ‘’Dua
orang yang berjual beli mempunyai pilihan (untuk melanjutkan transaksi ataupun
membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan
menjelaskan barangnya maka akan diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka
merahasiakan dan berdusta maka dihilangkan keberkahan jual beli mereka.’’
(HR Bukhari)
3. Mendapat pahala seperti pahala orang
syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan
mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas
kasurnya.’’ (HR Muslim) .
4. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur
walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat
dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur
itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu
Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
5. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda
Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah
kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika
engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi
amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’
(HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
6. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya,
maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan
berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah,
jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi
kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya.
Ada sebuah kisah
tentang kejujuran pada masa khalifah Umar, suatu hari ia melakukan perjalanan
bersama Khalifah Umar bin Khathab dari Madinah ke Mekah. Di tengah jalan mereka
berjumpa dengan seorang anak gembala yang tampak sibuk mengurus
kambing-kambingnya. Seketika itu muncul keinginan Khalifah untuk menguji kejujuran si
gembala. Kata Khalifah Umar, "Wahai gembala, juallah kepadaku
seekor kambingmu." "Aku hanya seorang budak, tidak berhak
menjualnya," jawab si gembala. "Katakan saja nanti kepada tuanmu,
satu ekor kambingmu dimakan serigala," lanjut Khalifah. Kemudian si
gembala menjawab dengan sebuah pertanyaan, "Lalu, di mana Allah?"
Khalifah Umar
tertegun karena jawaban itu. Sambil meneteskan air mata ia pun berkata,
"Kalimat 'di mana Allah' itu telah memerdekakan kamu di dunia ini, semoga
dengan kalimat ini pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak." Kisah di
atas merupakan gambaran pribadi yang jujur, menjalankan kewajiban dengan
disiplin yang kuat, tidak akan melakukan kebohongan
walau diiming-imingi dengan keuntungan materi.
Kaum
muslimin yang berbahagia,
Islam
menganjurkan berlaku jujur bagi setiap orang apa pun profesinya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nabi Muhammad saw menegaskan, "Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun
ke surga. Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada dosa dan
kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu menuntun ke neraka." (HR
Bukhari).
Berlaku jujur
memang sulit manakala ia berbenturan dengan kepentingan-kepentingan tertentu
yang bersifat duniawi. Orang rela mengorbankan kejujurannya demi kepentingan
materi, pangkat, jabatan dan semacamnya. Yang tergambar dalam pikirannya bahwa
dengan banyaknya materi yang dia miliki segera akan dihormati orang banyak,
dengan ketinggian jabatan dan kedudukan yang dia sandang serta merta
mendapatkan penghargaan dan prestise di masyarakat.
Dari sini maka
muncullah spekulasi kebohongan untuk maksud asal bapak senang, menghalalkan
segala cara, menumpuk kekayaan di atas keprihatinan orang lain, tidak peduli
akan terjadinya kesenjangan sosial, dan meningkatnya
angka kemiskinan. Alhasil, kebohongan demi kebohongan dengan mudah
ia lakukan demi kesenangan dan kenikmatan sesaat
Sesungguhnya
orang yang telah mengenal kejujuran dan penetapan janji pasti akan cinta
kepadanya serta mencintai perilakunya. Apabila ia seorang yang alim, mereka
akan mengambil manfaat ilmunya serta menghormati. Namun, apabila kejujuran
telah lenyap dari diri seseorang, maka akan timbullah kemunafikan, penipuan,
pengkhianatan, dan kemudian menyalahi janji.
Allah SWT telah
memperingatkan hamba-hamba-Nya akan akibat dari kebohongan. Dalam hal ini Allah
berfirman dalam surat Qaaf :18
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya :
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir”.
Serta
dalam sabda Rasulullah SAW juga dijelaskan bahwa kebohongan itu adalah termasuk
salah satu dari sifat orang munafiq yaitu, jika dipercaya ia khianat, jika
berkata ia dusta, dan jika berjanji ia mengingari. Beliaupun juga mendorong
untuk melakukan kejujuran dan memperingatkan untuk menjauhi kedustaan.
Kaum muslimin yang kami
hormati,
Oleh
karena itu marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah dan senantiasa menetapi
kejujuran. Karena kejujuranlah kunci segala amal kebaikan dan jalan menuju
keridlaaan Allah SWT dan menuju ke surga-Nya. Dan marilah kita selalu menjauhi
kebohongan, karena kebohonganlah kunci segala kejahatan dan jalan menuju
kemurkaan Allah dan kearah neraka.
Kami berharap
mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan perintahnya dan
melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan
hari-hari kita penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada
kebahagiaan dan ketenangan memberikan hidayah pada segala urusan kita, khususnya
dalam menjaga lisan kita dan memberikan petunjuk kepada kita semua dalam
menapaki jalannya yang lurus, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan
orang-orang yang tersesat. Amin...
Demikian yang dapat saya sampaikan, apabila ada kekurangan
serta tutur kata yang kurang berkenan dihati Bapak Ibu sekalian, saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya,
العفومنكم
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
0 komentar:
Posting Komentar
Sudah dibaca,,, nggak asyik donk,,, kalau nggak dikomentari,,, (^_^)